Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Tuesday, August 7, 2012

AMAL JAMA’I

Suatu ketika, bekal perjalanan telah berkurang sehingga para sahabat menemui Nabi saw dan meminta ijin untuk menyembelih unta-unta mereka. Nabi saw mengijinkannya. Umar bertemu dengan mereka dan menceritakan persoalan itu kepadanya. Umar berkata, “Bagaimana kalian bertahan hidup bila unta-unta kalian disembelih?” kemudian Umar menemui Rasulullah saw dan berkata “Ya Rasulullah, bagaimana mereka bertahan hidup setelah unta-unta mereka disembelih?” Rasulullah saw lalu memberi Umar perintah “Panggil mereka dan kumpulkan semua bekal makanan mereka yang masih tersisa.” Dan selimut pun dihamparkan lalu semua bekal perjalanan yang tersisa dikumpulkan di atasnya. Rasulullah saw berdiri memohon kepada Allah agar memberkahi makanan mereka, setelah itu beliau menyuruh semua orang membawa peralatan makan mereka untuk mengambil bagian makan mereka secukupnya dan ternyata makanan itu mencukupi untuk semua. Subhanallah. Setelah itu Rasulullah saw bersabda “aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa aku adalah utusan Allah” (Diriwayatkan oleh Salamah bin Akwa ra.)
Inilah contoh bagaimana suatu persoalan yang pelik tetapi ketika ditangani dengan amal jama’i dan saling menolong maka terbukalah jalan keluar. “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan Allah dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS. As-shaff: 4)
Amal jama’i yakni melakukan kegiatan yang dilakukan secara kolektif (bersama) dimana anggota bekerja secara sinergi sehingga terbentuk tim yang tangguh untuk mencapai tujuan bersama.

Tips Untuk Beramal Jamai(1)
1.      Kenali diri dan arti diri (who am I)
Anda punya jari? Kemampuan jari anda akan dapat mengangkat beban yang berat sampai puluhan kilo bila jari itu bergabung, bersinergi dan saling menyatukan kekuatan dengan tangan dan anggota tubuh lainnya. Namun bila hanya satu jari digunakan untuk mengangkat beban niscaya dia tidak akan mampu mengangkatnya. Intinya bahwa kekuatan amal jama’i itu terletak pada bergabung dan bersinerginya seluruh potensi dan kekuatan yang ada baik dalam kerja-kerja dakwah ataupun yang lainnya. Anda pernah melihat perilaku semut yang mampu membawa beban yang lebih besar dari badannya? Dan coba anda perhatikan bahwa ternyata semut-semut itu selalu bersama-sama mengangkat beban yang berat.
2.      Sabar dalam kebersamaan
Raihlah tujuan bersama. Hindari tujuan individu atau mencari keuntungan pribadi yang mengorbankan tujuan bersama. Target amal jama’i akan gagal jika masing-masing individu disibukkan oleh targetan-targetan individu. Jika terjadi ketidaksetujuan dengan teman anda dalam beramal jama’i, sampaikanlah dengan cara yang baik jangan ada niatan untuk membangkang atau menyimpang. Sikap seperti ini tidak akan menguntungkan baik secara pribadi maupun jama’ah. Kondisi seperti ini sebenarnya merupakan peluang untuk melatih diri berinteraksi dengan orang yang berbeda dengan anda. Hindarkan untuk saling tuding dan melempar tanggungjawab sebab hal ini akan melemahkan kekuatan kelompok dan pada gilirannya faktor inilah yang akan memicu perpecahan kelompok. Untuk itu, fokuskan perhatian anda pada kerjanya atau programnya, sebab pada dasarnya amanah merealisasikan program organisasi adalah tugas bersama, bukan tugas individu. 
3.      Proaktif-kontributif
Maksud proaktif-kontributif disini adalah proaktif dan berkontribusi terhadap program-program kelompok. Katakan “what can I do for you” jangan “what will I  get from this work”. Orang yang proaktif adalah orang yang ingin maju, punya semangat, dan orang yang punya peluang untuk dapat beramal jama’i. Anda datang kepada teman anda dengan bahasa tubuh yang penuh semangat, dan terlihat oleh teman anda maka Insya Allah semangat anda akan menular kepada teman anda. Sebaliknya bagi orang yang memiliki keinginan individu lebih dominan, lambat laun keinginan pribadi anda akan terasa oleh teman anda sehingga kerja-kerja jama’i anda akan punya masalah.
4.      Apresiasi sukses bersama
Apresiasikan kesuksesan kelompok anda sekecil apapun. Hal ini akan membangkitkan energi positif yang kemudian akan memancing semangat untuk mengerjakan sesuatu yang lebih besar dan berat. Kadangkala motivasi seseorang akan terbit tatkala merasakan atau melihat kesuksesan orang lain. Ingatlah Allah pun menghimbau untuk menyebut-nyebut nikmat-Nya “Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).” Untuk itu, ungkapkanlah kata-kata pujian atas keberhasilan kelompok anda seperti subhanallah, bagus, alhamdulillah kita sudah mencapai prestasi ini. Sebagai bentuk apresiasi yang lain yakni mengadakan syukuran sukses bersama.
5.      Terbuka
Jadilah orang yang terbuka diri untuk menerima berbagai masukan atau kritikan, sebab kebaikan dan kesuksesan akan kita peroleh secara bertahap. Setiap tahap biasanya terbuka peluang salah. Perbaikan kesalahan baik yang disadari secara spontan maupun yang tanpa disadari lewat teguran atau masukan dari orang lain merupakan jendela menuju kebaikan dan keistimewaan. Belajarlah dari Abu Dzar Al-Ghifari karena ia pernah meminta nasihat kepada Rasulullah saw “nasihatilah aku ya Rasulullah...” begitu pintanya. Hal yang tidak kalah penting yakni jangan menyalahkan diri sendiri ketika menjadi penyebab ketidaksuksesan dalam kerja kelompok, tapi jadikanlah kesalahan diri anda untuk mengetahui dimana anda harus memperbaiki diri.
6.      Memperbaharui keimanan
Keimanan akan memberikan semangat dan melanggengkan amal jama’i. Iman yang lemah rentan terhadap lurusnya motivasi (niat). Bisa saja ditengah-tengah amal jama’i terjadi perubahan orientasi menjadi orientasi pribadi. Al imanu yazidu wayanqush, fayujadidu bi laa ilaha illa Allah (iman itu naik dan turun, maka perbaharuilah ia dengan laa ilaha illa Allah).
Dalam konteks dakwah, harus dipahami bahwa dakwah adalah sebuah sistem dimana amal jama’i lebih efektif dibandingkan dengan dakwah fardhiyah yang dilakukan perseorangan tanpa terkoordinasi dengan baik. Untuk menuju kearah sistem amal jama’i yang baik diperlukan penyamaan visi dasar. Beban dakwah ini terlalu berat jika dipikul seorang diri. Disinilah terasa pentingnya kebersamaan dalam memikul amanah dakwah, pentingnya partner dalam melaksanakan kerja di jalan dakwah. Bahkan sebenarnya, kebersamaan itu menjadi fitrah manusia pada umumnya apalagi para du’at yang lapangan kerjanya tidak terbatas.
Rasulullah saw menumbuhkan ruh jama’ah para sahabatnya sejak periode pertama dakwah dengan tarbiyah di rumah Arqam bin Abil Arqam. Penataan gerak dilakukan bersama-sama dalam suatu koordinasi yang rapi. Sejak dini Rasulullah saw telah memberikan keteladanan bagaimana memulai langkah awal di medan dakwah. Ukhuwah mendapatkan porsi yang penting dalam rangka mewujudkan amal jama’i ini.
Anis Matta (2006) mengatakan bahwa kita hidup dalam sebuah zaman yang oleh ahli-ahlinya dicirikan sebagai masyarakat jaringan, masyarakat organisasi. Semua aktivitas manusia dilakukan didalam dan melalui organisasi: pemerintahan, politik, militer, bisnis, kegiatan sosial kemanusiaan, rumah tangga, hiburan, dll. Itu merupakan fenomena dan kata kunci yang menjelaskan bahwa masyarakat modern hidupnya sangat efektif, efisien, dan produktif. Mereka bekerja dengan kesadaran bahwa keterbatasan yang ada pada setiap individu sesungguhnya dapat dihilangkan dengan mengisi keterbatasan mereka dengan kekuatan-kekuatan yang ada pada individu lain. Jadi, kebutuhan setiap manusia untuk bekerja atau beramal jama’i bukan hanya lahir dari kebutuhan untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan produktivitasnya, tapi juga lahir dari kebutuhan untuk bekerja dan beramal jama’i yang setara dengan tantangan zaman dewasa ini(2).
Coba bayangkan seandainya para aktivis dakwah tidak mau beramal jama’i, mereka lebih suka bekerja sendiri-sendiri, tanpa organisasi, tanpa manajemen, tanpa jama’ah, apa yang akan terjadi? Sementara musuh-musuh Islam mengelola dan mengorganisasi pekerjaan-pekerjaan mereka dengan sangat rapi. Ingatlah ketika Umar ra. mengatakan bahwa “kebaikan yang tidak terorganisir akan terkalahkan oleh kejahatan yang terorganisir.”
Adapun indikator amal jama’i dapat terlihat dari beberapa aspek berikut(1):
1.      Meyakini hasil kerja bersama lebih baik daripada hasil kerja sendirian, sehingga keberkahan hasil kerja bersama dapat melipatgandakan fungsi hasil tersebut.
2.      Meyakini proses kerja bersama lebih menguntungkan dari hasil kerja sendirian. Karena proses kerja bersama membuat seluruh potensi dan kompetensi berkembang dan berguna.
3.      Mengetahui tujuan bersama. Walaupun kemungkinan untuk berprestasi sendirian ada kesempatan, namun lebih diprioritaskan untuk mengangkat kompetensi kelompok.
4.      Memberikan kontribusi kerja pada kelompok. What can i do for dakwah? Proaktif bukan sekedar menjadi pelengkap kelompok sehingga menunggu diprogram atau diberi tugas.
5.      Mencintai anggota kelompok karena Allah.
6.      Menerima kekurangan anggota lainnya. Memaklumi bahwa pada dasarnya setiap manusia pasti memiliki kelebihan dan kekurangan sehingga dengan berkelompok akan saling menutupi kekurangan saudaranya.
7.      Menerima hasil kerja bersama apapun hasilnya. Walaupun hasilnya buruk dia tetap mengakui sebagai hasil kerjanya, sementara kekurangan hasilnya bukan karena ketidakmampuan dirinya.
8.      Membuka diri untuk diberikan dan memberikan masukan. Kebaikan dan keistimewaan diperoleh dengan bertahap. Setiap tahap biasanya terbuka peluang salah, sehingga terbuka diri untuk diberi dan memberikan masukan adalah cara terbaik untuk memperbaiki kesalahan.
9.      Bersedia membantu anggota lain untuk meningkatkan kemampuannya dalam mencapai tujuan bersama, namun bukan berarti harus mengambil-alih pekerjaan anggota lainnya jika dia masih mampu.
10.   Tidak menyalahkan diri sendiri tatkala terjadi ketidaksuksesan dalam kerja kelompok, dan
11.   Melakukan evaluasi program bersama, bukan program pribadi dengan menghindari saling tuding dan saling berpelas diri dari hasil evaluasi.


Reference:
(1)    DPP PKS Departemen Kaderisasi. 2004. Profil kader PKS. Syamil Cipta Media: Bandung.
(2)  H.M. Anis Matta. 2006. Dari Gerakan ke Negara. Fitrah rabbani: Jakarta Timur.

No comments:

Post a Comment