Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Sunday, September 30, 2012

PERANG UHUD


            Perang Uhud merupakan satu dari sekian episode dan mata rantai perjuangan yang tiada henti atau terputus untuk membela nilai aqidah dan negara Islam yang baru saja lahir, melawan kekuatan batil yang begitu bergelora untuk menghancurkan Islam dan umatnya, sekaligus membalas kekalahan kemusyrikan dan pendukungnya.
            Perang ini merupakan ujian besar bagi para mujahidin yang dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW yang begitu gigih dan sabar bersama mereka. Mereka tidak pernah merasa putus asa ketika mengalami kekalahan pasukan, sebagaimana pula mereka tidak merasa bangga dengan kemenangan. Sebab mereka betul-betul yakin dan beriman bahwa kemenangan berasal dari Allah, dan jalan dakwah menuju kebenaran masih panjang, dimana kekalahan dan kemenangan bisa saja terjadi. Orang mukmin berada di antara dua kebaikan dari Allah. Dia bisa mengambil pelajaran dari perubahan masa, dari setiap kekalahan dan kemenangan hingga oirentasi dan tujuan utamanya terwujud nyata.

Waktu kejadiannya
            Perang Uhud terjadi pada bulan Syawal tahun ketiga hijrah, setahun setelah umat islam memperoleh kemenangan besar di perang Badar.

Faktor pemicu
1.      Kekalahan besar yang dialami kafir Quraisy pada perang Badar meninggalkan bekas yang memilukan dalam jiwa mereka. Sehingga timbul keinginan besar untuk membalas dendam terhadap umat islam atas kematian tujuh puluh orang pemuka Quraisy yang membuat penduduk Makkah merasa sedih atas kematian mereka, dan kemudian melahirkan rasa murka dan rasa ingin membantai kaum muslimin.
2.      Kemenangan besar yang diperoleh umat Islam pada perang Badar bergema di seluruh pelosok Jazirah Arab, dan memberikan iklim politik yang lebih segar kepada umat islam. Hal itu membuat orang Quraisy berambisi untuk mengembalikan martabat mereka di antara semua kabilah Arab dengan cara memerangi umat Islam dan melenyapkan eksistensi mereka, dan untuk membebaskan diri dari kekuasaan umat islam dengan cara menyerang langsung ke markas mereka di Madinah.
3.      Agresi penyerangan ini merupakan usaha keras untuk membuka kembali jalur perdagangan menuju negeri Syam yang berhasil ditutup oleh umat islam untuk perdagangan kaum Quraisy yang menjadi poros kehidupan dan perekonomian mereka. Jalur darat tersebut berhasil ditutup oleh umat islam pada saat kemenangan Badar, ketika pasukan yang dipimpin oleh Zaid Bin Haritsah juga berhasil menutup jalur perdagangan ke Irak. Sehingga kaum Quraisy terjegal untuk melakukan perdagangan. Hal ini menunjukkan peranan ekonomi dalam sebuah peperangan.

Kronologis kejadian
1. Kaum Quraisy bersiap untuk melakukan agresi
            Kaum Quraisy telah menyiapkan pasukan untuk menyerang umat islam. Mereka membekali para pasukan dengan keuntungan kafilah yang berhasil dilarikan oleh Abu Sufyan dari tangan umat islam pada perang Badar. Mereka menyiapkan pasukan yang berjumlah besar dan bekal yang sangat banyak, meminta bantuan kabilah-kabilah yang bisa mereka gerakkan untuk ikut berperang, juga para pengikut mereka yang terdiri dari budak-budak habsyi. Mereka juga mengirim beberapa orang untuk mengumpulkan lelaki arab yang menyerupai gerakan wajib militer saat ini, sebagai persiapan untuk melakukan penyerangan besar.
            Kaum Quraisy tidak lupa dengan urusan perang batin, sehingga mereka mengajak serta Abu Izzah sang penyair –yang dibebaskan oleh Rasulullah pada perang Badar- agar menjadi mediator dalam memberikan pengaruh/motivasi psikis. Para wanita Quraisy juga bersikeras untuk ikut berperang, untuk membangkitkan perasaan dan semangat mereka. Hindun Binti Utbah istri Abu Sufyan yang memimpin mereka.
2. Pasukan Quraisy bergerak menuju Madinah.
            Seluruh kaum Quraisy keluar bersama para wanita mereka menuju Madinah di bawah tiga panji. Panji yang terbesar dikomando oleh Thalhah Bin Abu Thalhah dengan jumlah pasukan sebanyak 3000 orang. 100 orang dari mereka berasal dari Tasqif penduduk Thaif. Sisanya penduduk Makkah, mulai dari pemuka kaum hingga para hamba sahaya. Mereka membawa perlengkapan perang dan senjata yang sangat banyak. mereka menggiring 200 ekor kuda dan 3000 ekor keledai. Bahkan di antara mereka terdapat 700 orang pasukan yang memakai baju perang. Dan Abu Sofyanlah yang menjadi panglima pasukan.

3. Bagaimana berita penyerangan ini sampai kepada Rasulullah SAW?
            Berita ini sampai kepada Rasulullah SAW melalui pamannya Abbas Bin Abdul Mutthalib. Peranannya ini sangatlah penting. Beliau mengirim surat kepada Nabi SAW melalui seorang lelaki dari kabilah Ghifar yang mengabarkan secara mendetail tentang keluarnya pasukan Quraisy yang diperkirakan sampai ke Madinah dalam tiga hari. Dan dari balik salah satu lembah Makkah berita sampai kepada Rasulullah melalui Amr Bin Salim AL-Khuza’i.
            Pasukan Quraisy terus merangsak hingga sampai di Al-Aqiq. Kemudian mereka singgah di lereng gunung Uhud, kira-kira 5 mil dari kota Madinah.
            Rasulullah SAW sebagai panglima umat islam telah mengirim mata-mata menuju Aqiq untuk mencari berita. Beliau mengutus Anas dan Mu’nas keduanya anak Fadhalah. Beliau juga mengutus Al-Hubab bin AL-Mundzir.
            Dengan cara itu, berita penting tentang musuh bisa terkumpul, berita yang saling membenarkan satu sama lain. Sebagai Panglima Rasulullah SAW tidak merasa cukup dengan satu sumber berita tentang hal genting seperti ini, agar bisa mempersiapkan segala sesuatu dengan matang.
            Salmah Bin Salamah datang tergesa-gesa dari ujung kota mengabarkan bahwa pasukan Quraisy telah dekat dan hampir memasuki kota Madinah. Beritapun tersebar dengan cepat dan membuat umat islam cemas akan akibat penyerbuan yang dilancarkan oleh kaum Quraisy ini dengan persiapan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah peperangan bangsa Arab.
            Kaum muslimin tetap berada di masjid dengan memegang senjata. Mereka mencemaskan Rasul yang mereka cintai melebihi kecintaan mereka terhadap diri mereka sendiri. Madinah dijaga ketat sepanjang malam. Persiapan dan pertahanan pun ditingkatkan.

4.      Rasulullah SAW bermusyawarah dengan umat Islam.     
Pada hari yang mencekam ini, Rasulullah SAW mengumpulkan para sahabatnya untuk meminta pendapat mereka tentang masalah genting ini, bermusyawarah untuk menghadapi musuh. Diantara mereka terdapat orang-orang yang memiliki ide cemerlang. Bersama mereka juga – sesuatu dengan tabiat realita – ada orang munafik yang menampakkan keislaman, namun mereka menyembunyikan permusuhan dan kebencian terhadap Rasulullah dan risalah Islam.
Pendapat sahabat terpecah dan berbeda, antara keluar menghalau musuh - seperti yang mereka lakukan sebelumnya dan memperoleh kemenangan – dan antara tetap bertahan melawan musuh dari dalam benteng Madinah atau yang dikenal dengan perang di tengah kota. Rasulullah SAW berpendapat untuk tetap tinggal di Madinah dan membiarkan orang kafir Quraisy tetap di luar kota. Apabila musuh berusaha menyerang kota, maka kaum muslimin lebih mampu menghalau dan menghancurkan musuh mereka.
Di antara kelebihan bertahan, bahwa kaum muslimin sendirilah yang telah memilih medan perang yang seluk-beluknya belum dikenal oleh musuh, semua orang bisa ikut melakukan perlawanan, di dalam kota kuda tunggangan tidak merasa panik, kaum muslimin berada di tempat strategis dalam benteng dan di atas loteng-loteng yang tinggi. Makanan, minuman dan senjata selalu ada bersama mereka.
Ini adalah pendapat sahabat-sahabat Rasul terkemuka dari kalangan muhajirin dan Anshar. Pendapat ini yang diterapkan oleh Abdullah Bin Ubay Bin Salul ketika mengajak orang-orang tetap tinggal dalam Madinah. Apabila musuh datang, para lelaki membunuhnya di sela-sela rumah atau di jalanan. Para wanita dan anak-anakpun bisa menghujaninya dengan batu. Sehingga dengan cara ini musuh tidak bisa melawan kecuali kabur tunggang-langgang.  
 
5.      Mayoritas berpendapat untuk keluar menghadapi musuh.
Namun kebanyakan pemuda Islam memilih keluar untuk menggempur musuh ditempat mereka singgah. Agar mereka tahu bahwa kaum muslimin tidak pengecut dan tidak takut menghadapi musuh. Mereka tidak senang mendengar orang-orang berkata bahwa orang kafir Quraisy bersama para sahaya mereka mampu menahan kaum muslimin di dalam kota, dan kejadian ini akan berdampak buruk bagi masa depan Islam dan umatnya.
Para khatib berorasi menyeru keluar untuk menghadapi musuh. Jika menang, maka itulah kebenaran yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya. Namun apabila kekalahan yang diperoleh kaum muslimin, maka surga telah menunggu para syuhada’. Sepakat dengan pendapat ini, sebagian sahabat terkemuka seperti Hamzah Bin Abdul Muttalib dan Saad Bin Ubadah.
Seluruh hati bergetar, dan ruh-ruh seakan terbang mendengar hadits tentang mencari syahid. Seolah mereka telah menyaksikan surga yang disiapkan untuk para mujahidin.
Khaitsamah Bin Abu Saad Bin Khaitsamah berkata: “Semoga Allah memberikan kita kemenangan atas mereka, atau Allah karuniakan yang lain, yaitu syahid. Gugur sebagai syahid luput dariku pada perang, padahal saya sangat mendambakannya. Bahkan saking kuatnya tekad, saya sampai membuat undian dengan anakku siapa yang akan keluar ke medan perang. Waktu itu nama anakku yang keluar, dan dia pun mendapat karunia syahid dari Allah. Semalam saya melihat anakku dalam mimpi. Ia berkata: “Susullah dan temani kami di surga! Sungguh saya telah mendapatkan apa yang telah dijanjikan Allah kepadaku menjadi kenyataan.” Wahai Rasulullah, saya sangat rindu untuk menemaninya di surga. Usiaku sudah tua. Tulangku sudah keropos. Saya rindu bertemu Tuhanku.”[1] 
Pendapat sahabat yang menyatakan keluar menjadi unggul. Sebagian besar cenderung memilih keluar untuk menghalau musuh. Rasulullah SAW terus menyampaikan pendangannya seraya bersabda: “Sungguh saya khawatir kalian mengalami kekalahan.”
Namun mereka bersikeras untuk tetap keluar. Sehingga tidak boleh tidak harus keluar. Akhirnya Rasulullah mengalah dan mengikuti pendapat mayoritas. Mulai saat inilah musyawarah terwujud dan menjadi prinsip masyarakat muslim. Sekali-kali Rasulullah SAW tidak mengambil kebijakan otoritas dalam satu urusan kecuali karena berdasarkan wahyu dari Allah.
Al-Maqrisi berkata: “Ketika mereka enggan kecuali dengan cara itu, Rasulullah menunaikan shalat Jum’at bersama manusia. Beliau menasehati dan memerintahkan mereka untuk bersungguh dalam berjihad, dan mengabarkan bahwa kemenangan akan mereka raih jika mereka bersabar. Orang-orang merasa gembira untuk keluar melawan musuh, walaupun banyak dari mereka yang tidak senang dengan keputusan tersebut.”  

6.      Rasulullah SAW bertekad untuk berperang.
Rasulullah SAW memasuki rumahnya sesudah menunaikan shalat Ashar. Abu Bakar dan Umar ikut masuk bersamanya. Kemudian keduanya membantu memakaikan baju perangnya. Rasulullah menghunus pedang dan menyelipkannya di balik baju perangnya. Sementara orang-orang terus berbicara dan berselisih. Sebagian mereka merasa telah mendesak Rasulullah SAW untuk keluar kota. Mereka mengira telah menyalahinya.
Ketika Rasulullah keluar menemui mereka dengan segala perlengkapan perang sambil menggenggam pedang di tangannya, orang-orang yang semula mengusulkan untuk melawan musuh di luar Madinah menghampirinya seraya berkata: “Wahai Rasulullah, tidaklah pantas bagi kami menyalahimu. Lakukanlah apa yang terbaik menurutmu. Tidak layak kami mendesakmu. Segala urusan hanyalah kepada Allah kemudian kepadamu.”
Rasulullah SAW menjawab dengan tegas: “Saya telah mengajak kalian untuk melakukannya, namun kalian tidak setuju. Tidaklah pantas bagi seorang nabi apabila telah mengenakan baju perangnya, untuk membukanya kembali hingga Allah memberikan keputusan antara dia dan musuhnya. Perhatikan apa yang aku perintahkan kepada kalian, kemudian patuhilah! Kemenangan akan kalian raih selama kalian bersabar.”[2]
Inilah kaidah dan peraturan yang Rasulullah tetapkan setelah diputuskan dalam syuro. ketika pendapat mayoritas sudah menjadi keputusan setelah diadakan analisa dan penelitian, tidak boleh seorangpun membatalkannya. Melainkan semua pihak wajib menerima apa yang telah menjadi kesepakatan bersama dengan disertai tekad kuat untuk melakukan dan merealisasikannya secara maksimal dan profesional.  

7.      Sikap orang-orang munafik dan Yahudi.
Kaum muslimin berangkat menuju bukit Uhud. Ketika mereka sampai di Syaikhain – nama tempat sebelum uhud – Rasulullah SAW melihat satu pasukan yang memisahkan diri. Rasulullah SAW bertanya siapakah mereka? Sahabat menjawab: “Mereka adalah orang-orang Yahudi yang bersekutu dengan Ibnu Ubay.” Maka Rasullah pun menolak mereka ikut perang.
Seluruh pasukan kembali melangkah mengikutinya.  Tiba-tiba Abdullah Bin Ubay Bin Salul memisahkan diri bersama dengan 300 orang pasukan. Ia berkata: “Akankah Rasulullah menentangku dan mengikuti pendapat para pemuda? Kemudian kembali ke Madinah bersama dengan sepertiga pasukan.
   Begitulah yang kita saksikan dari sikap pimpinan orang-orang munafik Abdullah Bin Ubay Bin Salul. Ia kembali ke Madinah setelah Rasulullah menolak orang-orang Yahudi untuk ikut perang. Apakah gerangan yang bercokol di benak Ibnu Ubay? Makar apa yang telah dia buat bersama para sekutunya terhadap umat islam?!

8.      Rasulullah Sebagai Panglima menyusun strategi perang.
Kini bersisa bersama Rasulullah kekuatan yang terdiri dari 700 pasukan. Kekuatan ini yang akan menghadapi kekuatan musuh yang berjumlah kira-kira 3000 pasukan. Artinya jumlah pasukan umat islam seperempat dari jumlah pasukan Quraisy dan sekutunya.
Pasukan muslimin berangkat di waktu subuh hingga mereka tiba di bukti Uhud. Mereka melewatinya hingga gunung Uhud berada di belakang mereka. Sang Panglima tinggi menempatkan pasukan panah yang berjumlah 50 orang di atas gunung dan menunjuk Abdullah Bin Jubair sebagai komandannya. Rasulullah memberikah perintah tegas kepada mereka untuk tidak meninggalkan tempat baik dalam kondisi menang atau kalah. Beliau berpesan kepada sang komandan: “Hujani pasukan berkuda musuh dengan anak panah. Jangan biarkan mereka menyerang kami dari belakang ketika kami menang atau sedang terdesak. Tetaplah di tempat dan jangan sampai kami diserang dari arahmu!”
Dengan ini, berarti Rasulullah mengembankan tugas perang spesifik kepada mereka. Yaitu menghujani pasukan berkuda musuh dengan anak panah agar mereka tidak bisa maju menyerang. Dengan begitu, penjagaan tentara islam yang sedang berperang bisa terwujud dan belakang merekapun aman dari serangan musuh. Tugas mereka menghalau serangan 200 pasukan berkuda. Sehingga perbandingannya adalah satu melawan empat orang.

9.      Pasukan  Quraisy bersiap untuk perang.
Pasukan Quraisy mulai menyiapkan barisan mereka. Khalid Bin Walid berada di bagian sebelah kanan pasukan, Ikrimah Bin Abu Jahal di sebelah kiri, dan pabji perang diserahkan kepada Abdul ‘Uzza Talhah Bin Talhah. Sedangkan para wanita berjalan di antara barisan tentara sambil menabuh rebana dan gendang untuk membangkitkan izzah, mengobarkan rasa perlawanan dan semangat berperang. Mereka berdendang :
Majulah wahai Bani Abdu Daar..
Majulah wahai para pembela kejayaan
Gempurlah dengan segala  kekuatan
Yang disambung oleh pasukan Quraisy dengan nyanyian :
Bila kamu maju kita akan berpelukan
sambil menggelar bantal kemenangan
            atau kamu mundur, maka kita berpisah
            bak perpisahan orang yang tak punya cinta

10.  Putaran Pertama
Quraisy terus mengingatkan pasukannya akan peristiwa Badar dan semua korban yang terbunuh, mengobarkan semangat lelaki mereka.
Sedangkan para tentara muslim, mereka senantiasa mengingat Allah dan pertolongan-Nya. Rasulullah memotivasi mereka untuk terus berperang, menjanjikan mereka kemenangan apabila mereka bersabar, dan mengasah semangat mereka untuk menghadapi musuh yang sangat bengis.
Rasulullah SAW mengangkat pedang yang ada ditangannya seraya berkata: “Siapa yang akan mengambil pedang ini dengan haknya?”
Maka majulah beberapa orang sahabat. Namun Rasulullah tidak memberikannya kepada mereka hingga Abu Dujanah[3] bangkit dan bertanya: “Apa haknya wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Hendaknya engkau menebaskannya kepada musuh sampai tumbang.” Kemudian ia mengambil pedang itu, mengeluarkan kain merah dan mengikatkannya di kepalanya. Selanjutnya ia melangkah aneh di antara dua barisan sahabat. Ketika Rasulullah menyaksikannya, dia bersabda: “Gaya jalan yang dimurkai Allah kecuali di tempat ini.”[4]
Berkecamuklah antara antara dua pasukan. Pasukan Quraisy menyerang pasukan muslim dengan sangat dahsyat yang diperkuat oleh pasukan berkuda dari sebelah kanan, di saat yang bersamaan budak Quraisy Ikrimah Bin Abu Jahal –yang memimpin pasukan dari sebelah kiri- berusaha untuk menghancurkan pasukan muslim dari arah mereka.
Barisan musuh bergerak bak gelombang, kemudian terjadi pertempuran sengit. Namun hujan panah dan batu menimpa pasukan Quraisy. Ketika itu, Hamzah Bin Abdul Muttalib meneriakkan seruan perang pada hari Uhud : Musnahkan! Musnahkan! Teriakan itu menggetarkan hati pasukan Quraisy, membuat Talhah bin Abu Talhah pemegang panji perang Quraisy balas berteriak: “Siapa yang berani tanding satu lawan satu?”
Ali bin Abu Thalib melayani tantangannya. Keduanya bertemu di antara dua pasukan. Ali mendahului dengan menebaskan pedang yang membelah kepala Talhah. Nabi SAW merasa gembira dan teriakan kaum muslimin menggema : Allah Akbar.. Allah Akbar.!! Kemudian mereka menyerang. Abu Dujanah yang memegang pedang Rasulullah menerjang maju. Di kepalanya terdapat ikatan kematian. Tidaklah ia melewati seorang musuh kecuali ia membunuhnya, hingga ia mampu memporak-porandakan barisan kaum musyrikin.
Begitulah ranah perang sengit yang berkecamuk antara dua pasukan. Masing-masing memiliki motivasi yang kuat untuk meraih kemenangan dan kejayaan. lebih-lebih ketika melihat sedikitnya jumlah dan minimnya perbekalan kaum muslimin, yang tidak sepadan dengan jumlah dan perbekalan kaum musyrikin yang begitu banyak. Hal itu menambah semangat dendam di dalam dada kafir Quraisy, di saat pasukan islam yang berjumlah kecil berperang untuk mempertahankan aqidah dan untuk mengharapkan kenikmatan di sisi Allah.
Pasukan Quraisy berusaha kembali menyerang. Namun kembali mereka tertahan oleh siraman anak panah yang dilepaskan oleh pasukan panah dan melukai kuda atau orang. Pasukan kuda lari tunggang langgang yang menyebabkan pasukan musuh menjadi kocar-kocir. Pada saat itu, pasukan kaum muslimin menyerang ke jantung pertahanan pasukan Quraisy setelah mengalami kekalahan karena perlawanan sengit yang dilancarkan pasukan Islam dan jatuhnya semua pembawa panji Quraisy satu persatu hingga mencapai sembilan orang. Tidak ada seorangpun mampu mendekati panji itu hingga kejiwaan pasukan Quraisy melemah, semangat juang mereka kembali ambruk, barisan mereka menjadi kocar-kacir, dan akhirnya mereka tampak kualahan dan ingin kabur meninggalkan medan perang. Para wanita mereka terkepung. Mereka menangis dan mundur karena takut.
Saat itulah, berhala yang mereka bawa dan yang menjadi sumpah mereka jatuh dari atas bukit. Pada putaran ini kaum meraih kemenangan besar yang dianggap sebagai kemengan spektakeler dalam sejarah peperangan mereka.

11.  Terbunuhnya Hamzah bin Abdul Muttalib.
Hamzah Bin Abdul Muttalib di perang –seperti di perang Badar- adalah singa Allah, pedang Al-Haq yang membunuh setiap orang musyrik yang dijumpainya. Pada perang Badar ia membunuh Utbah, Bapaknya Hindun Istri Abu Sufyan dan membunuh saudaranya.
Kemudian Hindun menjanjikan hadian besar kepada Wahsyi Al-Habsyi. Ia adalah budaknya Jubair Bin Muth’im yang sangat mahir melempar tombak. Hindun merayunya untuk membunuh Hamzah, dan tuannya berjanji akan memerdekakannya jika ia berhasil.
Wahsyi tidak menyia-nyiakan peluang ini. Ia berhasil membunuh Sayyid para syuhada’ Hamzah dengan menghujamkan tombak yang merenggut nyawanya. Kemudian ia mencabut tombaknya dan kembali dan duduk di kemah kaum Quraisy. Ia membunuh Hamzah hanya karena ingin menebus kemerdekaannya.      

12.  Rahasia kemenangan umat islam dalam putaran ini.
Strategi perang yang dirancang oleh Rasulullah memiliki pengaruh nyata bagi terwujudnya kemenangan umat islam. Yaitu ketika Rasulullah menempatkan kelompok pemanah di barisan belakang dan berperan membidikkan panah ke arah musuh. Sehingga serangan musuh bisa dipatahkan, terjangan pasukan berkuda juga bisa terhalau, dan akhirnya pasukan Islam bisa konsentrasi menyerang para pembawa panji Quraisy hingga serangan mereka hancur berantakan.
Namun rahasia hakiki bagi kemenangan terletak pada kebenaran dan kekuatan iman. Para mujahidin melawan musuh dengan kekuatan aqidah yang telah mampu meluluhkan hati mereka. Sehingga kaum musyrik tidak mampu –walau jumlah empat kali lipat jumlah pasukan Islam- bertahun menghadapi gempuran yang bertubi-tubi. Pasukan Quraisy menjadi kocar-kacir, para lelaki dan perempuan menyerah dan kabur meninggalkan harta bawaan mereka menjadi ghanimah bagi umat islam.
Apabila aqidah dan iman yang benar telah tertanam kokoh dalam hati seseorang, ia akan membangkitkan kekuatan di dalamnya. Kekuatan yang terpancar dari kekuatan Dzat Yang Maha Kuat dan Maha Perkasa. Tidak ada kekuatan lain yang sanggup bertahan menghadapinya.

13.  Putaran kedua.
Pasukan pemanah meninggalkan posisi mereka dan menyalahi peringatan.
            Kaum muslimin merasa gembira dengan kemenangan yang mereka wujudkan. Mereka silau melihat harta rampasan perang yang berserakan di medan perang memenuhi lembah, yang telah ditinggal pergi oleh orang-orang musyrik. Mereka mulai mengumpulkan apa yang bisa mereka kumpulkan, hingga mereka tersibukkan untuk mengejar musuh dan menghancurkan kekuatan mereka secara totalitas. Pada saat itu, tangan-tangan penuh dengan harta rampasan perang, dan pedang-pedang pun berjatuhan.
            Ketika pasukan pemanah yang berada di atas bukit menyaksikan kawan-kawan mereka mengumpulkan ghanimah, sebagian berbisik kepada sebagian yang lain untuk turun bergabung dengan pasukan lainnya dan mengumpulkan harta rampasan. Sebagian yang lain tidak setuju seraya mengingatkan perintah dan pesan sang panglima tinggi Muhammad SAW untuk tidak meninggalkan tempat dalam kondisi apapun, baik menang ataupun kalah.
Sang komandan Abdullah Bin Jubair meminta mereka untuk tidak melanggar perintah Rasulullah SAW. Namun kebanyakan mereka melanggarnya dan yang tetap di tempat hanyalah sembilan orang. Selebihnya turun dan ikut serta mengumpulkan harta rampasan. Mereka pun tersibukkan oleh harta rampasan itu untuk melakukan segala hal. 

14.  Terjadinya kekalahan.
Abdullah tetap bersama sekelompok kecil di atas bukit untuk membendung gempuran keras 200 pasukan berkuda yang dipimpin oleh ahli strategi perang Khalid Bin Walid yang mendapatkan peluang emas ketika menyaksikan pasukan islam sibuk mengumpulkan harta rampasan di medan perang dan mereka telah membuang senjata.
Dia menganggap perang belum berakhir. Kemudian dia menyerang pasukan pemanah yang masih bersisa hingga gugur sebagai syuhada’. Pasukan Quraisy yang menyimpan kusumat mencabik-cabik jasad mereka, selanjutnya mereka menggempur pasukan Islam dari belakang. Khalid membekali setiap sukan berkuda dengan pedang, sehingga kondisi perang menjadi terbalik. Pasukan Islam terpecah dan kocar-kacir di mana-mana.
Khalid memanggil pasukan Quraisy yang kemudian berkumpul dan kembali menggempur kaum Muslimin dengan kuat dan sengit dari atas bukit dan dari bawah lembah. Setiap tentara muslim membuang harta rampasan yang telah terkumpul di tangannya, dan kembali mengambil senjatanya berusaha mengadakan perlawanan. Namun pasukan Quraisy yang berjumlah besar berhasil memperok porandakan barisan umat Islam.
Pasukan Islam pun mengalami kekalahan. 70 orang dari mereka gugur sebagai syuhada. Membuat mereka berperang mati-matian tanpa kendali. Kini kondisinya menjadi kacau. Tiba-tiba ada yang berteriak bahwa Muhammad telah terbenuh. Pada saat itulah kekacauan menimpa semua pasukan islam, gempuran musuh semakin keras, semua pasukan tergoncang membuat mereka berjuang habisan-habisan, menebas satu sama lain membabi buta karena rasa lengah dan panik yang menimpa mereka. Masing-masing mereka ingin menyelamat dirinya kecuali sekelompok kecil yang masih memiliki akal.

15.  Pasukan Musyrikin berhasil menyerang Rasulullah.
Ketika mendengar berita kematian Muhammad SAW, pasukan Quraisy langsung menyerbu ke arah di mana beliau berada. Kala itu Rasulullah hanya dikelilingi 14 orang sahabat yang berusaha melindunginya dengan jiwa-jiwa mereka. Mereka berusaha membelah jalan menuju bukit Uhud di tengah badai kedengkian yang dihembuskan orang Quraisy. Kemudian para sahabat sedikit demi sedikit mulai berkumpul mengelilingi pasukan kecil yang begitu gigih ini.
Pasukan musyrikin berhasil mendekati posisi Rasulullah SAW. Salah seorang dari mereka melemparkan batu yang berhasil memecahkan hidung dan gigi depannya, melukai wajah dan kedua bibirnya hingga dua bulatan besi yang menutupi mukanya masuk melukai bagian atas pipinya.
Begitulah luka yang dialami Rasulullah SAW. Namun beliau masih mampu menguasai dirinya dan terus berjalan bersama para sahabat di sekitarnya. Beliau terperosok ke dalam lobang yang dibuat oleh orang-orang musyrik. Serta merta Ali Bin Abu Thalib meraih tangannya dan Talhah Bin Ubaidillah membantu menaikkannya. Kemudian terus melangkah mendaki gunung Uhud bersama para sahabat. Selamatlah mereka dari gempuran musuh yang dengan gigih mendesaknya.     

16.  Bentuk-bentuk heroisme dan pengorbanan di sekitar Rasulullah SAW.
Sekelompok kecil pasukan islam ini menganggap perang belum selesai. Baru saja mereka mampu merubah berat timbangan perjuangan dengan tambahan darah para syuhada. Dengan darah mereka mampu mengukir sejarah baru. Mereka mati-matian melindungi Rasulullah dengan bentuk kepahlwananan dan keberanian yang terabadikan dalam sejarah sepanjang masa.   
Inilah Ummu Ammarah Al-Anshariyah, yang keluar bersama pasukan untuk memberikan minum kepada para mujahidin yang terluka. Ketika pasukan muslimin mengalami kekalahan, ia meninggalkan kerjaannya memberi mimun. Kemudian ia menghunus pedang dan berperang melindungi Rasulullah SAW. Ia ikut melempar panah hingga badannya terluka. Rasulullah berkata tentangnya: “Tidak seorang pun mampu melindungiku saat itu seperti yang dilakukan oleh Nusaibah Binti Kaab.”
Abu Dujanah berdiri melindungi Rasulullah dengan badannya. Ia merunduk ke arah Rasulullah membiarkan punggungnya menjadi sasaran panah. Sementara Saad Bin Abu Waqash berdiri di sampingnya terus membidik panah ke arah musuh. Rasulullah memberikan anak panah kepadanya seraya berkata: “Lemparkan, ayah dan ibuku akan menebusmu!”
Inilah Anas Bin Nadlar. Ketika melihat sebagian sahabat, di antaranya Abu Bakar dan Umar tertunduk sedih karena menduga Rasulullah betul-betul telah gugur, ia berkata: “Apa yang membuat kalian tertuduk?” Mereka menjawab: “Rasulullah telah terbunuh.” Ia bertanya kembali: “Apa yang akan kalian perbuat untuk kehidupan setelahnya? Bangkitlah dan gugurlah sebagaimana beliau gugur!” Kemudian Anas kembali berperang dengan penuh kegigihan. Ia menggempur musuh dengan cara yang tiada tara dan ia baru gugur setelah terkena 70 pukulan senjata musuh.     
Pasukan Quraisy merasa lesu menghadapi kegigihan ini. Mereka kelelahan menghadapi pasukan muslimin. Mereka tertidur pulas, kemudian bangun dan beranjak pergi.  

17.  Rasulullah terselamatkan.
Orang-orang Quraisy yakin bahwa Rasulullah SAW telah mati. Mulailah Abu Sufyan memeriksa mayatnya di antara mayat-mayat pasukan yang terbunuh. Rasulullah SAW memerintahkan para sahabatnya untuk menyangkal berita kematiannya agar orang-orang Quraisy tidak kembali menyerangnya. Namun seorang sahabat Kaab Bin Malik melangkah ke arah Abu Dujanah dan teman-temannya. Saat itu ia tahu bahwa Rasulullah belum terbunuh, kemudian berteriak lantang: “Wahai kaum muslimin, bergembiralah! Ini dia Rasulullah.” Rasulullah berisyarat kepadanya untuk diam. Namun kabar gembira telah menyeruak ke dalam hati kaum muslimin yang kemudian bangkit mengitari Rasulullah. Di antara mereka adalah Abu Bakar, Umar, Ali, Zubar Bin Awwam dan para sahabat yang lain.
Orang-orang musyrik tidak membenarkan teriakan ini. Mereka mengiranya hanya sebagai panggilan untuk menyatukan kembali pasukan islam dan semangat mereka yang sedang tercerai berai. Namun sebagian pasukan Quraisy bergerak menyusul Muhammad dan rombongannya. Ubay Bin Khalaf berhasil menyusul mereka dan berteriak: “Hei, mana Muhammad? Saya tidak boleh selamat jika dia selamat.” Kemudian Rasulullah menikamnya dengan tombak yang membuatnya menggelepar-gelepar di atas kudanya. Kemudian ia kembali dan tewas di tengah perjalanan.
Kaum muslimin tiba di jalan yang pertama. Mulailah para sahabat mengobati dan membalut luka Rasulullah SAW. Pada saat itu, Khalid bersama pasukannya mendaki bukit. Umar Bin Khattab bersama sahabat Rasulullah yang lain menghalau serangan dan berhasil mengusir mereka. Kaum muslimin kembali menaiki bukit. Saat itu Rasulullah merasakan kelelahan hebat hingga beliau melakukan shalat dzhuhur dengan cara duduk dan kaum muslimin yang dibelakangnya juga shalat dengan duduk. 
18.   Orang-orang Quraisy membalas dendam kepada para korban yang terbunuh dengan cara memotong-motong mayat mereka.
Begitulah gambaran akhir peperangan ini. Pasukan Quraisy menuai buah kemenangan. Mereka merasa telah berhasil menebus kekalahan yang mereka derita pada perang Badar. Hindun Binti Utbah bersama para wanita yang lain melangkah menuju mayat para syuhada untuk mencincang tubuh mereka. Mulailah mereka memotong telinga, hidung, dan membelah perut mayat para syuhada. Sedangkan Hindun mencabut jantung Hamzah Bin Abdul Muttalib, kemudian mencabik-cabiknya dengan giginya dengan penuh rasa kebencian yang mendalam kepadanya. Hal serupa dilakukan oleh para lelaki Quraisy.
Kaum Quraisy beranjak pergi setelah menguburkan mayat pasukannya yang tewas. Kemudian kaum muslimin juga kembali untuk menguburkan mayat para syuhada.
Rasulullah sangat sedih menyaksikan kondisi mayat pamannya Hamzah. Beliau bersumpah untuk membalas mutilasi melebih apa yang dilakukan oleh orang-orang kafir Quraisy. Namun beliau menarik sumpahnya, memaafkan mereka dan bersabar. Sebagai aplikasi dari firman Allah SWT: “Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang setimpal dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. Bersabarlah (wahai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah. Dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan jangan pula bersempit dada terhadap makar mereka.” (Q.S. An-Nahl : 126-127)      

19.   Prosesi penguburan mayat para syuhada dan kembali ke Madinah.
Rasulullah memerintahkan para sahabat untuk menguburkan para syuhada sebagaimana mereka terbunuh. Kemudian kaum muslimin kembali ke Madinah dipimpin oleh Rasulullah SAW meninggalkan 70 orang syuhada di belakang mereka. Rasa sedih memenuhi relung hati mereka karena mengalami kekalahan setelah memperolah kemenangan pada putaran pertama. Itu terjadi karena pelanggaran yang dilakukan oleh pasukan pemanah, dan sibuknya kaum muslimin mengumpulkan harta rampasan hingga lalai berperang dan mengejar pasukan musuh.

20.   Keluar menuju Hamra’ al-Asad.
Ketika Rasulullah kembali ke Madinah, ia mendapat penduduknya yang terdiri dari orang Yahudi, orang-orang munafiq dan musyrikin tidak dapat menyembunyikan kegembiraan mereka mendengar kaum muslimin mengalami kekalahan. Hampir saja kekuasaan kaum muslimin tergoyah. Lebih-lebih karena Rasulullah menolak orang-orang Yahudi ikut berperang bersamanya. Juga karena keluarnya Abdullah Bin Ubay Bin Salul bersama pasukannya dan tidak ikut berperang hari dengan alasan Rasulullah tidak mau mendengarkan pendapatnya.
Kaum muslimin di bawah pimpinan Rasulullah SAW menilai bahwa membiarkan keadaan seperti ini akan melemahkan pengaruh umat islam di semenanjung arabia, dan bisa menjadi pemicu orang-orang musyrik merecehkan islam. Sudah tentu hal itu mengandung bahaya besar bagi islam dan umatnya. Oleh karena itu,  sebagai seorang panglima Rasulullah berpikir tentang masalah ini, menyusun rencana untuk melakukan serangan balik yang bisa meringankan beban kekalahan pada perang Uhud, mengembalikan kekuatan jiwa kaum muslimin, mengembalikan pamor dan kekuasaan islam di hati orang-orang yahudi dan kaum munafiqin.
Pada hari Ahad, tepatnya malam ke 16 bulan Syawwal. Pasukan muslimin keluar untuk mengusir musuh. Pasukan yang keluar bersama Rasulullah hanyalah orang-orang ikut dalam perang Uhud. Mereka keluar sampai ke Hamra’u al-Asad. Sementara Abu Sufyan dan pasukannya sedang berada di Rauhah. Abu Sufyan mengira bahwa kaum muslimin datang dari Madinah dengan kekuatan baru, sehingga ia takut untuk menghadapi mereka.
Ia mulai berpikir dan menimbang. Kalau memutuskan untuk kabur, seluruh Arab akan mengatai mereka apa yang inginkan dikatakan tentang umat islam. Kalau ia kembali untuk menghadapi pasukan islam, kemenangan belum tentu mereka raih. Pada saat itu, ia memilih menyusun makar dan tipu muslihat. Kemudian ia mengutus orang bersama orang-orang yang hendak ke Madinah untuk menyampaikan kepada Rasulullah bahwa telah memutuskan menuju Madinah untuk berperang dengan kaum muslimin. 
Ketika surat sampai kepada Rasulullah SAW di Hamra’ al-Asad, beliau tidak merasa lemah dan menyerah. Melainkan beliau tetap di tempat selama tiga hari untuk menunjukkan kekuatan tekadnya untuk menghadapi tentara Quraisy. Akhirnya Abu Sufyan merasa putus asa dengan tipu muslihatnya dan pasukan Quraisy memilih kembali ke Makkah ketimbang kemenangan yang ingin mereka capai.
Rasulullah SAW juga kembali ke Madinah dan mampu mengembalikan sebagian yang hilang pasca perang Uhud. Kendati orang-orang munafiq mulai menyalakan perang jiwa yang tidak sepele dengan umat islam. 

21.   Beberapa akibatd dari kejadian perang ini.
Kejadian perang di Bukit Uhud memiliki faedah dan pengaruh besar bagi Islam dan umatnya. Berikut ini faedah yang bisa kita simpulkan :
a.       Banyak penduduk Madinah yang ingkar kepada kaum muslim, walupun kerajaan mereka masih eksis berdiri. Namun karena Rasulullah bersama para sahabatnya berhasil keluar ke Hamraul Asad, dan tetap sabar menunggu musuh hingga mereka memilih kembali ke Makkah.
b.      Rasulullah SAW merasa bahwa kabilah-kabilah Arab mulai berpikir untuk menentang dan menyerangnya, setelah mereka berdamai dan berjanji tidak melakukan perang dengannya. Bangsa Arab Badui mulai berani dan pintu harapan pun mulai terbuka untuk menyerang Madinah dan meraup segala kekayaannya.
c.       Orang-orang yahudi mulai mengumandangkan cacian dan hinaan atas kekalahan yang menimpa kaum muslimin. Hubungan mereka pun dengan islam menjadi keruh. Mulailah rasa dengki dan penghianatan menggerogoti hati mereka, dan membisiki mereka untuk menghancurkan umat islam.
d.      Orang Badui mulai bergerak menuju Madinah dan yang pertama kali bersiap untuk memeranginya adalah Bani Asad. Maka Rasulullah segera mengutus Abu Salamah Bin Abdul Asad memimpin kurang lebih 150 orang pasukan untuk menghancurkan kekuatan Bani Asad sebelum mereka menyerang Madinah. Abu Salamah berhasil memporak-porandakan kekuatan musuh. Ia menggiring ternak mereka dan kembali ke Madinah dengan kemenangan. Namun ia terluka hebat dan tidak mendapatkan kesembuhan hingga wafat.
e.       Khalid Bin Siyyan berusaha untuk mengumpulkan pasukan untuk memerangi umat islam. Kemudian Rasulullah SAW mengutus Abdullah Bin Unais dan berhasil membunuhnya. Khalid berusaha untuk mengumpulkan beberapa kabilah untuk menyerang Madinah. Oleh karena itu, Bani Quraisy mulai berpikir untuk menyerang umat Islam. Mereka membantu kabilah tetangga untuk mengkhianati Rasulullah dengan cara berpura-pura menyatakan memeluk Islam dan meminta kepada Rasulullah SAW untuk mengutus orang yang bisa mengajarkan islam sekaligus membacakan Al-Quran kepada mereka. Mereka telah meminta bantuan Bani Hudzail di sebuah tempat yang bernama Roji’ untuk menahan para utusan Rasulullah. Empat orang di antara mereka terbunuh, dua orang lagi ditawan dan dibawa ke Makkah. Keduanya dijual kepada orang-orang musyrik yang kemudian mereka membunuh keduanya.
f.       Gugur sebagai syuhada dalam perang ini sebanyak 70 orang. Mereka adalah generasi muslim sekaligus para qurra’ yang terbaik. Rasulullah SAW pernah mengutus mereka untuk menyebarkan islam kepada beberapa kabilah di Najd, sebagai jawaban atas permintaan ‘Amir Bin Malik yang menyatakan akan memberikan suaka kepada mereka. Setelah mereka tiba di Bi’ru Ma’unah, mereka mengutus Haram Bin Milhan kepada Amir Bin Tufail pimpinan orang kafir untuk menyerahkan surat Rasulullah yang berisi seruan untuk memeluk islam. Namun Amir Bin Tufail memerintahkan orang untuk membunuh si pembawa surat. Kemudian melanjutkan permusuhannya hingga kemudian ia menyeru teman-temannya dari beberapa kabilah. Setelah itu mereka menyerang para qurra’ dan membunuh mereka. Tidak ada yang selamat dari mereka kecuali Amr Bin Umayyah Ad-Dhamiri yang kemudian membawa berita yang sangat mengejutkan ini ke Madinah.
g.      Kaum muslimin merasa sedih atas perbuatan orang-orang kafir terhadap para utusan Rasulullah yang dibunuh dengan cara khianat dan keji. Sehingga mereka terus berpikir untuk melenyapkan pengaruh perang Uhud untuk menyampaikan risalah Allah dengan kembali.  

22.  Pelajran/ibrah dari perang Uhud.
Perang dianggap sebagai fenomena besar dalam sejarah kemiliteran umat Islam. Dari perang ini mereka dapat mengambil petuah dan ibrah, menuai pelajaran yang bisa memberi petunjuk mereka di tengah kejadian dan cobaan yang pekat mencekam. Di antara pelajaran tersebut adalah :
a.       Taat kepada pemimpin dan komitmen melaksanakan perintahnya merupakan kewajiban yang tidak boleh dilanggar. Karena pemimpinan lazimnya mampu membuat perkiraan atau prediksi maslahat menurut cara pandangnya yang universal.
b.      Musyawarah merupakan asas mengambil kebijakan, baik dalam kondisi perang atau kondisi damai. Apabila hasil musyawarah sudah diputuskan, maka suara yang minoritas dan mayoritas wajib komitmen dengan keputusan syura dan tidak boleh meninggalkannya.
c.       Tidak sepantasnya kemenangan pada satu fase menjadi sebab kelengahan dengan membuang senjata sebelum diperintahkan oleh pimpinan.
d.      Kekalahan dalam satu fase peperangan bukanlah penyebab keputus-asaan. Melainkan sebagai momentum untuk memperbaiki kesalahan dan keteledoran.
e.       Sesungguhnya perang adalah upaya maju menyerang atau mundur bertahan, kekalahan dan kemenangan. Namun kekalahan yang sebenarnya adalah keputus-asaan jiwa dan hancurnya tekad dalam hati.
f.       Keimanan kepada takdir Allah bisa menumbuhkan harapan untuk bangkit dalam jiwa, melahirkan ketenangan dalam menyelesaikan masalah, sekaligus mendorong diri mencari sarana menuju kemenangan. Karena pertolongan hanyalah dari Allah SWT.
g.      Wanita muslimah memiliki peranan yang nyata. Peranan yang harus ditiru oleh para wanita muslimah untuk merawat pejuang yang terluka, atau menyiapkan senjata perang.       



[1] Sirah Ibnu Hisyam, jilid 2 tentang perang Uhud.
[2] Hadits Riwayat Bukhari dalam shahihnya.
[3] Nama Aslinya : Samak Bin Kharsyah.
[4] Hadits Riwayat Hakim (3/25).

No comments:

Post a Comment