Ikhwan
wa Akhwat Fiddin rahimakumullah....
Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari penaklukan kota
dan negeri di era dakwah Rasulullah saw. Mungkin banyak sekali. Di situ ada pelajaran tentang
keberanian, ketaatan, pengorbanan, konsistensi, dan masih banyak hal lain.
Namun, ada satu hal menarik untuk kita simak. Yaitu, di
hampir setiap penaklukan kota dan negeri, cara kekerasan selalu pada pilihan
terakhir. Tidak ada politik bumi hangus, balas dendam, asal hukum, dan
sebagainya. Setidaknya, hal itu terlihat pada penaklukan terbesar pada sejarah
dakwah Rasulullah saw.: yaitu Fathul Mekkah.
"Siapa yang masuk ke Masjidil Haram, ia selamat.
Siapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan, ia juga selamat." Begitulah
kira-kira hawa perdamaian dan keselamatan yang ditebarkan Rasul pada penduduk
Mekah. Sebuah komunitas yang pernah begitu besar melakukan permusuhan terhadap
diri dan misi Nabi saw.
Inilah pola baru dalam penaklukan yang dikenal masyarakat
dunia waktu itu. Karena umumnya, penaklukkan selalu berujung pada penghancuran,
balas dendam, dan sejenisnya. Logika ini pula yang pernah disampaikan Ratu
Bilqis ketika mengomentari strategi apa untuk menghadapi dakwah Nabi Sulaiman.
"Dia berkata: 'Sesungguhnya
raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan
menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang akan
mereka perbuat." (QS. An-Naml: 34)
Ali bin Abi Thalib r.a. pernah bertanya kepada Rasulullah
saw. soal strategi jitu menaklukkan Khaibar. Saat itu, ia memang dapat amanah
memimpin Perang Khaibar. “Ya Rasulullah, apakah mereka langsung kita perangi
sampai mau (masuk Islam) seperti kami?”
Rasulullah saw. bersabda, “Berlaku tenanglah sampai di
kawasan mereka, lalu dakwahilah mereka kepada Islam. Kabarkanlah kepada mereka
hal-hal yang wajib mereka lakukan atas hak-hak Allah. Demi Allah, jika Allah
menunjuki seseorang lewat dakwahmu, maka yang demikian itu lebih baik bagimu,
melebihi hasil ghanimah besar yang terdiri dari hewan ternak terbaik.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Saudaraku
yang dirahmati Allah.....
Pelajaran
itu adalah: dakwah Islam tidak sekadar melakukan perubahan. Tapi juga
perbaikan.
Hal
itulah yang pernah diungkapkan Nabi Syu'aib soal dakwahnya. Firman Allah swt.,
"...Aku
tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih
berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan)
Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku
kembali." (QS. Hud: 88)
Perubahan dan perbaikan seolah seperti dua muka pada
sebuah koin. Dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Perubahan tanpa perbaikan,
adalah seperti orang yang berjalan tanpa arah. Dan perbaikan tanpa perubahan
seperti menuang air ke ember yang bocor.
Bukanlah perubahan tanpa perbaikan. Dan tak ada perbaikan
tanpa diiringi dengan perubahan.
Ayyuhal Ikhwah....
Dengan kata lain, perubahan yang kita inginkan bukan
perubahan artifisial. Bukan sekadar ganti kulit, sementara isinya masih tetap
ular.
Karena itulah, syumuliyatud dakwah harus
terus kita jaga. Baik dari segi objek, bentuk, sarana, dan pengembangannya.
Sebelum kita mengarahkan objek dakwah kepada orang lain;
diri sendiri, isteri dan anak harus terlebih dahulu menjadi objek utama. Jangan
seperti calo bus di sebuah terminal, berteriak-teriak supaya orang lain naik
bus. Ketika bus berangkat, ia tetap saja diam di terminal.
Allah swt. mengingatkan kita untuk tidak seperti orang
Yahudi yang kehilangan konsistensi terhadap diri sendiri.
"Mengapa
kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri
(kewajiban)mu sendiri. Padahal kamu membaca Alkitab (Taurat)? Maka tidaklah
kamu berpikir?" (QS. Al-Baqarah: 44)
Saudaraku
yang dicintai Allah....
Allah
swt. memberikan kita begitu banyak pengalaman soal bentuk dakwah yang cocok di
lahan Indonesia ini. Mulai dari gerilya yang memunculkan begitu banyak
pengalaman kewaspadaan, era kelembagaan yang mengajarkan kita cara efektif bersosialisasi,
dan era politik yang membuka begitu banyak pintu peluang.
Allah
swt. begitu memudahkan kita melalui bentuk-bentuk dakwah itu, memberikan kepada
kita khazanah pengalaman yang begitu mahal. Bahkan, teramat mahal, yang mungkin
tidak dialami negeri-negeri lain yang juga mengusung dakwah ini. Dari situ,
kita bisa menimbang dan menakar seperti apa mestinya dakwah yang produktif
untuk negeri ini.
Ikhawati
Fillah....
Semua
kita yakin bahwa tak seorang pun dari kita yang ingin mengecilkan peran dakwah
ini. Tak seorang pun dari kita yang anti politik seraya ingin tetap dalam
bentuk dakwah gerilya. Sebagaimana, tak seorang pun dari kita yang ingin
melupakan bentuk dakwah di masa awal dulu dengan berasyik-asyik duduk menikmati
kemewahan panggung politik.
Namun,
parsialisasi dakwah kadang muncul bersamaan dengan dominasi subjektivitas
dakwah.
Ketika
kebersamaan tergilas oleh obsesi individu, ketika amal jama'i terpinggirkan
oleh superioritas orang per orang, ketika keputusan atau ijtihad pribadi bisa
mengalahkan hasil syuro yang penuh berkah; saat itulah dakwah menjadi begitu
kerdil, parsial, dan artifisial.
Bahkan
mungkin, na'udzubillah, sesama satu gerakan dakwah bisa saling
meniadakan antara satu pelaksana dengan pelaksana yang lain. Antara satu
program dengan program yang lain.
Ikhwah
fiddin rahimakumullah...
Imam
Syahid Hasan Al-Banna pernah memberi nasihat kepada kita, "Dakwah ini
tidak menerima persekutuan. Sebab, tabiatnya adalah keterpaduan. Maka, siapa
yang siap, ia harus hidup bersama dakwah. Dan, dakwah pun hidup bersamanya.
"Sebaliknya,
siapa yang tidak sanggup memikul beban ini, ia terhalang dari pahala mujahidin,
tertinggal bersama orang-orang yang tertinggal, duduk bersama orang-orang yang
hanya duduk-duduk. Dan, Allah swt. akan mengganti dengan generasi lain yang
sanggup memikul beban dakwah ini."
Saudaraku yang dicintai Allah...
Fathul Mekkah adalah di antara buah dakwah Nabi saw. yang
didahului dengan keringat, darah, dan air mata. Namun, beratnya perjalanan itu
tidak menjadikan dakwah kehilangan kebijaksanaan dan kasih sayang. Justru,
menjadikan dakwah begitu matang dan dewasa.
Dalam hal apa pun: kepemimpinan, keterpaduan, kesolidan, program
perubahan dan perbaikan, serta keteladanan untuk generasi dakwah yang akan
datang.
No comments:
Post a Comment