Allah SWT Berfiman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا
اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ
خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang
beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa
yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”. (QS. Al
Hasyr: 18)
Ayyuhal ikhwah
rahimakumullah.
Banyak orang selalu
ingin sukses dalam hidupnya karena memang kesuksesan menjadi kata yang paling digandrungi.
Ia menjadi obsesi mereka untuk mencapainya. Karena dapat
meraihnya merupakan indikasi dari keberhasilan aktivitas yang sedang
digelutinya. Kesuksesan ini juga menjadi eksistensi dirinya pada dinamika
sosial yang sedang dijalani. Maka setiap orang akan mengerahkan segenap
potensinya dengan optimal dan maksimal untuk dapat meraihnya. Sebab kesuksesan
itu adalah harapan indah yang selalu
mengiang-ngiang. Demikian pula kesuksesan kerja utama kita. Terlebih lagi
kesuksesan bagi dakwah ini. Kesuksesan individu memberikan kebahagiaan yang tak
terkira, apalagi kesuksesan dakwah dan jamaah ini.
Ayyuhal ikhwah rahimakumullah
Bila kita amati perbincangan orang, kita temukan mereka menetapkan ukuran
sukses yang bermacam-macam, sehingga mereka kadang menentukan suatu penilaian
yang juga beragam. Baik ukuran sukses jangka panjang ataupun jangka pendek.
Kita bisa melihat bagaimana orang menetapkan ukuran kesuksesan jangka pendek.
Ada yang menetapkan penilaiannya pada sisi finansial yang melimpah ruah,
sejumlah asset yang tak terhitung lagi, banyaknya supporter yang simpati dan
memberikan dukungan. Atau keunggulan yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Dengan penilaian itu mereka menetapkan fokus sasaran aktivitasnya dan berupaya
semaksimal mungkin untuk dapat meraihnya. Tatkala ia mampu mencapainya ia akan
menikmati kepuasan yang tidak terperi.
Ukuran kesuksesan ini hanya sebagai alat untuk mengukur keberhasilan
melakukan sesuatu. Agar apa yang akan dan sedang kita lakukan dapat dievaluasi
dengan seksama dan terukur. Baik kegiatan yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari atau kegiatan yang berhubungan dengan usaha perniagaan. Juga
kegiatan lainnya termasuk aktivitas dakwah dan jamaah ini.
Ayyuhal ikhwah rahimakumullah.
Tentunya ukuran kesuksesan dalam pandangan kader dakwah tidak seperti yang
dimiliki kebanyakan orang. Kesuksesan dakwah ini tidak terletak pada sisi-sisi
yang ditentukan kebanyakan orang. Untuk kader dakwah
dalam menentukan ukurannya dapat kita perhatikan firman Allah SWT. :
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ
مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ
مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ
كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُون
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang
yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia
sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia
benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam
ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap
menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan
barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah
orang-orang yang fasik.”. (QS. An Nur: 55)
Apabila kita tadaburi ayat di atas kita temukan petunjuk bahwa dakwah ini
sukses jika kita dapat meraih;
1. Kepemimpinan yang mengayomi seluruh kalangan
sehingga mereka mendapatkan hak-haknya.
Tidak ada rakyat yang dipimpinnya yang terzhalimi.
Kepemimpinan yang memberikan keteladanan, keadilan, kenyamanan dan
kesejahteraan bagi rakyatnya. Pemimpin yang seperti ini tidak akan dapat
dilakukan kecuali oleh pemimpin yang beriman dan beramal shalih. Bukan pemimpin
yang dusta, zhalim, curang, penipu dan menyimpang. Pemimpin tipe seperti itu
hanya melahirkan kesengsaraan bagi rakyatnya. Rakyat melaknat pemimpinnya dan
pemimpin menyumpahi rakyatnya. Pemimpin yang baik sebagaimana para pemimpin di
masa lalu yang dicintai rakyat dan umatnya. Sehingga generasi sesudahnya
merindukan model pemimpin yang lalu seperti kerinduan kita pada Khulafa’ur
Rasyidin, Umar bin Abdul Aziz, Abdurrahman Ad Dakhil dan para pemimpin lainnya.
2. Kedudukan yang eksis dan tidak memberikan
peluang kecurangan, kedustaan atau penyimpangan.
Kedudukan yang teduh dan tenang sehingga dapat
merealisasikan misi dakwah ini, yakni rahmatan lil alamin bagi semua kalangan.
Keadaan yang demikian memberikan suasana nyaman bagi semua pihak, seperti
orang-orang Babylonia yang akan ditinggal kaum muslimin setelah sekian lama
mereka hidup bersama. Mereka datangi Khalid bin Walid agar memperpanjang waktu
tinggalnya di sana.
3. Tegaknya agama ini, tidak ada lagi fitnah di muka
bumi.
Agama ini berdiri tegar tanpa ada satu pun yang
menentangnya. Islam yang tegak merupakan kebutuhan asasi bagi manusia karena
Allah SWT. sudah memformat agama ini bagi manusia. Kita tahu bahwa Islam memang
jawaban dan solusi atas problematika manusia.
4. Hilangnya rasa takut karena telah tegaknya
Islam.
Dengan itu keadaan menjadi aman sentosa. Tidak ada kerawanan
yang menakutkan. Sehingga setiap orang tidak cemas dan khawatir akan
mendapatkan gangguan, apa lagi gangguan dalam menjalankan agama ini. Rasulullah
SAW. pernah menjanjikan akan ada suatu masa di mana seorang wanita dapat
melakukan perjalanan dari Shan’a sampai ke Hadratu Al-Maut dengan aman tanpa
rasa takut.
5.
Beribadah kepada Allah
SWT. secara total sehingga tidak memberikan peluang sedikit
pun pada kemusyrikan. Penyembahan kepada Allah SWT. Dengan ketundukan dan
kepatuhan dalam seluruh sendi kehidupan ini. Dengan itu mereka menggantungkan
keterikatan hanya kepada-Nya.
Ayyuhal ikhwah
rahimakumullah.
Tentu kita tahu bahwa
kesuksesan itu tidak akan muncul secara tiba-tiba. Ia merupakan proses panjang yang kita lalui dan akhirnya akan berpulang
pada kerja kita untuk mewujudkannya. Kita harus ingat benar bahwa kesuksesan
itu tidak datang begitu saja. Melainkan ia datang karena kesungguhan dan
kekuatan jiwa.
Hasan Al Banna Rahimahullah dalam Majmu’atur Rasail pada tajuk Kepada Apa
Kami Menyeru Manusia, mengingatkan kita terhadap upaya-upaya untuk mencapai
kesuksesan dakwah ini. Bahwa mereka yang ingin membina dan membangun dirinya,
mencapai kesuksesan serta berjuang untuk mewujudkan citacitanya dan membela
agamanya, harus memiliki kekuatan jiwa yang dahsyat. Kekuatan jiwa yang terekspresikan
dalam sikap;
1.
Tekad membaja yang tidak
pernah melemah. Ia tidak kendur menghadapi rintangan, tidak cemas menghadapi
gangguan dan tidak akan mundur menghadapi tantangan. Ia bagaikan tameng
yang berdiri tegar menghadapi segala serbuan.
2. Kesetiaan yang kuat dan tidak tersusupi oleh pengkhianatan dalam bentuk
apapun. Tidak tergiur oleh bisikan-bisikan yang menyimpang, tidak tergoda oleh
rayuan-rayuan yang dapat melunturkan kesetiaannya pada jalan ini.
3.
Pengorbanan yang tidak
dibatasi oleh kekikiran dan keserakahan. Pengorbanan yang ringan untuk
disumbangkan dalam berbagai keadaan baik lapang maupun sempit, dalam keadaan
susah maupun senang. Ia
akan keluarkan tanpa merasa keberatan sedikit pun juga.
4. Pengetahuan dan keyakinan yang dengannya kita bisa memperjuangkan dakwah
kita karena ia memahami apa yang semestinya dikerjakan. Ia siap berada dalam
barisan jalan ini tanpa keragu-raguan.
5. Penghormatan yang tinggi terhadap ideologi yang diperjuangkannya dengan
penuh keyakinan dan kesungguhan.
Ayyuhal ikhwah rahimakumullah.
Apabila kita dapat meraih kesuksesan dakwah di hari ini, maka itu akan
mempengaruhi eksistensi kita di hari esok. Kita tahu bahwa apa yang telah kita
lakukan kemarin berimbas pada kondisi kita saat ini. Cobalah tengok kembali di
tahun 1999 dan tahun 2004, saat kita mengikuti pesta rakyat, apa yang telah
kita kerjakan waktu itu berakibat pada dakwah kita sekarang ini. Usaha kerja
keras kita kemarin, di hari inilah kita dapat melihat hasil dan pengaruhnya
baik yang positif ataupun yang negatif. Yang berimplikasi pada kedudukan dakwah
kita untuk masa depan Islam.
Oleh karena itu ikhwah sekalian ketahuilah bahwa kesungguhan kerja kita
sekarang ini akan berdampak pada eksistensi kita esok hari. Selamat berjuang
semoga Allah bersama kita.
No comments:
Post a Comment