Tadh-hiyah berasal dari kata bahasa Arab; dhahha –
yudhahhi – tadh-hiyah, yang berarti pengorbanan. Di dalam beramal jama’i,
pengorbanan mempunyai kedudukan yang sangat urgen, oleh karena itu Imam Hasan
Al Banna memasukkannya ke dalam salah satu rukun baiat anggota Al Ikhwan Al
Muslimun, setelah rukun fahm, ikhlas, amal dan jihad.
Beliau berkata, “Yang saya maksud dengan pengorbanan
adalah pengorbanan jiwa, harta, waktu, kehidupan dan segala sesuatu yang
dipunyai oleh seseorang untuk meraih tujuan”.
Tidak ada perjuangan di dunia ini kecuali harus disertai
dengan pengorbanan. Demi fikrah kita janganlah engkau mempersempit pengorbanan,
karena sungguh ia memiliki balasan yang agung dan pahala yang indah. Barang
siapa bersantai-santai saja ketika bersama kami, maka ia berdosa.
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari kaum mukminin,
diri, dan harta mereka, bahwasanya mereka mendapatkan balasan Surga.” (QS.
At-Taubah: 111)
“Katakanlah, ‘Jika bapak-bapak, anak-anak,
saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perniagaan yang kamu khawatir akan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat
tinggal adalah lebih kamu cintai daripada Allah, Rasul-Nya, dan dari berjihad
di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.’ Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. At-Taubah: 24)
Dengan demikian
engkau mengetahui makna slogan abadimu, “Gugur di jalan Allah adalah
setinggi-tinggi cita-cita kami.”1
Pengorbanan dan jihad merupakan dua hal yang tidak
terpisahkan, namun menurut Said Hawa, ada perbedaan antara jihad dan
pengorbanan. Kadang-kadang keduanya seiring dan kadang-kadang pula saling
menyempurnakan. Oleh karena itu Imam Hasan Al Banna menjadikannya rukun
tersendiri. Karena di tempat mana dikumandangkan jihad, maka di sana ada
pengorbanan. Dan jihad yang sempurna tidak akan terwujud kecuali dengan pengorbanan
yang sempurna pula. 2
Sungguh banyak kisah dalam sejarah kehidupan manusia yang
dapat menjadi bukti dan contoh tentang pengorbanan, baik dalam kisah
orang-orang terdahulu sebelum Nabi Muhammad saw, maupun kisah pengorbanan
beliau dan sahabatnya dalam sirah, dan kisah-kisah perjuangan umat sesudahnya
sampai saat ini.
Perhatikan sejarah Nabi Nuh, 950 tahun waktunya dia
korbankan untuk menyeru kaumnya untuk berbakti dan beribadah kepada Allah, tapi
tidak ada yang menghiraukan seruannya kecuali sedikit, dan bahkan istri dan
putranya sendiri tidak beriman kepadanya.
Perhatikan pula kisah pengorbanan sahabat mulia Mush’ab
bin Umair. Ia adalah seorang pemuda bangsawan Quraisy, gagah, ganteng, kaya dan
terhormat, namun beliau mengorbankan semua kehormatannya di masa jahiliyah
menuju kehormatan di masa Islam, walaupun harus berpisah dengan keluarganya.
Bahkan ibu yang sangat mencintainya mengancam akan bunuh diri apabila putranya
tetap memeluk agama Islam. Namun sang Mush’ab si pemuda ganteng dan parlente
itu tetap memilih Islam, sehingga menemukan syahadah di perang Uhud, saat itu
beliau hanya memakai sehelai baju, yang sekaligus menjadi kafannya, yang
apabila wajahnya ditutup maka kakinya tersingkap, dan apabila kakinya ditutup
maka wajahnya terbuka. Karena dengan pengorbanan itulah Mush’ab menggapai cinta
Tuhannya dan menghuni taman-taman Syurga serta diiringi oleh 70 bidadari.
Demikian pula kisah pengorbanan ulama kontemporer
terkemuka, Sayyid Qutb. Ia mengorbankan ilmu, hidup, harta dan bahkan “kedudukan
terhormat” sebagai menteri pendidikan yang dijanjikan oleh Presiden Jamal
Abdul Nasr apabila ia ingin merubah prinsip-prinsipnya. Tetapi sesuatu yang
telah menjadi prinsip hidup bagi Sayyid tetap menjadi prinsip, walaupun harus
mengalami penyiksaan di penjara dan menjemput syahadah di tiang gantungan.
Itulah beberapa kisah pengorbanan tokoh-tokoh sejarah
kemanusiaan. Dan sejarah manusia yang masih akan berlangsung sampai hari
kiamat, akan selalu mencatat dan meminta para pelaku sejarah yang berani
mengorbankan diri, harta, waktu dan segala yang ia memiliki dalam rangka
mempertahankan kebenaran.
Nah dalam konteks kekinian, sungguh banyak di hadapan
kita peluang untuk berkorban, terutama karena kebenaran telah terdominasi oleh
kejahatan, jumlah pelaku kebenaran jauh lebih sedikit dari jumlah pelaku
kejahatan, dan pelaku kebenaran jauh lebih lemah dari berbagai kekuatan yang
dimiliki para pelaku kejahatan; kekuatan politik, ekonomi, fisik dan lain
sebagainya ada di tangan mereka.
Tapi, jangan berkecil hati dulu!! Karena sumber kekuatan
mereka adalah sumber kekuatan kita juga, yaitu Allah SWT, Ia Allah kekuatan
yang sesungguhnya. Dan Allah akan bersama kita,3 apabila kita ingin mengikuti
jalannya para Rasul, yaitu berjuang dan berkorban merebut kekuatankekuatan mereka,
berjuang memperbanyak jumlah pelaku kebaikan, sehingga pada gilirannya
kebenaran akan menjadi jaya, dan sebaliknya kebatilan akan runtuh.4 Walaupun
dalam perjuangan itu banyak harta yang habis serta jiwa yang gugur, tetapi
sejarah kemanusiaan akan mencatatnya sebagai buah bibir generasi-generasi
mendatang, dan Allah akan memberinya kedudukan yang mulia di sisi-Nya.
Agar menjadi lebih jelas, sesungguhnya Indonesia, negeri
yang kita cintai ini, sedang dikuasai dan diperintah oleh orang-orang yang
tamak dan mementingkan kepentingan diri, keluarga dan kelompoknya sendiri serta
melakukan segala hal yang merugikan bangsa dan negara untuk mencapai
tujuan-tujuan sesaat mereka.5 Oleh karena itu, kita wajib berjihad dengan penuh
mengorbankan segala yang kita miliki untuk menyelamatkan negeri dan bangsa ini
dari ambang kehancuran. Menyelamatkan negeri dan bangsa ini adalah
menyelamatkan negeri dan umat Islam, karena sesungguhnya, pemilik negeri dan
bangsa ini adalah umat Islam itu sendiri, dan saya, Anda, saudara, keluarga,
tetangga dan masyarakat kita adalah bagian dari umat Islam. Wallahu a’lam.
1 Hasan Al Banna, Risalah Pergerakan, jilid 2, halaman 189-190, Era
Intermedia, cetakan kedua.
2 Said Hawwa, Membina Angkatan Mujahid, halaman 170, Era Intermedia,
cetakan pertama.
3 Qur’an, surat Al-Ankabut: 69
4 Qur’an, surat At-Taubah: 33
5 Menjual BUMN, membebaskan konglomerat hitam, membiarkan KKN, membuat
rekayasa untuk menyudutkan umat Islam melalui peristiwa Bali, menaikkan harga
BBM, TDL dan telepon, serta membuat berbagai UU yang
mempersempit peluang gerakan demokrasi dan reformasi.
No comments:
Post a Comment