Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Thursday, December 20, 2012

The Original Acheness People is GAYO


(Oleh : Arida Sahputra)
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. [Al Hujurat : 6].

Menanggapi aksi kawan-kawan dari Dataran Tinggi Tanoh Gayo tadi sore mendorong tangan ini untuk mengambil laptob dan mencoret-coret kertas dokumen word ini. Adapun isu yang di angkat pada aksi itu bermula dari berita yang mengutip penggalan statement yang tidak menggambarkan pernyataan sebenarnya. Saya tidak mengatakan aksi itu adalah tunggangan partai politik lawan Saifunsyah tapi perlu saya katakan jangan sampai aksi itu termanfaatkan oleh fihak lain.

Saya adalah anak asli suku Gayo, mamak, bapak, nenek, kakek, datu, buyut sayapun asli Gayo. Ketika saya mendengar isu/berita mengenai pernyataan “gayo bodoh” yang disebarkan oleh seorang yang sakit hati kepada suatu partai yaitu kebetulan di partai itu ada Saifunsyah sebagai salah satu kadernya saya jadi tertarik mencari informasi sebenarnya karena anjuran islam sebelum menginformasikan kepada halayak ramai terlebih dahulu Tatsabbut Wat Tabayyun. Karena informasi yang kita dapatkan itu dari dunia maya, juga kita dituntun dalam islam untuk harus serius menjaga lidah (Afatul Lisan)

Saya fikir pem-provokasi itu berhasil mengalihkan isu yang seharusnya serius diperjuangakan oleh saudara-saudara saya, juga saya untuk menggagalkan Qanun Lembaga Wali Nanggroe (LWN). Dan seharusnya dengan pernyataan Saifunsyah itu kita harus menjadi lebih kuat lagi memperjuangkan untuk menggalkan Qanun LWN itu bukan malah disibukan dengan aksi yang tidak ada artinya itu.

Cara menanggapi statement itu sepertinya saya berbeda dengan kawan-kawan yang tidak saya katakan yang ditunggangi tadi. Karena saya merupakan anggota Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia, juga sebagai intelektual, sehingga saya menanggapi ini sebagai sebuah tantangan yang harus kita balikan. Seperti itulah seharusnya menyikapi kritikan atau saran dari orang lain.

Dalam tulisan ini saya mau meluruskan penggalan statement "Gayo Bodoh":
Pernyataan "Gayo Bodoh" disebarkan melalui jejaring sosial (facebook).  Ada yang memberikan penilaian baik secara objektif maupun subjektif. Karenanya menimbulkan pro dan kontra, serta ada juga yang mencoba menggiring maupun mempolitisir dan atau mempelintir dua kata tersebut.

Ada yang memberikan penilian bahwa komentar-komentar "pemirsa" di facebook tidak semuanya berkesan cerdas dan dapat berlapang dada menghadapi pernyataan "Gayo Bodoh" yang diekspose oleh salah satu akun SM (inisial) via status FB. Menurut narasumber tersebut, awalnya merasa gelisah, karena dia kenal dengan Saifunsyah, adalah orang yang berilmu, beradab dan sejauh ini sangat menjaga sikap serta kata-kata yang diucapkannya.

Lebih lanjut dia juga menjelaskan, Saifunsyah juga tidak mudah terprovokasi, apalagi meledak-meledak menyampaikan pernyataannya, konon pula di depan publik, menurut sumber yang layak dipercaya ini.

KRONOLOGI SINGKAT
Saifunsyah menghadiri forum rapat tersebut sama sekali bukan mewakili PKS (apalagi sebagai Sekjen. DPW PKS Aceh) tapi semata-mata undangan pribadi dari 'TIFA'. Sebagai mantan mahasiswa Magister Akuntansi Unsyiah Banda Aceh. Karena sebelumnya undangan tersebut sudah ditolak karena kesibukan. Namun karena pertemanan akhirnya bisa turut hadir.

Timbulnya kata-kata " Gayo Bodoh" menurut salah satu versi
Disaat diskusi sedang berlangsung, perwakilan adik-adik mahasiswa (Gayo) angkat bicara. Mereka mengatasnamakan 'GAYO MERDEKA', yang salah satu perwakilannya menyampaikan pendapat/keluhan pada forum diskusi. Dimana mereka mengucapkan rasa "terimakasih" kepada Pemerintah Aceh (dibawah Partai PA) bahwa telah mengesahkan: Hymne, Bendera dan Logo Aceh dengan demikian telah membulatkan tekat kami (Gayo) untuk segera 'MERDEKA'......

Nah disaat giliran Saifunsyah angkat bicara (karena sebelumnya banyak narasumber lainnya yang juga ikut bicara). Saifunsyah langsung mengkritisi/merefresh pernyataan adik-adik mahasiswa yang ingin 'Merdeka'. Saifunsyah mencoba meyakinkan dan sedikit membuka sejarah bahwa Gayo tidak bisa dipisahkan dari Aceh karena adanya Aceh dikarenakan Gayo dan juga sebaliknya dan 'The Original Acheness People is GAYO'. Dan ini pernyataan selanjutnya dari Saifunsyah (yang menjadi polemik saat ini)......." Dan dengan sejarah yang demikian 'bersahabat', SANGATLAH BODOH JIKA ORANG GAYO MINTA MERDEKA'......" (mimik muka Saifunsyah menyampaikan pernyataan itu sangatlah halus, jadi tidak bersifat emosional apalagi menjugde).

Dari ulasan singkat di atas sangatlah jelas, runutan pernyataan 'GAYO BODOH' sama sekali tidak berkorelasi/berhubungan dengan kalimat atau pernyataan Saifunsyah. Dan hal itu, murni kesimpulan SEPIHAK yang melihat hanya kalimat terakhirnya tanpa memaknai kata-kata/kalimat di atasnya.

Mudah-mudahan pernyataan di atas bisa menyejukkan kita semua. Dan mohon rekan-rekan untuk bisa selalu menjaga ukhuwah dan tidak emosional dalam bersikap. Harus diingat, ini forum umum dan siapapun bisa mengkritisi/membaca/menyimak serta berkomentar. "Kita semua adalah SATU" dan jagalah persatuan kita ini demi Bangsa Aceh yang lebih aman, makmur dan sejahtera.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Saifunsyah yang telah membuka fikiran kami dan seluruh rakyat aceh akan sejarah bermulanya Negeri Aceh ini. Saya melihat ada potensi perlawanan yang kuat dari penduduk pribumi Aceh ini untuk mengembalikan Aceh ketangan orang asli Aceh bukan "Plasteran Swedia Dkk"

Kronologi singkat bersumber: Laporan Team PENAdi pena-aceh.org. Judul asli: Terkait Pernyataan Gayo Bodoh, "Because" The Original Acheness People is GAYO

1 comment:

Blog Archive