"Siapa yang
menahan lidahnya, pasti Allah menutupi auratnya. Siapa yang dapat menahan
amarahnya, pasti Allah melindunginya dari siksa. Dan, siapa yang memohon
ampunan kepada Allah, pasti Allah menerima permohonan ampunannya.'' (HR. Ibnu
Abu Dunya)
Ikhwah wa akhwat
fiddin rahimakumullah....
Ada kisah menarik yang disampaikan Ibnu Katsir dalam menjelaskan asbabun
nuzul Surah Al-Hujurat ayat 6. Ada seorang utusan Rasulullah yang bernama
Khalid bin Uqbah. Salah seorang utusan Rasul yang khusus bertugas mengambil
zakat dari wilayah-wilayah yang menyatakan bergabung dengan pemerintahan Islam
di Madinah, mengabarkan sesuatu kepada Rasulullah saw. Khalid mengatakan kalau
ia hendak dibunuh oleh kaum yang telah menyatakan tunduk kepada Islam. (HR.
Ahmad)
Hampir saja,
Rasulullah memerintahkan pasukan untuk menyerang kaum tersebut. Allah swt.
mencegah Rasul melakukan kesalahan itu dengan menurunkan firman-Nya,
"Hai orang-orang yang beriman,
jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan
teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu."
(QS. Al-Hujurat: 6)
Kisah lain adalah yang pernah dialami isteri Rasulullah saw., Aisyah r.a.,
di bulan Sya'ban tahun kelima hijriyah. Saat
itu, Aisyah mengalami kegelisahan luar biasa akibat fitnah yang disebarkan oleh
kaum munafik di Madinah. Isunya tidak main-main: isteri Rasul yang mulia ini
dikabarkan telah selingkuh dengan seorang sahabat Rasul yang bernama Shafwan.
Fakta-fakta pun terangkai apik seolah isu itu memang benar-benar terjadi.
Mulai dari tidak tahunya sang suami, Rasulullah saw., kalau Aisyah tidak pulang
bersamanya dari suatu tempat dalam sebuah peperangan di Bani Musthaliq. Hingga,
Aisyah yang tiba-tiba datang berdua dengan seorang pemuda ganteng. Itulah dia
Shafwan Ibnu Mu'aththal.
Dengan cara apa lagi Aisyah menjelaskan kalau dirinya tidak seperti yang
diisukan, padahal tidak ada seorang saksi pun kecuali mereka berdua. Fitnah pun
merebak begitu subur di seantero Madinah.
Kalau saja bukan karena firman Allah swt. yang menegaskan kesucian Aisyah,
mungkin fitnah akan menjadi petaka besar bagi dakwah Islam saat itu.
Firman Allah swt.,
"Sesungguhnya orang-orang
yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Jangan kamu kira
bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu.
Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya.
Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam
penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar." (QS. An-Nur: 11)
Ayyuhal Ikhwah....
Sedemikian dahsyatnya bahaya lidah. Ketajaman lidah jauh melebihi pisau dan
pedang. Karena, sekali ia beraksi, korbannya tidak cuma satu atau dua orang,
melainkan bisa seluruh daerah, negara, bahkan jamaah sekali pun.
Islam mengajarkan kita untuk selalu berhati-hati dengan ucapan. "Siapa
yang banyak bicara maka banyak pula salahnya. Siapa yang banyak salahnya,
banyak pula dosanya. Dan, siapa yang banyak dosanya, maka api neraka lebih
utama baginya." (HR. Athabrani)
"Siapa
yang memberi jaminan kepadaku untuk memelihara di antara rahangnya (mulut) dan
di antara kedua pahanya (kemaluan), niscaya aku menjamin baginya surga."
(HR. Al-Bukhari)
Masih banyak
hadits lain yang menekankan pentingnya berhati-hati dengan ucapan.
Saudara-saudaraku
yang dirahmati Allah....
Dalam hidup
berjamaah, kita dipaksa untuk bisa berinteraksi dengan banyak orang di
sekeliling kita: antara sesama ikhwah, antara qiyadah dan jundiyah, atau
sebaliknya. Dan, bukanlah anggota jamaah yang baik yang punya kecenderungan
lebih asyik menyendiri daripada bersama.
Dalam interaksi
kebersamaan itulah, peluang-peluang baik dan buruk berlomba mempengaruhi kita. Kata-kata
atau ucapan adalah di antara sarana yang bisa menjadi media tumbuhkembangnya
peluang tersebut.
Ayyuhal
Ikhwah....
Jika kita sebagai
pimpinan, apa pun tingkatannya, ucapan kita seperti pangkal sudut dari sebuah
busur. Kita mungkin tidak akan menyangka kalau pengaruh yang ditimbulkan dari
pergeseran sudut yang kita anggap kecil itu, punya pengaruh luar biasa di
tingkat yang paling ujung. Semakin tinggi level kepemimpinan kita, kian besar
pengaruh yang muncul di tingkat paling bawah.
Dalam era
informasi seperti sekarang ini, perang tidak lagi cuma di medan pertempuran.
Melainkan juga di dunia informasi. Sayangnya, terlalu banyak musuh yang
menguasai media informasi dibanding yang dimiliki saudara-saudara kita.
Siang malam
mereka membidik Anda, wahai para public figure, para qiyadah; untuk
mencari-cari kelengahan Anda dalam hal ucapan atau statement. Sekali
Anda keseleo lidah, apalagi tergelincir; hal itu akan menjadi pemusnah massal
untuk keberlangsungan dakwah kita.
Para du'at yang
dicintai Allah....
Untuk kita-kita
yang ada di level bawah, para jundi yang senantiasa menjaga konsistensi dan
ketaatan karena Allah; ucapan juga bukan perkara yang bisa dianggap sederhana.
Mari kita
berlatih untuk senantiasa berpikir positif terhadap setiap kebijakan yang
turun. Selalu berpikir positif ini akan memberikan energi baru dalam setiap
medan amal yang mesti kita tuntaskan.
Sebaliknya,
berpikir negatif akan menumbuhkan begitu banyak persangkaan buruk. Tak ubahnya
seperti alang-alang di sebuah pekarangan rumah. Semakin lebat dan liar
alang-alang, kian banyak hama dan penyakit yang muncul.
Kelanjutan dari
cara berpikir negatif, akan menyuburkan komentar-komentar dan
perdebatan-perdebatan yang kurang produktif. Saat itulah, ketajaman lidah bisa
membelah sebuah persaudaraan dan soliditas jamaah yang sama-sama kita cintai
ini.
Allah swt.
mengingatkan kita untuk berhati-hati tentang masalah ini. Firman-Nya,
"Dan
taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al-Anfaal:
46)
Saudara-saudaraku yang dicintai Allah....
Memang, tidak mudah membangun sebuah kebersamaan dalam setiap keadaan.
Selalu saja muncul tarikan-tarikan, godaan-godaan yang membuat kita lengah
untuk memegang ikatan dakwah yang begitu mulia ini.
Mari jaga lidah kita agar tunduk dalam irama amal jama'i yang telah begitu
lama kita bangun. Latih dia untuk senantiasa melangkah ke kanan. Dan diamkan
lidah kita jika tingkahnya sudah mulai ke kiri.
Begitu tegas apa yang telah dinasihatkan Rasulullah saw. kepada kita semua.
"Siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah berkata yang
benar, atau diam." (HR.
Bukhari dan Muslim)
assalamu'alaikum,..
ReplyDeletesaya minta ijin untuk copy artikel ini,....
boleh kan ya,....
jazakallaahu khairon katsiiro
Tafdhal..
ReplyDelete