Alhamdulillaah Wasshalaatu
wassalaamu ‘alaa Rasuulillaah, wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa man tabi’ahu wa
waalaah. Laa haula wa laa quwwata illaa billaah. Ammaa ba’du.
Ikhwah Fillah !, Rahimakumullah!
Tanpa kita sadari “As-Shira’
bainal haq wal bathil”, pertarungan hak dan batil terus berlangsung di
tengah-tengah kehidupan kita. Persoalannya yang penting bagi kita adalah,
sejauh mana kita berada dalam barisan yang hak dan memenangkan pertarungan
melawan yang batil tersebut. Untuk memenangkan pertarungan ikhwah fillah, kita
perlu menata dan memenej dengan baik “al-haq” yang kita perjuangkan, sebab
tanpa itu semua kita akan mudah digilas dan dikalahkan dengan manuver-manuver
kebatilan yang ditata dan dimenej dengan baik, sebagaimana kata Imam Ali RA :
“Al-Haqqu bilaa nizhaamin yaghlibuhul Bathil binizhaamin”.
Ikhwah Fillah Rahimakumullah!
Al-Haq dalam pengertian yang luas
bila terus diperkuat dan dikembangkan , akan mampu menggeser kebatilan di
segala bidang. Untuk memperkuat dan mengembangkan al-Haq agar semakin eksis dan
aplikatif dalam kehidupan ini tentunya memerlukan sarana, sarana itu adalah
“dakwah” itu sendiri. Oleh karena itu
dakwah harus selalu dipahami dalm konteknya sebagai refresentasi Al-Haq yang bertarung melawan
kebatilan, sehingga berdakwah dalam arti luas sesungguhnya dapat juga diartikan
dengan berperang, berperang merebut pengaruh dan dukungan, berperang untuk
menguasai sektor-sektor kebijakan publik yang nantinya diharapkan mengkapitalisasi
potensi dan kekuatan dakwah di segala bidang, serta memperbanyak
program-program kebaikan (Amar Ma’ruf) di tengah-tengah kehidupan masyarakat
dan meminimalisasi program-program kemunkaran (Nahi Munkar) yang berpotensi
merusak tatanan nilai kehidupan masyarakat.
Ikwah Fillah Rahumakumullah!
Oleh karena itu, orientasi dakwah
tidak cukup hanya memasyarakat (Mihwar Sya’by), tetapi orientasi dakwah juga
harus menegara (Mihwar dauly). Untuk itu diperlukan “strategic of war”,
strategi perang untuk memenangkan dakwah ini. Bila kita tenungkan Ikhwah
Fillah!, Rasulullah SAW sebelum terjun
melewati peperangan yang sesungguhnya telah mengawali aksi dakwahnya
dengan pendekatan strategi perang. Perang untuk menguasi individu-individu yang
penting dan potensial bagi kapitalisasi dakwah ke depan. Misalnya Pola
rekrutmen yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam dakwahnya adalah pola
pendekatan yang segmentatif, dari kalangan segmen wanita Rasulullah berhasil
merekrut isterinya Khadijah RA, dari kalangan pria dewasa khususnya saudagar
beliau berhasil merekrut Abu Bakar RA, dari kalangan kaum dhuafa dan hamba
sahaya berhasil direkrut Zaid bin HAritsah dan dari kalangan anak-anak dan
remaja Ali bin Abi Thalib RA. Masing-masing segmen kemudian menjadi bertambah
panjang rangkaian gerbong dan penumpangnya, karena proses dakwah dan rekrutmen
terus berjalan pada masing-masing segmen tersebut.
Dalam kontek jihad siyasy dan
mihwar dauly yang tengah kita masuki sekarang ini juga amat penting bagi kita
untuk merekonstruksi strategi perang yang telah dicontohkan oleh Rasululah SAW,
artinya harus ada dari kita ikhwah fillah yang memfokuskan dakwahnya untuk
segmen dan kalangan tertentu, harus ada di kita yang berdakwah ke kalangan
pengusaha, birokrat, pelajar, dosen, mahasiswa, buruh, petani, pedagang dan
sya’biyah ‘aammah. Semakin banyak segmen
yang dapat direkrut dan dikelola, maka akan semakin banyak simpul massa yang bias kita raih
untuk meningkatkan potensi dan dukungan bagi dakwah ini.
Ikhwah Fillah Rahimakumullah!
Dalam strategi perang yang
terpenting adalah menguasai sumber-sumber kekuatan, yang dapat menambah
kekuatan kita dan mengurangi kekuatan lawan. Oleh karena itu Habab bin Mundzir
RA penasehat militer Rasulullah SAW mengusulkan agar pasukan kaum Mslimin dalam
perang Badar segera mendekat ke sumber air sebelum pasukan Quraisy mengambil
posisi tersebut. Dalam kontek jihad siyasy kita sekarang ini juga di perlukan
penguasaan sumber, di antara sumber yang penting untuk dikuasai adalah media
dan sarana informasi lainnya, juga
sumber-sumber yang dapat mendatangkan pengaruh, seperti public figure,
simpul massa dan vote getter. Semakin banyak hal itu dikuasai, semakin banyak
sumber-sumber kekuatan yang dapat membantu kelancaran dakwah ini, dan semakin
membuat dakwah ini memiliki kekuatan untuk memuluskan jalan al-Haq dalam
tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Ikhwah Fillah ! Rahimakumullah!
Fiqhul ghazawat, tidak hanya
terkait dengan kecamuknya perang, tetapi juga terkait dengan kepiawaian
diplomasi dan memperlihatkan performa di mata lawan, oleh sebab itu Rasulullah
SAW membawa serta 80 kaum Musyrikin Bani Khuza’ah lengkap dengan hewan-hewan
kurban yang akan disembelih, ketika beliau dan kaum Muslimin menunju Mekkah
untuk melakukan umroh. Peristiwa inilah yang menngantarkan kaum Muslimin kepada
perjanjian Hudaibiyah yang kemudian membuat dakwah semakin leluasa dan bebas
bergerak. Diplomasi dan performa damai yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW
menegaskan kepada elit pimpinan Quraisy bahwa Islam datang dengan misi social
charity untuk kemanusiaan, sehingga tidak ada alasan bagi mereka untuk menolak
kedatajngan Nabi dan kaum Muslimin. Nah, misi itu pulalah yang juga harus
ditonjolkan oleh dakwah dan harakah kita di era sekarang ini, bagaimana
meyakinkan para pemimpin baik di tingkat nasional maupun internasional untuk
tidak mencurigai dakwah dan harakah kita ini dan tidak ada alas an bagi mereka
untuk menentang dan menolaknya. Untuk itu
ikhwah fillah, kita harus banyak melakukan pendekatan, kalau perlu mengundang
mereka untuk hadir pada even-even besar yang kita selenggarakan, baik pada
acara Munas, Rapimnas, Seminar Nasional dan Internasional. Mengundang tokoh
nasional khususnya kalangan tokoh partai Nasionalis-Sekuler, bahkan tokoh
internasional baik kalangan Muslim dan non muslimnya akan sangat membantu
menumbuhkan kesan pergaulan nasional dan internasional yang baik dan imej inklusifitas dakwah dan harakah ini,
Ikhwah fillah !
Disitulah kesempatan besar bagi
kita untuk memperkenalkan kepada mereka, sebatas yang diperlukan, siapa kita,
apa misi kita, dan bagaimana pandangan kita dalam membangun solusi dari
problematika yang dihadapi dunia dewasa ini. Bila mereka mengenali kita dengan
baik maka insya Allah mereka tidak akan mudah begitu saja memusuhi kita. “Al-
Insaanu ‘aduwwun bimaa jahula”, manusia cenderung memusuhi sesuatu yang tidak
diketahuinya. Demikian kata Imam ghazali rahimahullah.
Ikhwah fillah Rahimakumullah!
Strategi menampakan kekuatan di
mata lawan juga sangat penting kaitannya dengan strategi perang, oleh sebab itu
pasca perjanjian Hudaibiyah Rasulullah SAW mengirim ekspedisi ke Mu’tah wilayah
koloni Romawy, di satu sisi memanfaatkan gencantan senjata dan perdamaian untuk
memperluas pengaruh dakwah, di sisi lain untuk show of force kepada
kabilah-kabilah Arab, bahwa kekuatan kaum Muslimin tidak dapat diremehkan
begitu saja, tidak pernah sejarahnya bangsa Arab berperang dengan Romawy,
tetapi Rasulullah SAW bersama kaum Muslimin telah memulainya, beliau melakukan
sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh bangsa Arab sebelumnya, hal ini
semakin menunjukan imej kekuatan umat Islam di kalangan bangsa Arab, khususnya
kaum kafir Quraisy.
Ikhwah Fillah!
Nu’man bin Muqarrin RA, panglima
perang kaum Muslimin ketika berperang melawan Persia di Nahawand, dengan jumlah
pasukan yang jauh tidak seimbang, dimana pasukan kaum Muslimin jauh lebis
sedikit ketimbang jumlah pasukan Persia . Num’an bin Muqarrin dengan
kecerdasan intelegensianya segera memberikan komando serentak kepada pasukan,
pada saat musuh telah tampak dari kajauhan, strategi agar kaum Muslimin
kelihatan banyak dan bermilitansi tinggi, maka dibuatlah komando serentak
melalui aba-aba takbir serentak sacara berbarengan. Takbir pertama, seluruh
pasukan kaum Muslimin bersiap-siap di samping kendaraan tunggangannya, takbir
kedua mereka serempak menurunkan peralatan dan perlengkapan tendanya, takbir
ketiga mereka serentak mendirikan kemahnya dalam waktu yang sangat cepat. Hal
ini menimbulkan ketakutan di kalangan pasukan Persia , setiap mereka mendengarkan
gemuruh takbir membahana di tengah pasukan kaum Muslimin. Dalam beberpa even
alhamdulillah kita telah melakukannya ketika lautan kader memutihkan sepanjang
jalan MH Thamrin hingga Bundaran HI.
Demikianlah ikhwah fillah,
pentingnya membangun imej sebagai sebuah strategi memenangkan pertarungan,
stretegi membangun imej ini tidak hanya dibutuhkan pada kontek jihad askary,
tetapi juga jihad siasy. Intginya adalah bagaimana kita dapat bermain cantik,
smooth dan efektif dalam memenangkan pertarungan antara al-haq dan al-bathil,
sebagaimana pesan salah seorang ashabul kahfi :
dan hendaklah ia Berlaku lemah-lembut dan janganlah
sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun. (QS. Al-Kahfi ; 19)
Wallahu A’lamu Bisshawab
No comments:
Post a Comment