الحمد لله رب
العا لمين والعا قبة للمتقين ولا عدوان إلا علي الظالمين
والصلاة
والسلام علي هذا النبي الأمين سيد الغر المحجلين وقائد المجاهدين
قدوتنا
وأسوتنا محمد صلي الله عليه وعلي آله وأصحابه أجمعين. أما بعد.
Ikhwah fillah rahimakumullah
Al qudwah atau
yang disebut dengan kata al uswah bermakna contoh atau teladan. Kalimat yang tidak asing di telinga kaum muslimin
apalagi bagi para aktifis dakwah. Al qudwah merupakan dharuriyyatul hayat
(keniscayaan) bagi kehidupan alam semesta, sebelum menjadi dharuriyyatul-Islam
dan dharuriyyatud-dakwah.
Setiap makhluk menirukan apa yang dilakukan oleh
para pendahulunya. Secara zhahir hal ini
bisa kita fahami sebagai buah keteladanan, disamping kita meyakini ada hidayah[1] Allah bagi mereka. Anak
kambing mengikuti induknya memakan rumput, anak kerbau ikut berkubang di dalam
lumpur menirukan induknya, dst.
Di dalam Islam keteladanan itu menjadi sangat
penting. Allah swt menjadikan Rasulullah Muhammad saw sebagai teladan bagi kaum
muslimin.
21. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. QS. Al Ahzab.
Dalam beberapa hal Rasulullah saw mengharuskan umatnya untuk menirukan apa
yang dilakukannya, antara lain:
وَعَنْ
مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّه
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
{ صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي
أُصَلِّي } رَوَاهُ
الْبُخَارِيُّ
Dari Malik Ibnu
Al Huwairits ra berkata. Rasulullah saw bersabda: Shalatlah kamu sebagaimana
kamu melihatku shalat. HR Al Bukhari
عَنْ
جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا -: أَنَّ النَّبِيَّ -
صلى الله عليه وسلم - قَالَ: "خُذُوا عَنِّي مَنَاسِكَكُمْ" رَوَاهُ
أَحْمَدُ ومُسْلِمٌ وَالنَّسَائِيُّ
Dari Jabir bin
Abdullah ra bahwa Nabi Muhammad saw bersabda: Ambillah dariku manasik (haji)
kalian. HR Ahmad, Muslim, dan An Nasa’i
Dan banyak lagi
dalil-dalil yang menegaskan bahwa keteladanan adalah bagian penting dari ajaran
Islam.
Dalam konteks berjamaah, keteladanan menjadi sangat penting lagi
peranannya. Kekuatan berjamaah berada pada kerjasama harmonis imam dan makmum,
kerjasama yang dibangun berdasarkan keteladanan.
Shalat berjamaah bisa berjalan dengan baik ketika hubungan keteladanan itu
berjalan dengan harmonis. Makmum dengan tulus mengikuti imamnya dan imam dengan
penuh perhatian memimpin makmumnya menjalankan shalat.
Rasulullah mennegaskan kepada makmum untuk mengikuti contoh imamnya.
إِنَّمَا
جُعِلَ الإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَإِذَا صَلَّى قَائِمًا فَصَلُّوا قِيَامًا
وَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا وَإِذَا رَفَعَ فَارْفَعُوا وَإِذَا قَالَ سَمِعَ
اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقُولُوا رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ وَإِذَا صَلَّى
جَالِسًا فَصَلُّوا جُلُوسًا أَجْمَعُون موطأ مالك - (ج 1 / ص 394)
”Sesungguhnya imam itu ditunjuk untuk diikuti, jika
imam shalat dengan bediri maka shalatlah kamu dengan berdiri, dan jika imam ruku’
maka ruku’lah kamu, dan jika ia bangun maka bangunlah kamu, dan jika ia membaca
”Sami’allahu liman hamidah” maka bacalah: Rabbana walakalhamdu. Dan jika imam
shalat dengan duduk maka shalatlah kalian dengan duduk semua. Muwaththa’ Malik
Demikian juga Rasulullah menegur imam yang tidak memahami keadaan riil makmumnya.
إِنَّ
مِنْكُمْ مُنَفِّرِينَ فَأَيُّكُمْ أَمَّ النَّاسَ فَلْيُخَفِّفْ فَإِنَّ فِيهُمُ
الْكَبِيرَ وَالسَّقِيمَ وَذَا الْحَاجَةِ ». رَوَاهُ مُسْلِمٌ فِى الصَّحِيحِ عَنِ ابْنِ أَبِى
عُمَرَ عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عُيَيْنَةَ.
Sesungguhnya di
antara kalian ada yang menjauhkan (dari Islam), maka siapa saja yang mengimami
(shalat) kaum muslimin hendaklah meringankan. Karena di sana ada orang tua,
sakit dan yang punya hajat. HR. Muslim, dari Ibnu Abi Umar, dari Sufyan bin
Uyainah
Ikhwah fillah
rahimakumullah.
Para da’i adalah qudwah, terutama bagi orang-orang bertaqwa. Inilah do’a
dan harapan Ibadurrahman
(hamba-hamba Allah Yang Maha Penyayang) yang dijanjikan surga di akhirat kelak.
74. dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami,
anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai
penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
QS. Al Furqan.
Ia perbaiki dirinya untuk bisa menjadi teladan bagi isteri dan
anak-anaknya. Ia perbaiki keluarganya untuk dapat menjadi teladan bagi
orang-orang bertaqwa di sekelilingnya.
Bukan sembarang keteladanan yang dicontohkan, tetapi teladan yang bisa
diikuti orang-orang bertaqwa yang mengharapkan janji Allah, meyakini akhirat,
dan banyak mengingat Allah.
Inilah fokus keteladanan yang sangat diharapkan di jalan dakwah. Keteladan
untuk mengantarkan orang memperoleh janji Allah. Keteladanan untuk mendapatkan
akhirat yang baik. Keteladanan untuk senantiasa mengingat Allah.
Dari itulah Allah tegaskan keteladanan Rasulullah saw dengan sebutan
USWATUN HASANAH, bukan sekedar uswah. Sebab jika keteladanan yang ditampilkan
tidak bernilai kebaikan atau bahkan membuat orang jauh dari kebaikan, justru
akan menjadi investasi dosa seperti dalam hadits Rasulullah saw.
مَنْ
سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ
بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَىْءٌ وَمَنْ سَنَّ
فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ
بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَىْءٌ صحيح مسلم - (ج 6 / ص 342)
Barang siapa yang
memulai kebaikan dalam Islam, maka ia mendapatkan pahalanya dan pahala orang-orang
yang mengamalkan di belakangnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan
barang siapa yang memulai keburukan dalam Islam, maka ia mendapatkan dosanya,
dan dosa para pengamal sesudahnya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun. HR.
Muslim.
Ikhwah fillah
rahimakumullah.
Dari itulah para da’i harus memiliki kepekaan sosial yang tinggi, untuk
mencontohkan apa yang menjadi kebaikan umat menggapai akhirat, dan menjauhkan
diri dari semua sikap dan tindakan yang membuat umat tidak berharap kepada Allah,
mengganggu iman mereka kepada negeri akhirat, dan mengurangi dzikir mereka
kepada Allah.
Inilah kewajiban mendasar para da’i, mencontohkan gaya hidup untuk menggapai
kebahagiaan akhirat, karena hal ini tidak bisa dicontohkan oleh siapapun selain
para da’i. Wanahnu du’atun qabla kulli sya’in (dan kita adalah para da’i
sebelum berpredikat apapun). Berbeda dengan tujuan dunia, siapapun bisa menjadi
contoh tanpa harus menjadi da’i.
Materi tarbiyah kita tidak akan efektif merubah keadaan jika tidak diaktualkan
dalam kehidupan keseharian. Dan aktualisasi materi-materi tarbiyah itu tidak
akan efektif tanpa adanya keteladanan yang baik dari setiap kader dakwah di
semua level sosial.
Allah swt menghadirkan sosok Nabi Ibrahim dan kaumnya dalam mengaktualkan nilai-nilai
keimanan:
4. Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada
Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada
kaum mereka: "Sesungguhnya Kami berlepas diri daripada kamu dari daripada
apa yang kamu sembah selain Allah, Kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata
antara Kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu
beriman kepada Allah saja. QS. Al Mumtahanah
6. Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada
teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala)
Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian. QS. Al Mumtahanah
Allah swt mencela orang yang banyak berbicara tapi tidak menjadi amalan nyata:
2. Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan?
3. Amat besar kebencian di sisi
Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. QS. Ash Shaff
44. mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian,
sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al
kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir? QS. Al Baqarah
Abu Utsman Al Hairi (seorang ulama zuhud) mengatakan:
فِعْلٌ مِنْ
حَكِيْمٍ فِي ألْفِ رَجُلٍ أنْفَعُ مِنْ مَوْعِظَةِ ألْفِ رَجُلٍ فِي رَجُلٍ
”Satu contoh perbuatan dari seorang bijak untuk seribu
orang lebih efektif dari pada nasehat seribu orang untuk satu orang”.
Ikhwah fillah
rahimakumullah
Ada beberapa situasi yang kami perhatikan sangat membutuhkan keteladanan
orang lain, yaitu:
- Ketika hendak mengamalkan teori yang
telah ia pelajari,
Betapa sulitnya mengerjakan shalat –meskipun telah mengetahuinya teorinya
dengan baik- jika tidak ada contoh teladan nyata. Inilah tabiat semua ilmu
amaliah, tidak cukup dengan kumpulan teori, tetapi lebih efektif dengan contoh
teladan. Dan kita telah sepakat untuk meyakini dan mengatakan bahwa Islam
adalah agama amal, tidak sekedar ilmu, dakwah ini adalah amal, bukan sekedar
materi. Imam syahid memberikan salah satu sub judul risalahnya:
هَلْ نَحْنُ قَوْمٌ عَمَلِيُّوْنَ ؟
Apakah kita kaum pengamal?[2]
Betapa banyak materi tarbiyah yang dahulu hanya ada di white board,
sekarang harus riil dalam kehidupan. Maka sangat dicari siapa yang bisa menjadi
teladan rasmul bayan itu dalam kehidupan.
- Ketika berada dalam kebimbangan
Ketika seseorang berada dalam kebimbangan ilmu yang dimiliki, jalan yang
hendak di tempuh, sikap yang harus dilakukan, dst, sangat membutuhkan
keteladanan dari orang lain yang dipercaya. Teladan dari orang yang dipercaya
dapat merubah ilmu yang telah dimiliki sebelumnya. Alangkah bahayanya jika ia
mendapatkan contoh yang salah dari orang yang dipercayainya.
- Ketika berada dalam tekanan dan
situasi yang tidak menyenangkan
Dalam situasi yang tidak menyenangkan seseorang sangat membutuhkan teman,
terutama teladan. Al Qur’an banyak sekali menerangkan hal ini. Ketika
Rasulullah didustakan oleh kaumnya, Allah sampaikan bahwa para rasul terdahulu
juga didustakan.[3]Ketika
bersedih ditinggal wafat Khadijah dan Abu Thalib yang mejadi salah satu benteng
dakwah, Rasulullah bersedih, hingga tahun itu disebut ’amul huzni
(tahun duka), Allah kisahkan Nabi Yusuf yang dibuang oleh saudara-saudaranya.
Ketika kaum muslimin menghadapi serangan tentara ahzab (koalisi
kafir-yahudi-musyrikin Arab), di musim dingin mencekam, stok makanan menipis. Situasi
yang disikapi oleh sebagian orang dengan penyesalan ingin kembali ke padalaman
Arab –tidak di Madinah-[4], situasi yang disesali dan
dipertanyakan oleh kaum munafiq[5]. Ketegangan suasana itu
justru menjadi penguat dan penambah iman bagi para sahabat setelah menemukan
keteladanan pada diri Rasulullah saw.
21. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
22. dan tatkala orang-orang
mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata :
"Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita". dan
benarlah Allah dan Rasul-Nya. dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada
mereka kecuali iman dan ketundukan.
23. di antara orang-orang mukmin
itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah;
Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang
menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya), QS. Al Ahzab
Dakwah hari
ini adalah aktualisasi materi tarbiyah di masa lalu, pengalaman baru, sering
berada di persimpangan, dan sering menjadi musuh bersama di medan juang. Maka
keteladanan menjadi keniscayaan agar kader dakwah tidak berubah jati diri,
militansi, dan harapan mulia.
Wallahu a’lam.
USTADZ IZIN SHARE BISA ?
ReplyDeletejazakallah khoiron ustadz, numpang copy materi antum
ReplyDelete