Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Sunday, August 5, 2012

QUANTUM TEACHING


         Proses belajar dan mengajar adalah fenomena yang kompleks, sehingga diperukan strategi khusus untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi dan memudahkan proses belajar. Oleh karena itu, di dalam dunia pendidikan dan bisnis banyak diwacanakan dan diujicobakan quantum learning, quantum teaching, accelerated learning, active learning, quantum business, dll.Nah, pada bagian ini, kita akan mengulas tentang quantum teaching.
DePorter, dkk, memaknai quantum sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya dimana semua kehidupan adalah energi. Dalam teori fisika quantum sebagaimana dikemukakan oleh Einstein bahwa energi adalah -massa kali kecepatan cahaya- yang biasa ditulis E = mc2. Interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa dan mengubah kemampuan dan ketakutan alamiah siswa menjadi cahaya (baca: motivasi) yang akan bermanfaat untuk mereka sendiri dan orang lain. Masih menurut DePorter, dkk, quantum teaching dengan demikian merangkaikan yang paling baik dari yang terbaik menjadi paket multisensori, multikecerdasan, dan kompatibel dengan otak yang pada akhirnya akan melejitkan kemampuan guru untuk mengilhami dan meningkatkan kemampuan anak didik untuk berprestasi.
Quantum teaching bersandar pada konsep “bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Konsep ini menegaskan tentang pentingnya memasuki dunia siswa sebagai langkah pertama untuk membangun jembatan autentik memasuki dunia mereka. Belajar melibatkan seluruh aspek kepribadian manusia -pikiran, perasaan dan bahasa tubuh- disamping pengetahuan, keyakinan, serta persepsi masa yang akan datang. Dengan demikian, karena belajar berkaitan dengan orang secara keseluruhan, maka hak untuk memudahkan belajar tersebut juga harus diberikan oleh siswa dan diraih oleh guru. Jadi, tindakan memasuki dunia mereka akan memberikan peluang kepada seorang guru untuk memimpin, menuntun dan memudahkan mereka menuju kesadaran dan ilmu yang lebih luas.
Quantum teaching memiliki lima prinsip yang merupakan struktur dasar dari simphoni belajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
1.   Segalanya berbicara, dari mulai ruang kelas sampai bahasa tubuh seorang guru semuanya mengirim pesan tetang belajar.
2.   Segalanya bertujuan, semua hal yang dilakukan oleh guru terhadap siswa memiliki tujuan positif agar mereka memiliki kesadaran akan ilmu pengetahuan yang luas.
3.   Pengalaman sebelum pemberian nama, proses belajar mengajar paling baik terjadi tatkala siswa telah mengetahui informasi sebelum mereka memperoleh bahan ajar yang mereka pelajari. Hal ini akan memicu rasa ingin tahu siswa, sehingga dia berusaha menggali lebih banyak dari apa yang sekedar disampaikan guru.
4.   Akui setiap usaha, belajar berarti melangkah keluar dari zona nyaman dan inilah yang harus dijalani oleh para pembelajar sejati. Pada saat siswa mampu mengambil langkah ini, mereka patut mendapatkan pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
5.   Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan, perayaan atas suatu keberhasilan adalah umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi positif dengan belajar. Perayaan dalam hal ini boleh dikatakan merupakan sarapan bagi para juara.

Membangun Suasana yang Kondusif untuk Belajar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan sosial atau suasana kelas adalah penentu psikologis utama yang mempengaruhi belajar akademis. Oleh karena itu, seorag guru penting untuk membangun suasana yang kondusif untuk belajar, di kelas maupun di luar kelas. Berikut ini adalah beberapa tips yang bisa dilakukan untuk membangun suasana yang kondusif untuk belajar
1.   Kekuatan niat. Ketulusan niat seorang guru dalam mendidik dan kepercayaan akan kemampuan serta motivasi siswa harus diperlihatkan dengan jelas. Siswa sebenarnya dapat “menangkap” dengan cepat dan akurat pandangan guru daripada mereka “menangkap” apapun yang diajarkan guru. Jadi seorang guru harus berlatih untuk mengubah paradigma terhadap semua siswa, bahwa mereka adalah siswa-siswa yang potensial bukan siswa-siswa yang bodoh. Berinteraksi seperti ini akan memunculkan energi positif dilakangan siswa-siswa. Kunci kepercayaan terhadap kemampuan siswa dilandasi oleh niat yang tulus dalam mendidik mereka.
2.   Menumbuhkan rasa simpati dan saling pengertian. Membangun ikatan emosional antara guru dengan siswa juga mampu menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan dan menyingkirkan segala ancaman dari suasana belajar. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa siswa lebih banyak belajar jika pelajarannya memuaskan, menantang, serta gurunya ramah. Untuk meciptakan kondisi ini perlu dijalin rasa simpati dan saling pengertian sehingga akan membuka jembatan penghubung dunia guru dengan dunia siswa. Sejauh apa guru memasuki dunia siswa, maka sejauh itu pula pengaruh yang dimiliki guru dalam kehidupan mereka.
3.   Pengambilan resiko. Semua orang tentu suka berada di zona nyaman karena didalamnya mengandung semua hal yang membuat seseorang nyaman dan tidak mengandung resiko. Sebagai contoh, seorang guru nyaman mengajar dengan gaya tertentu, misalnya ceramah dan diskusi dan dia merasa tidak nyaman jika harus membuat model baru dalam mengajarnya. Bisa dipastikan bahwa suasana belajar akan penuh dengan rutinitas yang monoton dan membosankan. Paradigma yang harus dibangun dalam menyikapi fenomena ini adalah bahwa belajar itu selalu mengandung resiko, setiap kali seseorang berpetualang untuk belajar sesuatu yang baru, maka dia potensial mengambil resiko besar diluar zona nyaman dia. Dalam hal ini, seorang guru dituntut untuk aktif dalam melakukan inovasi-inovasi baru dalam mengajar.
4.   Rasa saling memiliki. Rasa saling memiliki sejati (kesatuan tim) membuat orang memiliki kekuatan lebih untuk berjuang dalam zona yang tidak nyaman (baca: belajar). Kondisi ini juga menciptakan dukungan dan perhatian satu sama lain, baik sesama siswa maupun guru dengan siswa. Maka tradisi yang harus dibangun di kelas adalah tradisi kebersamaan, bukan individualisme. Semakin besar ikatan emosional dan tanggungjawab mereka, semakin kuat dampaknya terhadap kesuksesan belajar mereka.
5.   Keteladanan. Guru adalah teladan, kaidah ini bukan sekedar filosofi namun merupakan sebuah keharusan. Semakin banyak teladan yang diberikan oleh guru, semakin besar keinginan mereka untuk mencontoh dan semakin besar pula kepercayaan mereka terhadap guru. Keteladanan guru akan mampu membangun hubungan harmonis, memperbaiki kredibilitas dan meningkatkan pengaruh positif bagi siswa.
6.   Lingkungan yang nyaman dan kondusif. Lingkungan kelas akan mempengaruhi kemampuan siswa menyerap informasi. Penataan kelas seperti poster ikon akan menampilkan isi pelajaran secara visual, poster afirmasi mampu menguatkan dialog internal siswa. Alat bantu belajar dapat menghidupkan gagasan abstrak dan mengikutsertakan pelajar kinestetik. Pengaturan kursi belajar akan mendukung hasil belajar dan tidak bosan. Musik membuka kunci keadaan belajar optimal dan mampu membantu menciptakan asosiasi. Gaya lain yang dapat digunakan adalah membuat jurnal, kerja kelompok dan transisi.

Merancang Pengajaran yang Dinamis
Asas utama quantum teaching, sebagaimana telah disebutkan diawal yakni kemampuan seorang guru untuk menjembatani jurang antara dunia guru dan dunia siswa. Jika jembatan ini tidak dibangun, maka siswa tidak dapat memahami AMBaK (Apa Manfaat BagiKu) dari pengajaran yang disampaikan guru. Perancangan pengajaran membantu guru untuk membangun jembatan tersebut.
Semua orang tentu memiliki kecenderungan terhadap modalitas tertentu, apakah Visual, Auditorial, atau Kinestetik (V-A-K) termasuk kita sebagai seorang guru. Seseorang juga memiliki kecenderungan modalitas mengajar sesuai dengan modalitas belajarnya. Jika kita pelajar yang cenderung visual, maka kita akan cenderung akan menjadi guru yang visual juga, dan hal ini juga berlaku untuk modalitas yang lain secara alamiah. Tetapi tidak demikian dengan siswa kita. Dari sekian siswa yang kita didik, kecil kemungkinan memiliki kesamaan modalitas dengan gurunya. Oleh karena itu seorang guru harus mampu mencerminkan kecenderungan kolaborasi antara ketiga modalitas tersebut. Seorang guru melalui serangkaian pengamtan yang panjang terhadap kecenderungan modalitas siswa dapat dengan mudah membuat kelompok kecil belajar dengan kelompk visual, auditorial atau kinestetik. Artinya membuat kelompok-kelompok kecil yang disesuaikan dengan kecenderungan modalitas siswanya.
Dengarkan diri anda setiap menyertakan mereka dalam sebuah momen, menciptakan pengalaman belajar yang menarik untuk siswa dalam momen-momen yang mengandung pelajaran. Siswa dapat menangkap informasi saat mereka penasaran dan merekapun menyukainya. Mereka akan tumbuh dengan multy-intelegence mereka sebagaimana guru mensugestikan hal tersebut, sebagaimana guru memberikan keteladanan dan sebagaimana gambaran-gambaran kesuksesan dalam dunia mereka.

Tips Presentasi Efektif
Presentasi merupakan salah satu gerbang komunikasi dalam proses belajar mengajar. Perkataan dan cara seorang guru presentasi akan sangat berpengaruh terhadap cara siswa menerima pelajaran yang diberikan. Kemampuan seorang guru dalam berkomunikasi jika digabungkan dengan rancangan kurikulum yang efektif akan memberikan pengalaman belajar yang dinamis bagi siswa. Tugas seorang guru adalah sedapat mungkin menyajikan kurikulum dengan penuh minat, pesona, dan antusias agar siswa mampu memahami AMBaK dari setiap kurikulum yang diberikan. Keterampilan komunikasi juga tak kalah penting untuk dibangun. Dengan menerapkan keterampilan penyesuaian modalitas, membangun citra positif, mengarahkan fokus, terbuka, dan spesifik dengan tindakan nonverbal (bahasa tubuh) yang selaras dalam paket presentasi (mengajar) yang bervariasi akan menambah kejelasan komunikasi guru dan tentu saja menimbulkan komunikasi yang efektif diantara guru dengan siswa.

Keterampilan Belajar
Apapun pelajarannya, siswa dapat belajar lebih cepat dan lebih efektif jika mereka menguasai keterampilan penting dalam belajar, yakni: konsentrasi terfokus, keterampilan mencatat, organisasi belajar dan persiapan tes, membaca cepat dan teknik mengingat. Dengan mengajarkan siswa cara berkonsentrasi, mencatat yang efektif, belajar untuk ujian, meningkatkan kecepatan membaca, pemahaman dan kemampuan mereka untuk menghafal, secara tidak langsung telah mengajarkan cara menjadi pelajar yang sukses dalam karir akademis.
Dengan mengetahui gaya belajar masing-masing, siswa dengan mudah dapat menyerap bahan pelajaran dengan cara terbaik yang dapat mereka lakukan. Mereka dapat menyusun materi secara efisien dengan menggunakan peta pikiran (mind mapping), catatan: TS (tulis dan susun dengan bahasa sendiri serta dihubungkan dengan emosi atau kejadian yang mudah diingat), dan belajar memutar (circuit learning) karena hampir setiap hari mereka dihadapkan pada informasi yang hampir sama, sehingga perlu melakukan circuit learning untuk mengingat kembali informasi yang telah diperoleh.
Sukses dengan praktik, tentu, karena ini merupakan anugerah terbaik yang mampu diberikan seorang guru terhadap siswanya. Bahwa seorang guru tentu sangat menginginkan kesuksesan untuk siswa-siswanya. Persahabatan (ikatan emosional) antara guru dengan siswa tidak dapat diukur dengan hasil nilai tes standar, namun diukur dari nilai kedekatan emosi itu sendiri. Mempersiapkan siswa untuk menjadi pembelajar sejati adalah pekerjaan yang sangat mulia, namun kenyataannya hanya sedikit orang saja yang mampu mencapainya. Tekanan dan tuntutan sistem pendidikan yang kadang tidak bersahabat dan dukungan komunitas pendidikan yang semakin melemah akan membuat tugas mulia ini semakin menantang.

Namun, apapun kondisinya, seorang guru harus senantiasa memiliki kekuatan untuk mengubah kehidupan orang-orang demi meraih kesuksesannya dimasa depan.


Reference:
Bobby De Porter, Mark Reardon, & Sarah Singer Nourie. 2003. Quantum teaching. Mizan Pustaka: Bandung.

No comments:

Post a Comment