Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Friday, December 14, 2012

Fiqhul Ghazawat


Alhamdulillaah Wasshalaatu wassalaamu ‘alaa Rasuulillaah, wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa man tabi’ahu wa waalaah. Laa haula wa laa quwwata illaa billaah. Ammaa ba’du.

Ikhwah Fillah !, Rahimakumullah!

Tanpa kita sadari “As-Shira’ bainal haq wal bathil”, pertarungan hak dan batil terus berlangsung di tengah-tengah kehidupan kita. Persoalannya yang penting bagi kita adalah, sejauh mana kita berada dalam barisan yang hak dan memenangkan pertarungan melawan yang batil tersebut. Untuk memenangkan pertarungan ikhwah fillah, kita perlu menata dan memenej dengan baik “al-haq” yang kita perjuangkan, sebab tanpa itu semua kita akan mudah digilas dan dikalahkan dengan manuver-manuver kebatilan yang ditata dan dimenej dengan baik, sebagaimana kata Imam Ali RA : “Al-Haqqu bilaa nizhaamin yaghlibuhul Bathil binizhaamin”.

Ikhwah Fillah Rahimakumullah!

Al-Haq dalam pengertian yang luas bila terus diperkuat dan dikembangkan , akan mampu menggeser kebatilan di segala bidang. Untuk memperkuat dan mengembangkan al-Haq agar semakin eksis dan aplikatif dalam kehidupan ini tentunya memerlukan sarana, sarana itu adalah “dakwah” itu sendiri.  Oleh karena itu dakwah harus selalu dipahami dalm konteknya sebagai  refresentasi Al-Haq yang bertarung melawan kebatilan, sehingga berdakwah dalam arti luas sesungguhnya dapat juga diartikan dengan berperang, berperang merebut pengaruh dan dukungan, berperang untuk menguasai sektor-sektor kebijakan publik yang nantinya diharapkan mengkapitalisasi potensi dan kekuatan dakwah di segala bidang, serta memperbanyak program-program kebaikan (Amar Ma’ruf) di tengah-tengah kehidupan masyarakat dan meminimalisasi program-program kemunkaran (Nahi Munkar) yang berpotensi merusak tatanan nilai kehidupan masyarakat.

Ikwah Fillah Rahumakumullah!

Oleh karena itu, orientasi dakwah tidak cukup hanya memasyarakat (Mihwar Sya’by), tetapi orientasi dakwah juga harus menegara (Mihwar dauly). Untuk itu diperlukan “strategic of war”, strategi perang untuk memenangkan dakwah ini. Bila kita tenungkan Ikhwah Fillah!, Rasulullah SAW sebelum terjun  melewati peperangan yang sesungguhnya telah mengawali aksi dakwahnya dengan pendekatan strategi perang. Perang untuk menguasi individu-individu yang penting dan potensial bagi kapitalisasi dakwah ke depan. Misalnya Pola rekrutmen yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam dakwahnya adalah pola pendekatan yang segmentatif, dari kalangan segmen wanita Rasulullah berhasil merekrut isterinya Khadijah RA, dari kalangan pria dewasa khususnya saudagar beliau berhasil merekrut Abu Bakar RA, dari kalangan kaum dhuafa dan hamba sahaya berhasil direkrut Zaid bin HAritsah dan dari kalangan anak-anak dan remaja Ali bin Abi Thalib RA. Masing-masing segmen kemudian menjadi bertambah panjang rangkaian gerbong dan penumpangnya, karena proses dakwah dan rekrutmen terus berjalan pada masing-masing segmen tersebut.

Dalam kontek jihad siyasy dan mihwar dauly yang tengah kita masuki sekarang ini juga amat penting bagi kita untuk merekonstruksi strategi perang yang telah dicontohkan oleh Rasululah SAW, artinya harus ada dari kita ikhwah fillah yang memfokuskan dakwahnya untuk segmen dan kalangan tertentu, harus ada di kita yang berdakwah ke kalangan pengusaha, birokrat, pelajar, dosen, mahasiswa, buruh, petani, pedagang dan sya’biyah ‘aammah.  Semakin banyak segmen yang dapat direkrut dan dikelola, maka akan semakin banyak simpul massa yang bias kita raih untuk meningkatkan potensi dan dukungan bagi dakwah ini.

Ikhwah Fillah Rahimakumullah!

Dalam strategi perang yang terpenting adalah menguasai sumber-sumber kekuatan, yang dapat menambah kekuatan kita dan mengurangi kekuatan lawan. Oleh karena itu Habab bin Mundzir RA penasehat militer Rasulullah SAW mengusulkan agar pasukan kaum Mslimin dalam perang Badar segera mendekat ke sumber air sebelum pasukan Quraisy mengambil posisi tersebut. Dalam kontek jihad siyasy kita sekarang ini juga di perlukan penguasaan sumber, di antara sumber yang penting untuk dikuasai adalah media dan sarana informasi lainnya, juga  sumber-sumber yang dapat mendatangkan pengaruh, seperti public figure, simpul massa dan vote getter. Semakin banyak hal itu dikuasai, semakin banyak sumber-sumber kekuatan yang dapat membantu kelancaran dakwah ini, dan semakin membuat dakwah ini memiliki kekuatan untuk memuluskan jalan al-Haq dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Ikhwah Fillah ! Rahimakumullah!

Fiqhul ghazawat, tidak hanya terkait dengan kecamuknya perang, tetapi juga terkait dengan kepiawaian diplomasi dan memperlihatkan performa di mata lawan, oleh sebab itu Rasulullah SAW membawa serta 80 kaum Musyrikin Bani Khuza’ah lengkap dengan hewan-hewan kurban yang akan disembelih, ketika beliau dan kaum Muslimin menunju Mekkah untuk melakukan umroh. Peristiwa inilah yang menngantarkan kaum Muslimin kepada perjanjian Hudaibiyah yang kemudian membuat dakwah semakin leluasa dan bebas bergerak. Diplomasi dan performa damai yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW menegaskan kepada elit pimpinan Quraisy bahwa Islam datang dengan misi social charity untuk kemanusiaan, sehingga tidak ada alasan bagi mereka untuk menolak kedatajngan Nabi dan kaum Muslimin. Nah, misi itu pulalah yang juga harus ditonjolkan oleh dakwah dan harakah kita di era sekarang ini, bagaimana meyakinkan para pemimpin baik di tingkat nasional maupun internasional untuk tidak mencurigai dakwah dan harakah kita ini dan tidak ada alas an bagi mereka untuk menentang dan menolaknya. Untuk itu  ikhwah fillah, kita harus banyak melakukan pendekatan, kalau perlu mengundang mereka untuk hadir pada even-even besar yang kita selenggarakan, baik pada acara Munas, Rapimnas, Seminar Nasional dan Internasional. Mengundang tokoh nasional khususnya kalangan tokoh partai Nasionalis-Sekuler, bahkan tokoh internasional baik kalangan Muslim dan non muslimnya akan sangat membantu menumbuhkan kesan pergaulan nasional dan internasional yang baik dan  imej inklusifitas dakwah dan harakah ini,

Ikhwah fillah !

Disitulah kesempatan besar bagi kita untuk memperkenalkan kepada mereka, sebatas yang diperlukan, siapa kita, apa misi kita, dan bagaimana pandangan kita dalam membangun solusi dari problematika yang dihadapi dunia dewasa ini. Bila mereka mengenali kita dengan baik maka insya Allah mereka tidak akan mudah begitu saja memusuhi kita. “Al- Insaanu ‘aduwwun bimaa jahula”, manusia cenderung memusuhi sesuatu yang tidak diketahuinya. Demikian kata Imam ghazali rahimahullah.

Ikhwah fillah Rahimakumullah!

Strategi menampakan kekuatan di mata lawan juga sangat penting kaitannya dengan strategi perang, oleh sebab itu pasca perjanjian Hudaibiyah Rasulullah SAW mengirim ekspedisi ke Mu’tah wilayah koloni Romawy, di satu sisi memanfaatkan gencantan senjata dan perdamaian untuk memperluas pengaruh dakwah, di sisi lain untuk show of force kepada kabilah-kabilah Arab, bahwa kekuatan kaum Muslimin tidak dapat diremehkan begitu saja, tidak pernah sejarahnya bangsa Arab berperang dengan Romawy, tetapi Rasulullah SAW bersama kaum Muslimin telah memulainya, beliau melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh bangsa Arab sebelumnya, hal ini semakin menunjukan imej kekuatan umat Islam di kalangan bangsa Arab, khususnya kaum kafir Quraisy. 

Ikhwah Fillah!

Nu’man bin Muqarrin RA, panglima perang kaum Muslimin ketika berperang melawan Persia di Nahawand, dengan jumlah pasukan yang jauh tidak seimbang, dimana pasukan kaum Muslimin jauh lebis sedikit ketimbang jumlah pasukan Persia. Num’an bin Muqarrin dengan kecerdasan intelegensianya segera memberikan komando serentak kepada pasukan, pada saat musuh telah tampak dari kajauhan, strategi agar kaum Muslimin kelihatan banyak dan bermilitansi tinggi, maka dibuatlah komando serentak melalui aba-aba takbir serentak sacara berbarengan. Takbir pertama, seluruh pasukan kaum Muslimin bersiap-siap di samping kendaraan tunggangannya, takbir kedua mereka serempak menurunkan peralatan dan perlengkapan tendanya, takbir ketiga mereka serentak mendirikan kemahnya dalam waktu yang sangat cepat. Hal ini menimbulkan ketakutan di kalangan pasukan Persia, setiap mereka mendengarkan gemuruh takbir membahana di tengah pasukan kaum Muslimin. Dalam beberpa even alhamdulillah kita telah melakukannya ketika lautan kader memutihkan sepanjang jalan MH Thamrin hingga Bundaran HI.

Demikianlah ikhwah fillah, pentingnya membangun imej sebagai sebuah strategi memenangkan pertarungan, stretegi membangun imej ini tidak hanya dibutuhkan pada kontek jihad askary, tetapi juga jihad siasy. Intginya adalah bagaimana kita dapat bermain cantik, smooth dan efektif dalam memenangkan pertarungan antara al-haq dan al-bathil, sebagaimana pesan salah seorang ashabul kahfi :
dan hendaklah ia Berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun. (QS. Al-Kahfi ; 19)

Wallahu A’lamu Bisshawab

No comments:

Post a Comment

Blog Archive