Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Sunday, December 16, 2012

Afatul Lisan (bahaya lidah)


"Siapa yang menahan lidahnya, pasti Allah menutupi auratnya. Siapa yang dapat menahan amarahnya, pasti Allah melindunginya dari siksa. Dan, siapa yang memohon ampunan kepada Allah, pasti Allah menerima permohonan ampunannya.'' (HR. Ibnu Abu Dunya)

Ikhwah wa akhwat fiddin rahimakumullah....
Ada kisah menarik yang disampaikan Ibnu Katsir dalam menjelaskan asbabun nuzul Surah Al-Hujurat ayat 6. Ada seorang utusan Rasulullah yang bernama Khalid bin Uqbah. Salah seorang utusan Rasul yang khusus bertugas mengambil zakat dari wilayah-wilayah yang menyatakan bergabung dengan pemerintahan Islam di Madinah, mengabarkan sesuatu kepada Rasulullah saw. Khalid mengatakan kalau ia hendak dibunuh oleh kaum yang telah menyatakan tunduk kepada Islam. (HR. Ahmad)

Hampir saja, Rasulullah memerintahkan pasukan untuk menyerang kaum tersebut. Allah swt. mencegah Rasul melakukan kesalahan itu dengan menurunkan firman-Nya,
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu." (QS. Al-Hujurat: 6)

Kisah lain adalah yang pernah dialami isteri Rasulullah saw., Aisyah r.a., di bulan Sya'ban tahun kelima hijriyah.  Saat itu, Aisyah mengalami kegelisahan luar biasa akibat fitnah yang disebarkan oleh kaum munafik di Madinah. Isunya tidak main-main: isteri Rasul yang mulia ini dikabarkan telah selingkuh dengan seorang sahabat Rasul yang bernama Shafwan.

Fakta-fakta pun terangkai apik seolah isu itu memang benar-benar terjadi. Mulai dari tidak tahunya sang suami, Rasulullah saw., kalau Aisyah tidak pulang bersamanya dari suatu tempat dalam sebuah peperangan di Bani Musthaliq. Hingga, Aisyah yang tiba-tiba datang berdua dengan seorang pemuda ganteng. Itulah dia Shafwan Ibnu Mu'aththal.  

Dengan cara apa lagi Aisyah menjelaskan kalau dirinya tidak seperti yang diisukan, padahal tidak ada seorang saksi pun kecuali mereka berdua. Fitnah pun merebak begitu subur di seantero Madinah.

Kalau saja bukan karena firman Allah swt. yang menegaskan kesucian Aisyah, mungkin fitnah akan menjadi petaka besar bagi dakwah Islam saat itu.

Firman Allah swt.,  
"Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Jangan kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar." (QS. An-Nur: 11)

Ayyuhal Ikhwah....
Sedemikian dahsyatnya bahaya lidah. Ketajaman lidah jauh melebihi pisau dan pedang. Karena, sekali ia beraksi, korbannya tidak cuma satu atau dua orang, melainkan bisa seluruh daerah, negara, bahkan jamaah sekali pun.

Islam mengajarkan kita untuk selalu berhati-hati dengan ucapan. "Siapa yang banyak bicara maka banyak pula salahnya. Siapa yang banyak salahnya, banyak pula dosanya. Dan, siapa yang banyak dosanya, maka api neraka lebih utama baginya." (HR. Athabrani)

"Siapa yang memberi jaminan kepadaku untuk memelihara di antara rahangnya (mulut) dan di antara kedua pahanya (kemaluan), niscaya aku menjamin baginya surga." (HR. Al-Bukhari)

Masih banyak hadits lain yang menekankan pentingnya berhati-hati dengan ucapan.

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah....
Dalam hidup berjamaah, kita dipaksa untuk bisa berinteraksi dengan banyak orang di sekeliling kita: antara sesama ikhwah, antara qiyadah dan jundiyah, atau sebaliknya. Dan, bukanlah anggota jamaah yang baik yang punya kecenderungan lebih asyik menyendiri daripada bersama.

Dalam interaksi kebersamaan itulah, peluang-peluang baik dan buruk berlomba mempengaruhi kita. Kata-kata atau ucapan adalah di antara sarana yang bisa menjadi media tumbuhkembangnya peluang tersebut.

Ayyuhal Ikhwah....
Jika kita sebagai pimpinan, apa pun tingkatannya, ucapan kita seperti pangkal sudut dari sebuah busur. Kita mungkin tidak akan menyangka kalau pengaruh yang ditimbulkan dari pergeseran sudut yang kita anggap kecil itu, punya pengaruh luar biasa di tingkat yang paling ujung. Semakin tinggi level kepemimpinan kita, kian besar pengaruh yang muncul di tingkat paling bawah.

Dalam era informasi seperti sekarang ini, perang tidak lagi cuma di medan pertempuran. Melainkan juga di dunia informasi. Sayangnya, terlalu banyak musuh yang menguasai media informasi dibanding yang dimiliki saudara-saudara kita.

Siang malam mereka membidik Anda, wahai para public figure, para qiyadah; untuk mencari-cari kelengahan Anda dalam hal ucapan atau statement. Sekali Anda keseleo lidah, apalagi tergelincir; hal itu akan menjadi pemusnah massal untuk keberlangsungan dakwah kita.

Para du'at yang dicintai Allah....
Untuk kita-kita yang ada di level bawah, para jundi yang senantiasa menjaga konsistensi dan ketaatan karena Allah; ucapan juga bukan perkara yang bisa dianggap sederhana.

Mari kita berlatih untuk senantiasa berpikir positif terhadap setiap kebijakan yang turun. Selalu berpikir positif ini akan memberikan energi baru dalam setiap medan amal yang mesti kita tuntaskan.

Sebaliknya, berpikir negatif akan menumbuhkan begitu banyak persangkaan buruk. Tak ubahnya seperti alang-alang di sebuah pekarangan rumah. Semakin lebat dan liar alang-alang, kian banyak hama dan penyakit yang muncul.

Kelanjutan dari cara berpikir negatif, akan menyuburkan komentar-komentar dan perdebatan-perdebatan yang kurang produktif. Saat itulah, ketajaman lidah bisa membelah sebuah persaudaraan dan soliditas jamaah yang sama-sama kita cintai ini.

Allah swt. mengingatkan kita untuk berhati-hati tentang masalah ini. Firman-Nya,
"Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."  (QS. Al-Anfaal: 46)

Saudara-saudaraku yang dicintai Allah....
Memang, tidak mudah membangun sebuah kebersamaan dalam setiap keadaan. Selalu saja muncul tarikan-tarikan, godaan-godaan yang membuat kita lengah untuk memegang ikatan dakwah yang begitu mulia ini.

Mari jaga lidah kita agar tunduk dalam irama amal jama'i yang telah begitu lama kita bangun. Latih dia untuk senantiasa melangkah ke kanan. Dan diamkan lidah kita jika tingkahnya sudah mulai ke kiri.

Begitu tegas apa yang telah dinasihatkan Rasulullah saw. kepada kita semua. "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah berkata yang benar, atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim)

2 comments:

  1. assalamu'alaikum,..
    saya minta ijin untuk copy artikel ini,....
    boleh kan ya,....
    jazakallaahu khairon katsiiro

    ReplyDelete

Blog Archive