Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Saturday, October 27, 2012

MERAJUT CINTA TERAKHIR

(Oleh: Arida Sahputra)


Hehehee ^_^
Kali ini akan saya selesaikan tulisan yang membahas Ukhwah Islamiyah ini. Bagi pembaca perdana sebaiknya sebelum membaca tulisan ini membaca “Merajut Cinta” dan “Merajut Cinta ke 2”. Karena tulisan yang berjudul Merajut Cinta Terakhir ini merupakan rangkaian tulisan-tulisan yang direkomendasi diatas.
Pada tulisan ini, saya akan membahas urgensi ukhwah islamiyah dan peneguhan ikatan ukhwah islamiyah. Untuk lebih awal saya membahas urgensi ukhwah islamiyah.

Kenapa penting menjalin Ukhwah Islamiyah? Bagi yang telah membaca tulisan “Merajut Cinta” pasti sudah tergambarkan kenapa menjadi penting untuk menjalin ukhwah Islamiyah. Karena pada tulisan “Merajut Cinta” saya sudah menggambarkan kondisi ukhwah Islamiyah kekinian. Namun pada tulisan kali ini saya akan memaparkan lebih dalam lagi.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa umat Islam menghadapi berbagai permasalahan pada ummat Islam ataupun di antarabangsa terutama setelah jatuhnya kekhalifahan Islam yang terakhir pada tahun 1924. Di kalangan ummat Islam sendiri, umat Islam ketika ini terpecah-pecah menjadi lebih 55 negara  di mana masing-masing bangga dengan negaranya sendiri. Seringkali negara-negara Islam sendiri tidak mempunyai perasaan damai antara satu dengan yang lain. Bahkan tidak jarang pula satu negara dengan yang lain terjadi peperangan kerana hanya satu masalah yang remeh misalnya batas wilayah.

Umat Islam telah kehilangan satu kepimpinan dan akibatnya sering lemah dan tidak berdaya dalam menghadapi musuh-musuh Islam. Ini dapat dilihat dengan jelas terhadap peristiwa  pembantaian umat Islam yang berlaku di Palestin, Kashmir, Bosnia, Asia Tengah, India dan lain-lain.

Alhamdulillah, tahun terakhir ini telah lahir kepemimpinan yang luar biasa. Yaitu terpilihnya Erdogan sebagai PM Turki, Muhammad Moersi sebagai Presiden Mesir, dan Ismail Haniyeh sebagai PM Palestina. Tampak jelas dalam issue-issue Internasional, ketiga tokoh ini sering membuat pernyataan sikap yang mengejutkan Yahudi dan Barat. Yaitu dengan pembelaan-pembelaannya terhadap Negara Islam juga turut ikut campur tangan dalam menyelesaikan problem-problem yang terjadi di Negara Islam. Semoga 2014 akan lahir pemimpin yang kuat di Indonesia yang akan menguatkan pernyataan sikap yang pro keadilan seperti ketiga tokoh Islma Internasional tersebut. Karena keadilan itu milik semua manusia yang hidup di Dunia ini. Seperti itulah indahnya Islam ini sebenarnya.

Baik kembali ke laptob. Hubungan di antara ummat muslim sendiri tidak begitu harmonis di mana kita sering tidak memberikan hak kepada saudara kita se-Islam dengan semestinya. Akibatnya ikatan antara sesama muslim menjadi begitu lemah sekali kerana mereka hanya berbaik-baik jika ada keuntungan yang boleh diraih tapi jika tidak ada apa-apa manfaat keduniaan, maka agak sukar untuk mereka memikirkan akan nasib saudara mereka sendiri dalam Islam seolah-olah tidak ada ikatan yang istimewa di antara orang-orang Islam.

Mari coba kita renungkan kenapa umat Islam jatuh kepada keadaan seburuk ini?
Di sinilah letaknya kepentingan Ukhuwah Islamiyah. Banyak permasalahan Umat Islam akan mudah ditangani jika kita benar-benar mampu memahami kaidah Ukhuwah (persaudaraan) Islamiyah dan membina Ukhuwah Islamiyah yang sebenarnya.

Allah swt dengan cantiknya menggambarkan hubungan antara sesama orang-orang yang beriman: “Orang-orang yang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Maka, damaikanlah (perbaiki hubungan) antara kedua saudaramu itu, dan patuhlah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”  (QS Al Hujuraat : 10)
Dalam ayat ini Allah swt mengaitkan ukhuwah (persaudaraan) dengan iman, menunjukkan betapa pentingnya makna Ukhuwah Islamiyah. Ukhuwah dijadikan oleh Allah swt sebagai salah satu dari tanda-tanda orang yang beriman.

Dalam sirah Rasulullah saw, kita dapat menghayati makna daripada ayat di atas bagaimana Rasulullah saw mengimplementasikan perintah Allah ini dalam membina umat Islam ketika itu.Setelah baginda berhijrah dan sampai di Madinah, salah satu langkah yang paling awal yang beliau lakukan adalah mengikat persaudaraan antara orang-orang Muhajirin dan Anshar (Lihat: Merajut Cinta ke 2)

Ikatan persaudaraan yang dibina oleh Rasulullah ini sedemikian kuatnya sehingga melebihi rasa persaudaraan di antara dua saudara kandung. Baginda juga memerintahkan dibangunnya Masjid sebagai pusat bertemunya orang-orang yang beriman paling sedikit 5 kali sehari.

Peneguhan Ikatan Ukhwah Islamiyah memang agak panjang, dilakukan dengan cara bertahap, dan InsyaAllah akan berterusan.

Kali ini saya memaparkan tahapan-tahapan agar ikatan Ukhwah Islamiyah itu kukuh;

1. Ta'aruf (saling mengenal)
Pada tahapan ini, mengenal itu bukan hanya sekedar tau nama, alamat, umur saja. Tetapi mengenal juga penampilan saudaranya, sifat-sifat (Syakhsiyah) saudaranya, pemikiran saudaranya. Pengenalan dalam tahap ini mencakupi aspek ‘jasadi’ (fizikal), ‘fikri’ (pemikiran) dan’nafsi’ (kejiwaan).

2. Tafaahum (saling memahami)
Ini merupakan tahap yang penting kerana ia mencakupi berbagai proses penyatuan. Seperti juga dalam tahap pertama, ruang lingkup proses ‘tafaahum’ ini adalah lebih kurang sama. Perbezaannya terletak pada kekuatan pengenalan.
Pada tahap ini, setiap muslim dituntut untuk memahamiKebiasaan saudaranya,Kesukaan saudaranya, Karakter saudaranya, Ciri khas individu, Cara berfikir saudaranya.Dengan yang demikian, perasaan-perasaan seperti “tidak enak”, “tidak sesuai” dan sebagainya dapat dihapuskan dalam rangka saling menasihati.

Dalam tahap ini terdapat tiga bentuk proses penyatuan yang meliputi :
a. Ta'liful Qulb
Penyatuan hati merupakan asas awal yang mesti ada dalam proses pembentukan ukhuwah kerana hati (qalb) merupakan sumber setiap gerakan dan sikap seseorang dalam Menilai, Memilih, Mengasingkan, Mencintai, Membenci.
Apabila hati telah terpaut dan jiwa telah menyatu, barulah persaudaraan seseorang dengan yang lainnya akan Berjalan lancar, Bersih, Dipenuhi rasa kasih sayang. Hati manusia hanya mampu disatukan secara murni dan bersih apabila bermuara kepada satu simpul ikatan yang fitrah dan simpul tali itu adalah aqidah. Inilah satu-satunya asas berpijak, bertemu dan menjadi pengikat yang utuh dan abadi.
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu kerana nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS Ali Imran : 103)

b. Ta'liful Afkar
Dalam proses ini, orang-orang yang sudah sehati sejiwa sepatutnya berhimpun bersama untuk mempelajari suatu sumber yang sama sehingga menghasilkan suatu fikrah (cara berfikir) yang serupa.
Bahkan yang jauh lebih penting adalah bila berlaku perbezaan cara pandang, maka dengan titik mula cara berfikir yang sama akan dapat diselesaikan dengan segera sehingga mampu meningkatkan keberkesanan kerja.
Ikatan Ukhuwah Islamiyyah adalah ikatan yang aktif dan dinamik dalam menegakkan kalimah Allah swt.
Untuk itu diperlukan tidak hanya sekadar hati yang ikhlas tetapi juga Gagasan, Pemikiran, Konsep, Idealisma yang cemerlang.
Meskipun sekelompok individu telah saling mengikatkan diri, sehati dan sejiwa; namun kerana terdapat perbedaan orientasi dan wawasan pemikiran, maka strategi dan politik (taktik) pun menjadi berserakan di mana akhirnya kerja akan membawa kepada kegagalan dan kekalahan.
Oleh kerana itulah tahap “penyatuan pemikiran” ini menjadi suatu kemestian dalam membentuk Ukhuwah Islamiyah.

c. Ta'liful Amal
Individu-individu yang telah berhimpun di atas tujuan dan pemikiran yang sama ini tidak boleh hanya berdiam diri sahaja atau bekerja sendiri-sendiri (single fighter). Adalah menjadi sunnatullah bahwa sesuatu yang diam atau tidak bergerak mempunyai kecenderungan untuk mendapat penyakit misalnya seperti air yang terkumpul dan tidak mengalir boleh menjadi sumber penyakit.

 Demikian pula dengan kumpulan individu yang bersemangat tinggi dan memiliki setompok gagasan cemerlang akan menjadi “penyakit” apabila tidak ada langkah kerjanya. Oleh kerana itu sangat perlu adanya kerja yang nyata dalam berbagai bidang dan keahlian dan agar kerja itu berkesan, maka ianya hendaklah tersusun dalam suatu arus yang terarah.

3. Ta'awun (saling menolong)
Dalam proses penyatuan kerja, adalah suatu yang mutlak diperlukan usaha tolong-menolong yang merupakan usaha lanjutan dari tahap ‘tafaahum’ (saling memahami) pada tahap kedua di atas.
 Saling mengenal semata-mata tanpa diteruskan dengan saling memahami tidak akan mampu membentuk hubungan antara individu yang mampu tolong menolong, saling isi-mengisi dengan kekurangan dan kelebihan yang terdapat pada setiap individu.

4. Takaaful (saling memikul bebanan)
Dalam proses penyatuan kerja, adalah suatu yang mutlak diperlukan usaha tolong-menolong yang merupakan usaha lanjutan dari tahap ‘tafaahum’ (saling memahami) pada tahap kedua di atas.
 Saling mengenal semata-mata tanpa diteruskan dengan saling memahami tidak akan mampu membentuk hubungan antara individu yang mampu tolong menolong, saling isi-mengisi dengan kekurangan dan kelebihan yang terdapat pada setiap individu.

Pada tahap “ta’aruf”, Ukhuwah mulai dirintis, iaitu dua (atau lebih) saudara Muslim saling mengenal dengan saling mengunkapkan latar-belakang masing-masing.
 Allah swt berfirman :
 “Wahai manusia! Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu mengenal antara satu sama lain. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu dalam pandangan Allah ialah yang lebih bertaqwa. Sesungguhnya ALlah Maha Tahu dan Mengerti.” (QS Al Hujurat : 13)
Dengan pengenalan ini maka kita mampu menghayati hakikat perbezaan-perbezaan (bangsa, kedudukan, status, ras, bahasa dan lain-lain) di antara kita dan akhirnya mampu menerima perbezaan-perbezaan ini sebagai kehendak Allah agar kita dapat saling mengenal.

 Pada tahap “tafaahum”, tingkatan Ukhuwah adalah lebih tinggi lagi iaitu setelah kita mengenali latar belakang saudara kita, maka seterusnya kita perlu memahami diri saudara kita lebih terperinci lagi iaitu sehingga sampai ke tahap :
1. Mengenali dan memahami apa-apa yang disukai dan   apa-apa yang dibenci oleh saudara kita.
2. Kita dapat bertindak dengan sebaik-baiknya kepadanya.
3. Kita memahami kelebihan dan kelemahan saudara kita.
4. Kita mampu bertindak demi untuk kebaikan saudara kita.
 Manakala pada tahap “takaaful”, di sinilah tingkatan yang tertinggi sekali. Setelah kita
saling mengenal, kemudian saling memahami, akhirnya kita mampu saling berkongsi bebanan.
Allah swt memerintahkan kepada kita :
 “….Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu tolong-menolong dalam mengerjakan dosa dan pelanggaran hukum….” (QS Al-Maidah : 2)
 Bagaimana kita melaksanakan perintah Allah ini jika kita tidak saling mengenali antara satu sama lain?
Jadi kedua-dua tahapan Ukhuwah sebelumnya merupakan syarat asasi untuk tahapan “takaaful” ini.
Dalam harakah Islamiyah, terbinanya Ukhuwah Islamiyah mempunyai peranan yang penting sekali demi kejayaan dakwah. Imam Hasan Al-Banna menjadikan Ukhuwah Islamiyah ini sebagai salah satu dari 10 rukun bai’ah dalam organisasi dakwah yang beliau bina.

Beberapa ungkapan beliau yang mungkin boleh kita kaji dalam pembentukan Ukhuwah Islamiyah adalah seperti berikut :

  1. Kekuatan jamaah, sebagaimana organisasi-organisasi secara umumnya, adalah terletak pada kekuatan ikatan para anggotanya.
  2. Tiada ikatan yang lebih kuat dalam hal ini selain ikatan “cinta” yang diasaskan pada aqidah Islam.
  3. Tingkatan daripada “ikatan cinta” ini yang paling lemah adalah kebersihan hati kita terhadap saudara kita (yakni dari segala macam penyakit hati seperti buruk sangka, iri-hati, dengki, sombong, tamak, dan lain-lain).
  4. Tingkatan yang paling tinggi daripada “ikatan cinta” ini adalah mendahulukan kepentingan saudara kita berbanding kepentingan kita.


Akhirnya, kita cukup memahami betapa pentingnya Ukhuwah Islamiyah ini bagi diri kita sendiri sebagai individu Muslim. Kita semua tahu bahwa agama Islam adalah agama Allah dan Allah telah menjanjikan kewujudan dan kemenangan Islam.

Akhir kata, kita mau menjalin Ukhuwah Islamiyah atau tidak, Islam akan tetap kekal dan  dakwah Islam akan terus berjalan, tetapi kita tidak boleh hidup tanpa Ukhuwah Islamiyah ibarat sekelompok biri-biri di pinggir hutan di mana seekor serigala hanya akan mampu menangkap seekor biri-biri yang terkeluar dari kelompoknya.

Yaa Allah,
Engkau telah mengetahui bahwa hati-hati ini telah behimpun karena Cinta-Kepada Mu.
Telah berjumpa dalam taat kepada Mu.
Telah bersatu dalam dakwah kepada-Mu.
Telah berpadu dalam membela syariat Mu.
Teguhkanlah ya Allah ikatannya.
Kekalkanlah cinta kasihnya.
Tunjukilah jalan-jalannya.
Penuhilah hatinya dengan cahaya Mu yg tidak pernah hilang
Lapangkanlah dada-dada kami dengan kelimpahan iman kepada Mu dan indahnya bertawakal kepada MU
Hidupkanlah hati ini dengan ma’rifat Mu
Matikanlah ia dalam syahid kepada Mu.
Engkaulah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.
Aamiin.. Aamiin.. ya rabbal ‘alamin..

Wallahu a'lam bishawab

3 comments: