Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Sunday, September 30, 2012

PERANG KHANDAQ


Setelah Allah SWT mentakdirkan pengasingan Bani Nadhir, sebagai balasan yang setimpal atas percobaan pembunuhan yang mereka rencanakan terhadap Nabi Muhammad SAW, maka mereka mulai melancarkan dan mengobarkan api fitnah, dan menyulut api permusuhan dan kemarahan di kalangan bangsa Arab untuk memerang Islam dan ummatnya karena dengki dan kesewenang-wenangan.

Elit- elit kafir mampu memobilisasi kekuatan dari kabilah-kabilah Arab yang membenci Islam, mereka mengira kebatilan akan mampu mengalahkan al-Haq, kegelapan kekufuran akan dapat memadamkan cahaya tauhid, demikianlah bergabung kekuatan kejahatan dan permusuhan, yang menginginkan terpukulnya Islam di dalam rumahnya sendiri hanya dengan sekali pukulan saja. Setelah itu tidak akan berdiri lagi untuk selama-lamanya.

Allah SWT menghedaki tegaknya al-haq dan hancurnya al-bathil, walaupun orang-orang kafir tidak menyukainya. Peperangan ini merupakan perang yang paling penting dalam sejarah Islam, dan telah nyata bahwa kaum muslimin dalam peperangan ini hanya berpegang teguh kepada tali Allah SWT, bersandar kepada kebenaran iman mereka dengan risalah yang agung ini, dan kesabaan mereka dalam menghadapi tantangan di tengah puncak kesulitan, dan hati merekapun berguncang. Namun keimanan nialah yang meadi penyebab datangnya bantuan dan pertolongan Allah SWT. Hati orang-orang yang beriman tidak mengenal putus asa, apabila pasukan koalisi mengiri bahwa dunia berada bersama mereka, maka orang-orang yang beriman dengan penuh keyakinan berkata : ”Sesungguhnya Allah SWT bersama kami dan Allah Maha Besar!.
  
WAKTU KEJADIAN DAN SEBAB - SEBABNYA

Perang khandaq atau perang Ahzab ini terjadi pada bulan Syawal tahun kelima hijriyah. Adapaun sebab-sabab terjadinya peprangan ini bermula dari orang-orang Quraisy dan kabilah Yahudi dan Arab yang merasa khawatir dengan eksistensi Islam, sehingga mengantarkan mereka kepada konspirasi mnjatuhkan Islam dan menanti-nati momen yang tepat untuk merealisasikannya. Elit Banu Nadhir masih menyimpan amarah yang dalam kepada kaum Muslimin, dan ambisi mereka untuk melampiaskan balas dendam, setelah mereka iasingkan dari kota Madinah.

PERISTIW-PERISTIWANYA

Dalam benak kepala kaum elit Bani Nadhir   dipenuhi oelh pemikiran untuk menyerukan bangsa Arab di Jazirah untuk memberontak melawan Islam dan umatnya, sehinga kebencian dan dendam mereka menyebabkab mereka bersikap fasik dan dusta. Hal itu terbukti ketika kaum Quraisy bertanya kepada mereka : ”afakhairun diinunaa am diinu Muhammad?”, mana yang labih baika, agama kami atau agama Muhammad? Tanpa sungkan Huyyay bin Akhtab dan elit Banu Nadhir lainnya menjawab : ”tidak, agama kalian lebih baik dari agama Muhammad”. Lalu kaum Elit Yahudi pergi ke Bani Ghatafan, menghasut mereka dan memprovokasi kabilah-kabilah untuk memberontak kepada kaum Muslimin.

Adapun kaum Quraisy dan Ghatafan sejak pasca perang Uhud memang mengancam ingin menyerang, kebencian dan dendam telah merasuki ubun-ubun mereka, gayngpun bersambut, mereka mulai melakukan mobilisasi, dan bergeraklah pasukan besar di bawah komando Yahudi ini menuju Madinah untuk menyerang Nabi dan para sahabatnya.

Kaum Quraisy dipimpin oleh Abu Sufyan dengan 4000 personil, 300 pasukan berkuda dan 500 kafilah onta, sedangkan pembawa bendera diserahkan kepada Utsman bin Thalhah sesuai hasil keputusan musyawarah di Daarunnadwah. Ia dipilih karena Ia telah berpengalaman menjadi pemegang bendera dalam perang Uhud dan ayahnya mati terbunuh dalam peperangan tersebut. Banu Fazaarah juga keluar dibawah pimpinan ’Uyaynah bin Hishn dengan jumlah pasukan yang cukup banyak dan 1000 ekor onta. Bani Asyja’ dan Murrah, Bani Sulaim dan Bani Asad bergabung seluruhnya dengan jumlah pasukan mencapai 10.000 orang. Mereka seluruhnya menuju kota Madinah di bawah komando Abu Sufyan, sesampainya di Madinah mereka saling menugaskan bergantian memimpin pasukan.

STRATEGI PERTAHANAN PARIT

Rasulullah SAW dan kaum Muslimin telah mendapatkan informasi tentang bergeraknya pasukan besar koalisi bangsa Arab untuk menghantam Islam dan umatnya di dalam ruangan rumah-rumah mereka. Lalu beliau bermusyawarah dengan para sahabat apa yang sebaiknya harus dilakukan, apkh tetap bertahn di Madinah, atau keluar menghadp mereka? Namun pendapat yang ada cenderung tetap bertahan di Madinah menghadapi puluhan ribu pasukan lengkap dengan persenjataannya. Pada saat itulah Salman Al-Farisy  mengusulkan untuk menggali parit, ini strategi nyang tidak pernah dilakukan oleh bangsa Arab, usulan diterima, umat Islam pun langsung bergegas mengerjakannya, mereka mulai menggali Khandaq di sebelah utara kota Madinah memanjang diri timur ke Barat, posisi ini merupakan tempat yang rawan dimasuki oleh musuh menuju kota Madinah. Bersebalahan dengan masing-masing ujung parit tersebut terdapat pemukiman penduduk dan kebun  kurma, jadi tidak mungkin mereka memasuki kota Madinah dari arah tersebut.

Nabi Muhammad SAW ikut turun menggali parit bersama para sahabat, beliau mengangkut tanah galian dan menyemangatkan kaum Muslimin dengan mendendangkan syair Abdullah bin Abi Rawahah :

اَللَّهُمَّ لَوْلاَ أَنْتَ مَا اهْتَدَيْنَا
وَلاَ تَصَدَّقْنَا وَلاَ صَلَّيْنَا
فَأَنْزِلَنْ سَكِيْنَةً عَلَيْنَا
وَثَبِّتِ اْلأَقْدَامَ إِنْ لاَقَيْنَا
وَالْمُشْرِكُوْنَ قَدْ بَغَوْا عَلَيْنَا
وَإِنْ أَرَادُوْا فِتْنَة ًأبَيَنَْا

Ya Allah!, kalau bukan karena Engkau kami tidak akan mendapat petunjuk
Kami tidak akan bersedekah dan tidak akan shalat
Karena itu, berikanlah ketnangan kepadan kami
Dan mantapkanlah langkah-langkah kami jika kami telah berhadapan
Orang-orang Musyrik itu telah memnagkang terhadap kami
Jika mereka ingin menghancurkan kami kami tak akan biarkan begitu saja.

Kaum Muslimimn dapat menunjukan kerjanya yang serius, kesungguhnannya yang kontrinyu untuk menuntaskan penggalian parit dalam waktu enam hari, kemudian rumah-rumah-rumah yang diprkirakan akan berhadapan langsung dengan musuh di bentengi dan rumah-rumah yang bersebelahan dengan parit juga dibentengi dengan batu-batuan yang juga dapat digunakan oleh wanita dan anaka-anak untuk melempar musuh bila diperlukan.

KAUM QURAISY TIBA-TIBA TELAH MENDEKAT KE PARIT

Pada awalnya pasukan koalisi Quraisy verharap dapat bertemu kaum Muslimin di lembah Uhud, namun tak seorangpun dijumpai di sana, lalu mereka bergerak maju ke kota Madinah sampai akhirnya tiba-tiba mereka sampai di dekat Khandaq, maka merekapun marah bercampur ta’jub melihat strategi pertahanan yang belum pernah ada sebelumnya. Kaum Quraisy dan pasukannya mengambil tempat di dekat sumber air, sedangkan Ghatafan dan pasukannya mengistirahatkan pasukannya di dekat Uhud.

KAUM MUSLIMIN JUGA MENGAMBIL POSISI

Kekuatan Muslim hanya berkisar 3000 orang personil di bawah pimpinan Rasulullah SAW, posisi kaum Muslimin berada di dekat Khondaq dan kaum quraisy di seberangnya. Khusus untuk Rasulullah SAW di bangunlah kemah berwarna merah agar mudah dikenali oleh kaum Muslimin. Sementara Quraisy dan pasukan koalisi sudah putus asa terhalang oleh parit. Abu Sufyan dan sekutunya yakin kalau hal ini akan terus berlangsung sampai waktu yang tidak jelas, pada saat itu sudah masuk musim dingin, angin bertiup kencang dan dikhawatirkan akan turun hujan. Mereka mengharapkan ada kemenangan yang mudah dalam perang Uhud dan merke kembali dengan membawa ghanimah yang berlimpah. Begitupula Ghatafan mulai berfikir untuk munduru teratur dari front, karena mereka berperang tujuannya hanya harta rampasan perang.

Pada saat putus asa melanda pasukan koalisi, dan mereka nyaris mundur, maka kaum Yahudipun mulai setress, mereka mulai melakukan rekayasa fitnah, Huyay bin Akhtab mengatakan kepada sekutu-sekutunya bahwa Ia akan ditolong oleh Bani Quraizhah sekutu kaum Muslimin di Madinah, mereka akan membuka jalan masuk  kota Madinah selain arah Khandaq.

BANU QURAIDZHAH TERJEBAK DALAM PENGKHIANATAN

Huyay bin Akhtab bertemu dengan Ka’ab bin Asad tokoh Bani Quraidzhah yang diam-diam masih loyal dengan pasukan koalisi untuk menghancurkan kaum Muslimin. Pada awalnya Ka’ab khawatir akan resikonya, sebagaimana yang telah dialami oleh Banu Qainuqa’ dan Banu Nadhir sebelumnya, kemudian Ia tetap bersikukuh, dan bersepakatlah  kedua tokoh Yahudi tersebut melanggar perjanjian. Tatkala berita bergabungnya Banu Quraidzhah dengan pasukan koalisi dan penghianatannya terhadap perjanjian bersama kaum Muslimin. Kaum Muslimin cukup terguncang dengan kejadian ini, dan mereka khawatir akibat yang akan ditanggungnya. Dan Rasulullah SAW dengan arif dan bijaksana menghimbau agar kaum Muslimin tetap tenang, lalu beliau mengutus empat orang sahabat ke Bani Quraizdhah, sesampainya di sama memang benar didapati Banu Quraidzah telah berkhianat, mereka telah ternag-terangan menghinakan kaum Muslimin.

Keempat sahabat tersebut segera kembali menemui Rasulullah SAW untuk menyampaikan berita tersebut. Ini bencana yang cukup serius bagi kaum Muslimin, mereka membayangkan bagaimana jadinya bila Banu Quraidzhah benar-benar telah membuka jalan masuk ke kota Madinah untuk pasukan koalisi, sebab jika mereka berhasil masuk, maka mereka akan membantai habis kaum Muslimin dan menghancurkannya sehancur-hancurnya. Banu Quraidzah telah memutus bantuan  dan dukungannya kepada kaum Muslimin, sementara Quraisy dan Ghatafan telah bersiap-siap untuk menyerang setelah menunggu kurang lebih sepuluh hari. Gambaran situasi ini telah dilukiskan dalam Al-Qur’an, sebagaimana Allah SWT berfiman :

10.  (yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan[1205] dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka.
11.  Disitulah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat.
12.  Dan (Ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya Berkata :"Allah dan rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya".
13.  Dan (Ingatlah) ketika segolongan di antara mreka berkata: "Hai penduduk Yatsrib (Madinah), tidak ada tempat bagimu, Maka kembalilah kamu". dan sebahagian dari mereka minta izin kepada nabi (untuk kembali pulang) dengan Berkata : "Sesungguhnya rumah-rumah kami terbuka (Tidak ada penjaga)". dan rumah-rumah itu sekali-kali tidak terbuka, mereka tidak lain Hanya hendak lari.



[1205]  maksudnya ialah menggambarkan bagaimana hebatnya perasaan takut dan perasaan gentar pada waktu itu.

Begitulah Huyay bin Akhtab mengobarkan api peperangan, kaum Muslimin cukup mersasa cemas dengan rencana jahat ini, yang akan menghancurkan kota Madinah dan orang-orang yang berada di dalamnya, dan apa yang diinginkan oleh musuh-musuh Allah untuk memberangus da’wah dan para da’inya akan menjadi kenyataan.

GENDERANG PERANG SEMAKIN NYARING, PASUKAN KOALISI BERSIAP-SIAP MENYEBERANGI PARIT.

Spirit dan moralitas perang kaum Musyrikin semakin meningkat, sampai-sampai sebagain mereka ingin melompati parit, beberapa pasukan berkuda mereka  mencoba melompat dari celah yang lebarnya agak pendek, dan ternyata mereka bisa melompatinya. Di antara yang berhasil melompatinya adalah ’Amr bin Abdi Wudd, Ikrimah bin Abi Jahal, dan Dhirar bin Al-Khattab. Ali bin Abi Thalib dan beberapa pasukan kaum Muslimin segera mencegat mereka, tiba-tiba Amr bin Abdi Wudd menantang untuk prnag tanding satu lawan satu (Mubarazah / Single Fighter), tantangnnya disambut oleh Ali bin Abi Thalib dan beliau berhasil membunuhnya, sedang sisanya kabur terbirit-birit melompati kembali parit tersebut. Gagal sudah upaya pasukan Quraisy  yang ingin mencoba melompati parit tersebbut.

Pasukan koalisi terus menyulut api peperangan untuk menanamkan rasa takut terhadap kaum Muslimin, dan melemahkan spirit dan moralitas perang mereka. Sementara Bani Quraidzhah mulai turun dari benteng mereka mendekati rumah-rumah penduduk kota Madinah yang dekat dengan mereka, untuk mengintimadisi mereka dan menyebarkan opini yang men’down’kan mereka, serta menghancurkan moralitas pasukan kamu Muslimin.

DIPLOMASI DAN KAMUFLASE PERANG
Kaum Muslimin masih tergncang dan cemas dalam menghadapi makar dan tipudaya Yahudi dan pasukan koalisi Quraisy. Rasulullah SAW berfirikir bahwa hal ini harus dihadapi dengan politik diplomasi dan kamuflase perang. Beliau mulai menjalankan misinya dengan mengirim utusan ke Ghatafan dengan menjanjikan mereka 1/3 hasil perkebunan Madinah bila mereka mundur dari koalisi, karena keikutsertaan mereka hanya ingin mengharapkan harta rampasan perang , namun kalangan Anshar tidak menginginkan bergaining itu diteruskan antara Rasulullah SAW dan elit Ghatafan, mereka enggan orang-orang Ghatafan memiliki saham dalam hasik kebun kota Madinah, dan hal ini menurut pandangan mereka juga akan menggerogoti kehormatan Islam.

Kaum Muslimin hanya bisa pasrah dan bersabar, seraya mengharapkan petunjuk dan pertolongan Allah SWT yang akan menjadi salah satu penyebab kemenangan. Tiba-tiba Nu’aim bin Mas’ud memberitahu keislamannya kepada Rasulullah SAW, sedangkan kaumnya dari Ghatafan tidak mengetahuinya. Ia adalah kolega dekat Quraisy dan Yahudi dan menawarkan bantuannya kepada Rasulullah SAW. Lalu Rasulullah SAW bersabda :

أَنْتَ رَجُلٌ وَاحِدٌ . .. وَلَكِنْ خَذِّلْ عَنَّا مَا اسْتَطَعْتَ فَإِنَّ الْحَرْبَ خُدْعَةٌ
.Engkau satu-satunya orang di antara kami…….karena itu buatlah mereka ‘down’ terhadap kami semampu yang bisa engkau lakukan, karena sesungguhnya perang itu adalah kamuflase dan tipu daya”

PERAN NYATA NU’AIM BIN MAS’UD

Nu’am keluar dengan tenang meninggalkan Rasulullah SAW menuju Bani Quraidzhah, mereka tidak tahu kalau dirinya telah masuk Islam, lalu Ia menyebutkan bahwa antara dirinya dan mereka terjalin hubungan yang dekat dan penuh cinta, hal ini dilakukakan agar Ia dapat mempengaruhi Bani Quraidzhah untuk menarik diri dari pasukuan kolaisi, kemudian Ia katakan  bahwa Bani Quraidzhan akan terancam oleh malapetaka, sebab Quraisy dan Ghatafan belum pasti apakah mereka akan berada di front sampai peperangan ini usai, karena itu Bani Quraizhah diminta oleh Nu’aim bin Mas’ud untuk mengkonfirmasi dan meminta jaminan kepercayaan sekutunya tersebut, Nu’aim bin Mas’ud mengingatkan jangan sampai mereka mengalami nasib seperti Bani Qainua’ dan Bani Nadhir, Ia menegaskan sekali lagi agar tidak bergabung begitu saja dengan pasukan kolaisi bila Quraisy dan Ghatafan tidak memberikan jaminan bahwa mereka tidak akan pulang ke Mekkah meninggalkan Bani Quraizhah, untk itu sebagai jaminannya mereka harus menyandera 70 elit Quraisy dan Ghatafan yang dapat mereka tebus bila peperangan telah selesai. Bani Quraidzhah menyetujui gagasan Nu’aim dan merosponnya dengan segera.

Nu’aim bergegas pergi ke koleganya yang lain (Quraisy), di sana Ia berkumpul dengan para eliti tokohnya, Ia menunjukan ras simpatik yang setinggi-tingginya kepada mereka. Ia mulai memberi isyarat bahwa Bani Quraidzhah menyesali penghianatan mereka dan mereka telah menyerah kepada Nabi Muhammad SAW dan kaum Muslimin, mereka lakukan itu untuk meminta keridoan Nabi agar mau memaafkan saudara mereka Bani Nadhir, oleh kaena itu kemungkinan nanti merek akan datang ke sini untuk meminta tokoh-tokoh Quraisy untuk mereka eksekusi, Nu’aim menyarankan agar permintaan mereka tidak ditanggapi, dan jangan sampai seorangpun diserahkan kepada mereka!. Kemudian Ia bergegas pergi menuju Bani Ghatafan, dan menyampaikan dan memperingatkan kepada mereka seperti yang telah disampaikan dan diperingatkan kepada Quraisy. Terakhir, Nu’aim hanya berkata kepada mereka : “Innii lakum minannaasihin”, aku hanya memberikan nasehat saja. Keragu-raguan mulai merasuki Quraisy dan Ghatafan, dan diplomasipun mulai membuahkan hasil yang diharapkan.

KESUKSESAN KAMUFLASE

Quraisy dan Ghatafhan mulai berunding, Abu sufyan diutus menghadap Bani Quraidzhah, mengetes mereka untuk mengajak berperang setelah beberapa hari pengepungan, dan memulai segera penyerangan kaum Muslimin besok pagi. Namun Abu Sufyan pulang tanpa membawa hasil, Banu Qiraidzah menolak ajakannya, dengan alasan esok hari sabtu, hari besar mereka yang membuat mereka terlarang untuk berperang dan beraktifitas. Abu Sufyan marah dan mengulangi lagi permintaannya kepada Bani Quraidzhah seraya mengintimidasi merek abila mereka tidak mau menepati janji dan kesepakatan koalisi. Numun Bani Quraidzhah tetap sja pada pendirinannya, namun mereka meminta beberapa tokoh Quraisy mereka sandera sebagai jaminan, agar mereka merasa tenang melapas pasukannya. Terbuktilah sudah prasangka dan keraguan Abu Sufyan terhadap Bani Quraidzhah seperti yang telah diceritakan oleh Nu’aim bin Mas’ud, sejak saat itu mereka mulai terpecah dan satu dan lainnya saling mencurigai.

Abu Sufyan menghabiskan malam harinya untuk merenungkan masalah ini, setelah Ia mendapatkan dari Bani Ghatafan sikap yang sama dengan Bani Quraidzhah, mereka ragu-ragu dan  mulai melemah semangatnya untuk berperang, terlebih lagi setelah mereka di iming-iming 1/3 hasil perkebunan Madinah.

PERTOLONGAN HANYA DATANG DARI ALLAH SWT

Di bawah bayang-bayang kesulitan ini, bersamaan dengan sikap sabar dan siap menanggung beban, dibarengi dengan siasat yang bijak dan kepiawaiain diplomasi. Rasulullah sebagai panglima tidak luput berdo’a dan bermunajat kepada Allah SWT seraya bersabda :

" اَللَّهُمَّ مُنْزِلَ اْلكِتَابَ ، سَرِيْعَ الْحِسَابَ ، اِهْزِمِ اْلأَحْزَابَ ، اَللَّهُمَّ اهْزِمْهُمْ وَانْصُرْنَا عَلَيْهِمْ " .

“Ya Allah! Yang menurunkan Kitab (Al-Qur’an), Yang cepat perhitungan-NYA, han curkanlah pasukan koalisi itu, Ya Allah! Hancurkanlah mereka! Dan tolonglah kami dalam mengahdapi mereka”

Tatkala malam menjelang, Allah SWT mulai mengirimkan angin kencang bercampur hawa dingin ke arah pasukan koalisi, ditambah hujan yang lebat, kilatan petir dan bergemuruhnya halilintar, sehingga tiang-tiang kemah mereka terangkat, periuk-periuk mereka bernatakan, mereka mulai dihatui ketakutan, pada saat itu mereka membayangkan serbuan pasukan berkuda kaum Muslimin segera akan menyerang mereka. Sebagian mereka langsung berdiri dan berseru : “an-najaah!, annajaah!, cari selamat! cari selamat!, sebentar lagi kalian akan diserbu kaum Muslimin!. Di sinilah Abu Sufyan menginstrukdikan kepada pasukannya untuk segera kembali ke Mekkah, tidak ada gunanya lagi berlama-lama di tempat ini, banyak kuda dan onta yang mati, sementara Banu Quraidhah telah berkhianat. Lalu mereka membawa apa yang masih bisa mereka bawa. Angin masih bertiup kencang, Bani Ghatafan pun ikut menyusul bergegas lari meninggalkan front sebelum datangnya siang.

Tatkala pagi tiba, fron peperanga telah kosong melompong, tidak ada yang tersisia sedikitpun, kaum muslimin yang melakukan inspeksi tidak menemukan seorangpun, maka Rasulullah SAW sebagai panglima mengajak kaum Muslimin kembali ke rumah masing-masing. Hati dan lisan mereka tak hentin-hentinya mengucapkan hamdalah, memuji Allah SWT yang telah menyelamatkan mereka dan ancaman marabahaya. Ini merupakan nikmat Allah SWT yang tak ternilai keitika pasukan koalisi tercerai berai, peristiwa ini terjadi pada bulan Dzul Qa’dah, dan Al-Qur’an pun diturunkan untuk mengabadikan peristiwa ini, dan dibaca oleh kaum muslimin dari generasi ke generasi dan dari masa ke masa hingga sekarang ini, Allah SWT berfirman :

9.  Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang Telah dikurniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya[1204]. dan adalah Allah Maha melihat akan apa yang kamu kerjakan.

[1204]  ayat Ini menerangkan kisah AHZAB yaitu golongan-golongan yang dihancurkan pada peperangan Khandaq Karena menentang Allah dan Rasul-Nya. yang dimaksud dengan tentara yang tidak dapat kamu lihat adalah para malaikat yang sengaja didatangkan Tuhan untuk menghancurkan musuh-musuh Allah itu.

HASIL-HASILNYA

1.       Kaum Quraisy telah gagal total meraih kemenangan berperang melawan kaum Muslimin.
2.        Dan Yahudi Bani Quraidzhah adalah unsur yang paling berbahaya di antara pasukan koalisi yang kemungkinan dapat melakukan makar lebih hebat lagi dari apa yang telah mereka lakukan sekarang ini, kalau saja tidak terjadi badai yang memporak porandakan pasukan koalisi, barangkali mereka akan dapat menghabisi kaum Muslimin dengan sangat mudahnya.
3.       Persiapan untuk menjatuhkan vonis kepada biang kerok fitnah di Madinah : Bani Quraidzah. Tujuannya adalah terwujudnya stabilitas politik dan dakwah.
4.       Peperangan ini merupakan halaqah pembentukan militansi juang kaum Muslimin, sekaligus menyingkap orang-orang munafik dan orang-orang yang hatinya berpenyakit, dan menyeleksi orang-orang Mu’min yang tabah berjuang di jalan Allah SWT, sehingga iman islam mereka semakin bertambah kualitasnya.

IBROH-IBROHNYA

  1. Rasulullah SAW bersemangat untuk berunding dan bermusyawarah, tukar-menukar pendapat (brain storming) dalam berbagai posisi sulit.
  2. Sebagai pemimpin, Rasulullah SAW ikut turun menggali parit, untuk memberikan semangat kepada para sahabat, dan menjadi tel;adan yang baik bagi mereka.
  3. Pentingnya membangun kewaspadaan terhadap kaum munafikin dan orang-orang yang hatinya berpenyakit khusunya pada saat-saat kritis.
  4. Sesungghnya perang itu kamuflase dan tipudaya, perang psikologis (urat syaraf/pshy-war memiliki pengaruh yang sangat efektif dalam front peperangan.
  5. Sesungguhnya Allah SWT menguji hamba-hambaNYA yang beriman, untuk membersihkan hati-hati mereka, dan Allah SWT selalu bersama orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat baik.
  6. Kesabarab dan melipatgandakan kesabaran merupakan unsur-unsur kemenangan.
  7. Peperangan bukan hanya dalam bentuk konfrontasi di medan perang, akan tetapi diawali dengan politik yang bijak dan gagasan yang kuat.
  8. Mengambil faedah dari ilmu-ilmu kontemporer dan eksperiman bangsa-bangsa terdahulu dalam kontek perang dan damai.
  9. Berkoalisinya kekuatan-kekuatan yang jahat dan memusuhi Islam, seyogyanya jangan sampai para Mujahid putus asa dari pertolongan  Allah SWT.
  10. Sesungguhnya Akidah harus dipersiapkan sebelum persenjataan, keduanya adalah jalan menuju kemenangan.
  11. Orang-orang beriman hanya menyiapkan SDM semampunya, setelah itu Allah SWT lah yang akan menyediakan bantuanNYA.

No comments:

Post a Comment