Adam, sebuah nama untuk manusia pertama. Ada beberapa pendapat tentang alasan penamaan Adam:
· Ad-Dhahhak berpendapat bahwa kata Adam (آدَم) berasal dari kata al-udmah (الأدْمَة) yang berarti السُّمْرَةُ (coklat), dan Adam as berkulit coklat.
· Namun An-Nadhr berpendapat bahwa al-udmah (الأدْمَة) berarti putih (البَيَاضُ) dan Adam as menurutnya berkulit putih. Orang Arab berkata: نَاقَةٌ أَدْمَاء (unta adma) jika warnanya putih. Bentuk plural (jamak) nya adalah udm (أُدْمٌ) dan awaadim (أَوَادِمُ) seperti humr (حُمْرٌ) dan hawaamir (حَوَامِرُ).
· Pendapat lain mengatakan bahwa al-udmah berarti materi (zat). Udmatul ardhi (أُدْمَةُ الأَرْضِ) artinya zat yang berasal dari bumi yaitu tanah, dan Adam as memang diciptakan dari tanah, sedangkan bentuk jamaknya adalah آدَمُوْنَ (adamuun). Pendapat terakhir ini adalah pendapat yang lebih kuat, Said bin Jubair berkata: “Dinamakan Adam karena ia diciptakan dari materi tanah.”
Nama lain Adam adalah Insan dan kuniyah-nya[1] adalah Abul Basyar.
Kata Adam terulang dalam Al-Quran sebanyak 25 (dua puluh lima) kali, sembilan diantaranya dalam bentuk mudhaf ilaih (disandarkan) dengan kata bani dan dzurriyyah, seperti dalam firman Allah swt:
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid. (Al-A’raf (7): 31).[2]
Sedangkan kata al-insan yang bermakna Adam as terulang sebanyak 3 (tiga) kali, salah satunya adalah firman Allah swt:
Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar (Ar-Rahman (55): 14).[3]
Kata turaab (tanah) yang menjadi asal penciptaan Adam as disebutkan 4 (empat) kali, diantaranya:
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah… (Al-hajj (22):5).[4]
Kata thiin (tanah) disebutkan 6 (enam) kali, diantaranya:
Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu). (Al-An’am (6):2).[5]
Kata khalifah yang terkait dengan Adam as disebutkan sekali saja yaitu surat Al-Baqarah (2) ayat 30:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
Sedangkan ayat-ayat yang berbicara tentang kisah Adam as dan anak cucunya cukup banyak di dalam Al-Quran. Beberapa hal penting yang perlu dibahas terkait dengan Nabi Adam as adalah:
Hakikat Pertama: Materi Penciptaannya
Materi penciptaan Adam as adalah tanah. Disebutkan dalam beberapa riwayat bahwa Allah swt mengutus satu malaikat untuk mengambil tanah dari bumi dengan mencampurkan tanah dari berbagai tempat di bumi. Dicampurkan antara tanah merah, putih dan hitam, oleh karenanya anak keturunan Adam as pun berbeda warna kulitnya.
Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). (Fathir (35): 11).
Kemudian tanah itu dibasahi dengan air sehingga bercampur satu dengan lainnya (thiin laazib), Allah swt berfirman:
Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat. (As-Shafat (37): 11).
Kemudian tanah itu dibiarkan hingga kering (hingga bila diketuk menimbulkan suara karena amat keringnya) dan berbau.
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. (Al-Hijr (15): 26).
Lalu Allah swt menyempurnakan dan membentuknya dengan kedua tangan-Nya, meniupkan ruh dari sisi-Nya serta menjadikan baginya pendengaran, penglihatan dan akal pikiran sehingga ia menjadi makhluk yang berbeda. Maha Suci Allah swt Rabbul alamin.
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (As-Sajdah (32): 7-9).
عَنْ أَبِي مُوْسَى الأَشْعَرِيِّ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ r يَقُوْلُ: ((إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ خَلَقَ آدَمَ مِنْ قَبْضَةٍ قَبَضَهَا مِنْ جَمِيْعِ الأَرْضِ، فَجَاءَ بَنُوْ آدَمَ عَلَى قَدْرِ الأَرْضِ، فَجَاءَ مِنْهُمُ الأَحْمَرُ، وَالأَبْيَضُ، وَالأَسْوَدُ، وَبَيْنَ ذلِكَ، وَالسَّهْلُ، وَالْحَزَنُ، وَالْخَبِيْثُ، وَالطَّيِّبُ)). رواه الترمذي وقال: حديثٌ حسَنٌ صحيحٌ.
Dari Abu Musa Al-Asy’ari ra berkata: Saya mendengar Rasulullah saw saw bersabda: “Sesungguhnya Allah swt telah menciptakan Adam as dari genggaman setiap jenis tanah di bumi sehingga keturunan Adam berbeda-beda sesuai perbedaan tanah tersebut. Diantara mereka ada yang merah, putih, atau diantaranya. Ada yang mudah (bahagia), ada pula yang sulit (sedih), ada yang buruk dan ada pula yang baik.” (HR. Tirmidzi & beliau berkata: hadits hasan shahih).
Hal ini amat penting untuk kita ketahui sebagai bingkai pemahaman kita terhadap teori penciptaan dan perkembangan manusia sehingga kita tidak tersesat dengan asumsi-asumsi yang tak berdasar sedikitpun.
Aku tidak menghadirkan mereka untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi dan tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri; dan tidaklah Aku mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong. (Al-Kahfi (18): 51).
Hakikat Kedua: Karakteristik Penting Adam as
(1) At-Tafkir & At-Ta’allum (التَّفْكِيْرُ وَالتَّعَلُّمُ)
At-tafkir (berpikir) dan at-ta’allum (belajar) adalah karakteristik Adam as yang amat penting. Allah swt berfirman:
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!"Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana." Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" (Al-baqarah (2): 31-33).
قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ وَنَفَرٌ مِنَ التَّابِعِيْنَ: عَلَّمَهُ أَسْمَاءَ جَمِيْعِ الأَشْيَاءِ كُلِّهَا: جَلِيْلِهَا، وَحَقِيْرِهَا.
Ibnu Abbas ra dan beberapa orang tabi’in berkata: “Allah swt mengajarkan kepada Adam as nama-nama semua hal, yang besar maupun yang kecil.”[6]
عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ r قَالَ: ((وَيَجْتَمِعُ الْمُؤْمِنُوْنَ يَوْمَ القِيَامَةِ، فَيَقُوْلُونَ: لَوِ اسْتَشْفَعْنَا إِلَى رَبِّنَا، فَيَأْتُوْنَ آدَمَ، فَيَقُوْلُوْنَ: أَنْتَ أَبُو النَّاسِ خَلَقَكَ اللهُ بِيَدِهِ، وَأَسْجَدَ لَكَ مَلاَئِكَتَهُ، وَعَلَّمَكَ أَسْمَاءَ كُلَّ شَيْءٍ...)) (رواه البخاري).
Dari Anas ra dari Nabi Muhammad saw bersabda: “… dan manusia berkumpul pada hari kiamat lalu mereka berkata: Alangkah baiknya jika kita meminta syafaat kepada seseorang agar menghadap Allah swt. Lalu mereka mendatangi Adam as dan berkata: “Engkau adalah bapak semua manusia, Allah swt telah menciptakanmu dengan tangan-Nya, memerintahkan malaikat sujud kepadamu dan telah mengajarkanmu nama-nama segala sesuatu…” (HR. Bukhari).
Para ulama berkata bahwa Adam as lah yang pertama kali berbicara dengan semua bahasa – Arab maupun selain Arab. Mereka berdalil dengan ayat 31 surat Al-Baqarah di atas:
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya. (Al-Baqarah (2):31).
Karena mereka berpendapat bahwa semua bahasa termasuk dalam pengertian asma (nama-nama) pada ayat tersebut. Mereka juga berdalil dengan sabda Rasulullah saw:
((وَعَلَّمَ آدَمَ الأَسْمَاءَ كُلَّهَا حَتَّى القَصْعَةِ، وَالقُصَيْعَةِ)).
Allah swt mengajarkan Adam as semuanya sampai qash’ah (tempat makanan untuk sepuluh orang) dan qushai’ah (kurang dari sepuluh).[7]
Disamping itu Allah swt telah memberikan kepada Adam as kemampuan mengenali karakteristik segala sesuatu dan sarana memanfaatkannya. Az-Zamakhsyari berkata: “Allah swt telah mengajarkan Adam as keadaan segala sesuatu dan semua manfaat yang terkait dengannya baik manfaat duniawi maupun dini (agama).”[8]
(2) An-Nis-yan dan Ad-Dha’f (النِّسْيَانُ وَالضَّعْفُ)
Lupa (nis-yan) dan lemah (dha’f) adalah salah satu karakteristik Adam as. Dalilnya adalah pelanggaran yang dilakukan Adam as dengan memakan dari pohon yang terlarang:
Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat. (Thaha (20): 115).
(3) At-takrim lahu fi dzatihi (التَّكْرِيْمُ لَهُ فِي ذَاتِهِ)
Pemuliaan Allah swt terhadap diri Adam as. Hal ini terbukti dengan diperintahkanNya malaikat untuk sujud kepada Adam as:
Dan (Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka.. (Al-baqarah (2): 34).
Juga dengan ditempatkanNya Adam as di surga-Nya:
Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. (Al-baqarah (2): 35).
Juga dengan dipilihNya Adam as sebagai nabi dan rasul-Nya:
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam… (Ali Imran (3): 33).
Disebutkan dalam hadits syafaat:
((اِنْطَلِقُوا إِلَى آدَمَ فَإِنَّ اللهَ خَلَقَهُ بِيَدِهِ وَكَلَّمَهُ...)) (رواه الدارمي).
Pergilah kepada Adam as karena Allah swt telah menciptakannya dengan tangan-Nya dan berbicara (memberi wahyu) kepadanya… (HR. Ad-Darimi).
Ibnu ‘Athiyyah berkata: “Adam as adalah nenek moyang kita, Allah swt telah memilihnya dengan menciptakannya dan mengutusnya sebagai rasul dan berbicara kepadanya seperti disebutkan dalam hadits.”[9]
Allah swt juga telah memuliakannya dengan menundukkan untuknya dan anak cucunya semua yang berada di langit dan bumi:
Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. (Al-jatsiyah (45): 13).
Allah swt juga telah memuliakan semua keturunan Adam dengan kewajiban berpegangteguh kepada manhaj-Nya, firman Allah swt:
Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (Al-Isra (17): 70).
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. (At-Tin (95): 4-6).
Dan Allah swt telah memuliakan Adam dengan kenabian dan kerasulan bagi sebagian anak cucunya:
Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam… (Maryam (19): 58).
(4) Al-I’tinas (الاِئْتِنَاسُ)
I’tinas berarti kecenderungan untuk berkumpul dan berjiwa sosial. Allah swt telah menciptakan Adam as dan keturunannya memiliki fitrah untuk senang berdekatan dan berhubungan dengan sesama manusia. Boleh jadi kata “insan” (إِنْسَانٌ) - yang berarti seorang manusia - berhubungan dengan kata i’tinas yang keduanya berasal dari kata “anisa” (أَنِسَ) yang maknanya adalah senang mendekat. Meskipun pendapat yang lebih masyhur mengatakan bahwa kata insan berasal dari kata “nasiya” (نَسِيَ) yang maknanya lupa, namun tidak mengapa bila kita mengatakan bahwa kata insan berhubungan dengan kedua-duanya.
Dalam bahasa Arab, masyarakat mengetahui bahwa al-makan al-anis (الْمَكَانُ الأَنِيْسُ) artinya adalah tempat yang suka ditinggali oleh manusia; al-hayawan al-anis (الْحَيَوَانُ الأَنِيْسُ) adalah hewan jinak yang disukai manusia untuk tinggal bersamanya. Sebaliknya, tempat yang tidak suka dijadikan tempat tinggal oleh manusia disebut al-makan al-muhisy (الْمَكَانُ الْمُوْحِشُ) seperti hutan belantara dan penghuninya disebut al-wuhusy (الوُحُوْشُ) atau binatang liar.[10]
(5) Al-ibtila (الاِبْتِلاَءُ)
Allah swt memberikan ibtila (ujian) kepada manusia, di mana unsur bumi (tanah) dan unsur langit (ruh) menjadi satu bercampur pada diri manusia (Ada tarikan kebaikan maupun kejahatan dalam jiwa manusia). Ada syetan yang terus menerus menunggu di setiap jalan kebenaran yang ingin ditempuhnya sehingga Adam as dan Hawa pernah tergoda olehnya meskipun peringatan ilahi telah diberikan kepada mereka berdua sehingga mereka keluar dari surga dan hidup di bumi ini sampai batas waktu yang telah ditentukan oleh Allah swt. Dan anak cucu Adam as akan tetap dalam ujian dan terancam oleh godaan syaithan namun tidak ada yang dapat dikuasai oleh syaithan bila mereka ikhlas dalam ketaatan kepada Allah swt. Allah swt berfirman:
}Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga).” Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya: "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua." Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?" Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami Telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. Allah berfirman: "Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan". (Al-A’raf (7): 20-24).
Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis (ikhlas) di antara mereka". Allah berfirman: "Ini adalah jalan yang lurus, kewajiban Aku-lah (menjaganya). Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikuti kamu, yaitu orang-orang yang sesat.” (Al-Hijr (15): 39-42).
Hakikat Pertama: Risalah (Misi) Adam as
الرِّسَالَة (misi) yang dikehendaki Allah swt dari Adam as adalah menjadi khalifah di bumi:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." (Al-baqarah (2): 30).
Az-Zamakhsyari berkata dalam Al-Kasyaf: “Yang dimaksud khalifah adalah Adam as. Penyebutan Adam saja cukup untuk mewakili anak keturunannya seperti penyebutan nenek moyang sebuah kabilah cukup mewakili kabilah itu. Seperti ucapan Anda: “Mudhar”, “Hasyim” (maksudnya Banu Mudhar dan Banu Hasyim).
Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan: “Tampak bahwa Allah swt tidak menginginkan Adam as semata. Karena jika hanya Adam yang dimaksud tidak layak malaikat mengatakan:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah?” (Al-baqarah (2): 30).
Sedangkan maksud malaikat adalah bahwa ada diantara keturunan Adam yang melakukan perbuatan tercela itu.”
Khilafah ini menurut pendapat yang lebih kuat adalah amanah dari Allah swt dalam menghukum dengan adil diantara hamba-hamba-Nya. Ibnu Jarir At-Thabari dalam Jami’ul Bayan setelah menyebutkan riwayat Ibnu Abbas & Ibnu Mas’ud ra tentang masalah ini mengatakan: “Maksud ayat ini sebagaimana riwayat Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas radhiyallahu’anhum: “Aku (Allah swt) akan menjadikan di bumi ini makhluk yang akan mewakili-Ku dalam menghukum diantara hamba-hamba-Ku.” Dan khalifah itu adalah Adam dan siapa saja yang yang berada dalam posisi yang sama dengannya yaitu posisi ketaatan kepada Allah swt dan menghukum dengan adil diantara makhluk-makhluk-Nya. Sedangkan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah tanpa alasan yang benar bukanlah khalifah Allah swt dan bukanlah Adam as serta bukan pula hamba-hamba-Nya yang taat kepada-Nya. Alasannya adalah karena kedua sahabat Rasulullah saw tersebut telah mengabarkan bahwa Allah swt berkata kepada malaikat ketika mereka bertanya kepada-Nya bahwa khalifah ini akan memiliki keturunan yang berbuat kerusakan di bumi, saling hasad dan membunuh. Di sini Allah menyandarkan perbuatan kerusakan dan menumpahkan darah kepada keturunan khalifah ini, bukan khalifah itu sendiri.”
مُقَوِّمَاتُ الْخِلاَفَةِ:
· العِلْمُ بِصِفَاتِ الله والإِيْمَانُ بِهِ وَبِسَائِرِ أَرْكَانِ الإِيمَانِ.
· النُّزُوْلُ عَلَى حُكْمِ اللهِ فِي كُلِّ شَيْئٍ.
(عِمَارَةُ الأَرْضِ وِفْقَ مَنْهَجِ اللهِ وَنَشْرُ هذَا الْمَنْهَجِ وَحِمَايَتُهُ).
Adapun muqawwimat (penopang-penopang) khilafah ini adalah:
Memiliki ilmu tentang sifat-sifat kesempurnaan Allah swt, sehingga keyakinan ini mengantarkan kepada semua rukun iman (keimanan kepada-Nya, malaikat, kitab, para rasul, hari akhir dan qadar baik maupun buruk).
Menerapkan hukum-hukum Allah swt dalam setiap permasalahan.
Dengan bahasa lain: ‘imaratul ardh (memakmurkan bumi) sesuai manhaj Allah swt, menyebarkan manhaj ini dan melindunginya dari makar musuh dan permainan orang yang sia-sia.
Dengan risalah (misi) seperti ini, Adam as dan anak cucunya benar-benar diuji dengan ujian yang berat karena ia diciptakan dari perpaduan antara ruh dan tanah, sehingga ia harus mengkomposisikan antara keduanya di mana kepemimpinan atau dominasi haruslah berada pada ruh. Bila kita ingat bahwa setan juga selalu menunggunya di setiap jalan yang akan ditempuhnya bahkan seperti berjalan dalam pembuluh darahnya seperti yang disebutkan dalam sebuah hadits,[11] ada makar manusia para pembantu setan, ada ujian dunia berbentuk kesulitan maupun keindahannya, ditambah lagi dengan panjangnya perjalanan ini, maka semua itu menambah beratnya ujian tersebut. Allah swt berfirman:
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Al-Mulk (67): 2).
Hakikat Keempat
Allah swt telah mengambil janji dari anak-anak Adam untuk beribadah hanya kepada-Nya dan meninggalkan penyembahan terhadap syaithan sejak mereka masih berada di alam ruh, dan mereka berikrar untuk setia dengan janji tersebut.
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (Al-a’raf (7): 172).
Namun setelah mereka keluar ke dunia, mereka terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok yang setia yaitu orang-orang yang beriman dan kelompok yang mengkhianati perjanjian yaitu orang-orang kafir. Oleh karena itu Allah swt mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab kepada manusia untuk menjadi hujjah atas mereka (bukti bahwa Allah swt telah menjelaskan kebenaran kepada manusia).
(mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (An-Nisa (4): 165).
Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan. (Fathir (35): 24).
Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (Al-hadid (57): 25).
Kemudian Allah Swt, memperingatkan manusia sejak awal dari musuh terbesar mereka, yaitu iblis, sebagaimana Dia juga memperingatkan mereka dari tipu daya dunia. Firman Allah swt:
Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman. (Al-a’raf (7): 27).
Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu memperdayakan kamu tentang Allah. (Fathir (35): 5).
Lalu Allah Swt menyeru manusia secara tegas untuk istiqamah dan bertaqwa dan memperingatkan mereka dari kekafiran, melalui firman-Nya:
Maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya. (Fushilat (41): 6).
Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa, itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. (Al-a’raf (7): 26).
Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, Maka barangsiapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Al-a’raf (7): 35-36).
Akan tetapi mereka tetap dalam kondisi demikian, yaitu ada yang beriman dan ada yang kafir.
Hakikat kelima
Kejahatan pembunuhan pertama pada manusia dilakukan oleh anak Adam yang pertama. Di mana pada suatu hari dua orang anak Adam as, Habil dan Qabil, sedang duduk, mereka berkata: “Seandainya kita dapat mendekatkan diri kepada Allah dengan berkurban…” Salah satu diantara mereka membawa kambing terbaik dan tergemuk yang dimilikinya, yang lain membawa sebagian dari tanamannya, lalu turunlah api dan membakar kambing dan membiarkan tanaman begitu saja. Pada saat itu tanda pengabulan adalah api yang turun dan membakar kurban.
Yang tidak diterima kurbannya berkata kepada saudaranya: “Akan kubunuh engkau.” Saudaranya menjawab: “Aku tidak akan melawan untuk kepentingan diriku, sesungguhnya aku amat takut kepada Allah swt Rabbul ‘alamin. Kalau engkau membunuhku aku ingin engkau membawa dosa membunuh dan dosa yang telah ada pada pundakmu.”
Ia bermaksud menakut-nakuti saudaranya dari dosa membunuh, dan sama sekali tidak pernah memanas-manasinya karena hal itu bertentangan dengan hadits:
((لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ)) (متفق عليه)
Tidak beriman seseorang diantara kamu sampai ia mencintai untuk saudaranya apa saja yang ia cintai untuk dirinya sendiri. (Muttafaq ‘alaih).
((مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيِدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ)) (رواه مسلم).
Siapa diantara kamu melihat kemunkaran hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya, jika tidak sanggup maka dengan lisannya, jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itulah selemah-lemah iman. (HR. Muslim).
Namun saudaranya itu telah terpedaya (oleh setan) lalu membunuhnya kemudian menyesal. Allah swt berfirman:
Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia Berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah Hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". "Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam." "Sesungguhnya Aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, Maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim." Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi. Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal. (Al-Maidah (5): 26-31).
Dengan demikian anak Adam yang telah membunuh saudaranya itu mendapatkan dosa setiap pembunuhan zalim(sengaja) yang terjadi di dunia setelah itu, karena dialah yang pertama kali mencontohkannya sebagaimana hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud ra:
((لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلاَّ كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا لِأَنَّهُ أَوَّلَ مَنْ سَنَّ القَتْلَ)) (متفق عليه).
Tidak ada satu jiwapun yang terbunuh dengan aniaya kecuali anak Adam yang pertama mendapat bagian dari darahnya, karena ialah yang pertama kali mencontohkan kejahatan membunuh. (Muttafaq ‘alaih).
Hakikat Keenam
Bahwa keturunan Adam as semuanya diperintahkan untuk selalu tahadduts menyebut-nyebut nikmat-nikmat Allah swt kepada mereka diantaranya adalah nikmat perhiasan yang halal, makan dan minum secara normal dan wajar (tidak berlebihan).
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat." Demikianlah kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui. (Al-a’raf (7): 31-32).
Penciptaan Adam as dalam Al-Quran Al-Karim
Allah swt berfirman:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana." Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan yang kafir. Dan kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan." Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, Maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati". Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Al-baqarah (2): 30-39).
Allah swt berfirman:
Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia. (Ali Imran (3): 59).
Firman Allah swt:
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (An-nisa (4): 1).
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Al-Hujurat (49): 13).
Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur". (Al-a’raf (7): 189).
ôSesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam", maka merekapun bersujud kecuali iblis, dia tidak termasuk mereka yang bersujud.
11. Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" menjawab Iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".
12. Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; Karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina".
13. Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan".
14. Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh."
15. Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
16. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).
17. Allah berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya".
18. (dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim."
19. Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)".
20. Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua",
21. Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?"
22. Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.
23. Allah berfirman: "Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan".
24. Allah berfirman: "Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan.
Sebagaimana Allah swt berfirman di ayat lain:
Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain. (Thaha (20): 55).
ôDan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama, kecuali iblis, ia enggan ikut besama-sama (malaikat) yang sujud itu. Allah berfirman: "Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?" Berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk" Allah berfirman: "Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk. Dan Sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat". Berkata Iblis: "Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan. Allah berfirman: "(Kalau begitu) maka Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh sampai hari (suatu) waktu yang telah ditentukan.Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka". Allah berfirman: "Ini adalah jalan yang lurus, kewajiban Aku-lah (menjaganya). Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu, yaitu orang-orang yang sesat. Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut syaitan) semuanya. Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka. (Al-hijr (15): 26-44).
Dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu semua kepada Adam", lalu mereka sujud kecuali iblis. dia berkata: "Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?" Dia (iblis) berkata: "Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan Aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil". Tuhan berfirman: "Pergilah, barangsiapa di antara mereka yang mengikuti kamu, maka sesungguhnya neraka Jahannam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup. Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka. Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka, dan cukuplah Tuhan-mu sebagai Penjaga". (Al-isra (17): 61-65).
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam.” Maka sujudlah mereka kecuali iblis, dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu?Aamat buruklah Iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim. (Al-Kahfi (18): 50).
Firman Allah swt:
Dan Sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak kami dapati padanya kemauan yang kuat. Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam", maka mereka sujud kecuali iblis, ia membangkang. Maka kami berkata: "Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang. Dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya". Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?" Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. Kemudian Tuhannya memilihnya, maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk. Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan". (Thaha (20): 115-126).
Katakanlah: "Berita itu adalah berita yang besar, yang kamu berpaling daripadanya. Aku tiada mempunyai pengetahuan sedikitpun tentang Al mala'ul a'la (malaikat) itu ketika mereka berbantah-bantahan. Tidak diwahyukan kepadaku, melainkan bahwa sesungguhnya Aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang nyata". (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah". Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya". Lalu seluruh malaikat-malaikat itu bersujud semuanya, kecuali Iblis; dia menyombongkan diri dan adalah dia termasuk orang-orang yang kafir. Allah berfirman: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku? Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?". Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah". Allah berfirman: "maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk. Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan". Iblis berkata: "Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan". Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari kiamat)". Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka. Allah berfirman: "Maka yang benar (adalah sumpah-Ku) dan hanya kebenaran itulah yang Ku-katakan". Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka Jahannam dengan jenis kamu dan dengan orang-orang yang mengikuti kamu di antara mereka kesemuanya. Katakanlah (hai Muhammad): "Aku tidak meminta upah sedikitpun padamu atas da'wahku dan bukanlah Aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan. Al Quran ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam. Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al Quran setelah beberapa waktu lagi. (Shad (38): 67-88).
Apakah Adam as Seorang Nabi & Rasul?
Pembahasan
Mungkin ada yang bertanya: “Apakah Adam as itu seorang nabi?”
Jawabnya tentu saja “ya” dan tidak ada perdebatan dalam masalah ini. Memang benar bahwa Al-Quran tidak menyatakan dengan tegas tentang kenabian Adam as sebagaimana nabi-nabi yang selainnya seperti Nuh as, Ibrahim as, Yunus as, dan Musa as. Akan tetapi Al-Quran menyebutkan bahwa Allah swt berbicara langsung kepada Adam (mukhatabah) tanpa perantara lebih dari sekali, dan mukhathabah tanpa perantara adalah salah satu jenis wahyu sebagaimana difirmankan oleh Allah swt:
Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.[12]
Dalam seruan langsung ini juga terkandung taklif (pembebanan kewajiban) untuk mengikuti petunjuk dari Allah swt untuknya dan anak keturunannya:
Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (Thaha (20): 123-124).
Di samping itu, hadits Rasulullah saw pun secara tegas menyatakan kenabian Adam as.
رَوَى الإِمَامُ أَحْمَدُ عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ t قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَيُّ الأَنْبِيَاءِ كَانَ أَوَّل؟ قَالَ: "آدَمُ". قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ الله أَوَ نَبِيّ كَانَ؟ قَالَ: "نَعَمْ نَبِيٌّ مُكَلَّمٌ"، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ: كَمِ الْمُرْسَلُوْنَ؟ قَالَ: "ثَلاَثُمِائَةٍ وَبِضْعَةَ عَشْرَ جَمّاً غَفِيْراً" وَقَالَ مَرَّةً أُخْرَى: "خَمْسَةَ عَشَرَ". قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ: آدَمُ نَبِيٌّ". قَالَ: "نَعَمْ نَبِيٌّ ُمكَلَّمٌ."
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Dzar ra bahwa Abu Dzar berkata: Aku (Abu Dzar) berkata: “Ya Rasulullah, siapakah nabi pertama? Nabi bersabda: “Adam” Aku berkata: “Adam seorang nabi?” Beliau berkata: “Nabi yang diajak berbicara.” Aku berkata: ”Ya Rasulullah, berapakah jumlah para rasul?” Beliau bersabda: “Tiga ratus sekian belas orang, jumlah yang banyak.” Kali lain beliau berkata: “Lima belas.” (tiga ratus lima belas). Aku (Abu Dzar) berkata: “Apakah Adam seorang nabi?” Beliau menjawab: “Ya, nabi yang diajak bicara (oleh Allah swt).”[13]
رَوَى التِّرْمِذِيُّ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ((أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا فَخْرَ وَبِيَدِي لِوَاءُ الْحَمْدِ وَلَا فَخْرَ وَمَا مِنْ نَبِيٍّ يَوْمَئِذٍ آدَمَ فَمَنْ سِوَاهُ إِلَّا تَحْتَ لِوَائِي وَأَنَا أَوَّلُ مَنْ تَنْشَقُّ عَنْهُ الْأَرْضُ)).
Imam At-Tirmidzi telah meriwayatkan dari Abu Sa’id ra bahwa beliau berkata: Rasulullah saw telah bersabda: “Aku adalah pemimpin anak Adam pada hari kiamat, dan aku tak bermaksud membanggakan diri sedikitpun.[14] Di tanganku lah bendera Al-hamd (segala pujian)[15], dan aku tak bermaksud membanggakan diri sedikitpun. Tidak ada seorang nabi pun hari itu, Adam dan lainnya, kecuali berada di bawah benderaku. Dan akulah yang pertama kali dibangkitkan dari tanah.”[16]
Adapun pertanyaan apakah Adam as adalah seorang rasul? Masalah ini diperselisihkan oleh para ulama.
Jumhur (mayoritas) ulama berpendapat bahwa kerasulan itu dimulai sejak Nuh as dengan sandaran firman Allah swt:
Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. (Asy-Syura (42): 13).
Juga dengan hadits tentang syafaat:
((ائْـتُوْا نُوْحاً أوَّلَ رَسُوْلٍ)) (رواه البخاري).
Datanglah kepada Nuh, rasul pertama. (HR Bukhari).[17]
Hal ini mendorong kita untuk mengetahui perbedaan antara nabi dengan rasul.
Banyak berkata bahwa rasul adalah seseorang yang diberi wahyu oleh Allah swt dengan sebuah syari’at dan diperintahkan menyampaikannya. Sedangkan nabi adalah seseorang yang diberikan wahyu oleh Allah swt dengan sebuah syari’at dan tidak diperintahkan menyampaikannya.
Definisi ini dihafal oleh kebanyakan para penuntut ilmu.
Namun ketika diperhatikan, perbedaan seperti ini tidak lah teliti, karena mengabaikan tugas dan fungsi nabi (yakni tabligh) dan menganggap bahwa wahyu yang diberikan kepadanya seperti tersimpan begitu saja dan tak bermanfaat bagi siapapun. Kalau begitu lalu apakah tugas seorang nabi kalau tidak menyampaikan (berdakwah)!? Padahal kita tahu sejak kecil bahwa diantara sifat yang lazim (harus ada) pada diri para nabi dan rasul adalah shidiq, amanah, tabligh, dan fathanah?!
Dapat kita katakan bahwa mekipun terdapat perbedaan antara nabi dan rasul seperti isyarat Al-Quran:
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Al-haj (22): 52).
Di mana huruf wawu (artinya “dan”) antara kata rasul dan nabi adalah huruf ‘athaf yang berfungsi menunjukkan perbedaan, namun terdapat pula kesamaan antara keduanya dalam fungsi tabsyir (memberi kabar gembira) dan indzar (memberi peringatan). Sehingga yang kita ambil tentang perbedaan antara nabi dengan rasul adalah pendapat Al-Alusi yang mengatakan bahwa:
أنَّ الرَّسُوْلَ هُوَ مَنْ أُوْحِيَ إِلَيْهِ بِشَرْعٍ جَدِيْدٍ، وَالنَّبِيُّ هُوَ الْمَبْعُوْثُ لِتَقْدِيْرِ شَرْعِ مَنْ قَبْلَهُ.
Rasul adalah seseorang yang diberi wahyu oleh Allah swt dengan syariat baru, sedangkan nabi adalah orang yang diutus untuk menetapkan dan syariat rasul sebelumnya.
Maksudnya: rasul datang membawa syariat baru atau hukum-hukum yang terinci sebagaimana makna syariat dalam risalah mereka seperti firman Allah swt:
Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu. (Asy-Syura (42): 13).
Sedangkan nabi diutus tidak membawa syariat baru tapi sekadar menetapkan syariat sebelumnya, atau ia datang dengan membawa prinsip umum da’wah yaitu dasar-dasar keimanan kepada Allah swt dan kaidah-kaidah akhlak yang suci, serta tidak mengandung hukum-hukum yang baru.
Diantara dalil yang menunjukkan bahwa seorang nabi harus menjalankan perannya menyampaikan wahyu yang telah disampaikan kepadanya ialah:
Firman Allah swt:
Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan. (Al-baqarah (2): 213).
Ayat ini menerangkan bahwa para nabi adalah para pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan dan hal itu juga adalah tugas para rasul tanpa perbedaan pendapat di kalangan para ulama seperti difirmankan-Nya:
(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (An-Nisa (4): 165).
Allah swt menjelaskan bahwa tugas para nabi Bani Israil dalam firman-Nya terkait dengan Taurat:
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerahkan diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. (Al-maidah (5): 44).
Di mana nabi-nabi tersebut memutuskan dengan Taurat dan tentunya menyampaikannya (hukm wa tabligh).
Demikian pula ayat yang mengisyaratkan perbedaan antara nabi dan rasul yaitu:
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak (pula) seorang nabi… (Al-haj (22): 52).
Ayat ini dengan tegas menyebutkan kata “arsalna” (Kami telah mengutus) para nabi sebagaimana Allah swt mengutus para rasul.[18]
Hadits Rasulullah saw:
((إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ نَبِيٌّ قَبْلِيْ إِلاَّ كَانَ حَقًّا عَلَيْهِ أَنْ يَدُلَّ أُمَّتَهُ عَلَى خَيْرِ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ وَيُنْذِرُهُمْ شَرَّ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ)). (رواه مسلم).
Sesungguhnya tidak ada seorang nabi pun sebelumku kecuali diwajibkan kepadanya menunjuki ummatnya kepada kebaikan yang ia ketahui dan memperingatkan mereka terhadap keburukan yang ia ketahui. (HR. Muslim).[19]
Sedangkan pendapat yang mengatakan bahwa nabi diberi wahyu berupa syariat namun tidak menyampaikannya kepada ummatnya, hal ini jelas bertentangan dengan konsekuensi kenabian bahkan masuk kategori menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah swt dan kita wajib menyucikan para nabi dari perbuatan tersebut.
Apakah Adam as adalah Manusia Pertama?
Kandungan Materi:
Zhahir (makna yang lebih kuat) dari beberapa nash (teks) Al-Quran menunjukkan bahwa Adam as adalah manusia pertama tanpa dapat dibantah seperti terkandung dalam penjelasan berikut ini:
Penisbatan manusia yang diberikan selalu kepada Adam as di mana ada beberapa ayat Al-Quran yang berbunyi: يَا بَنِي آدَمَ (Hai anak keturunan Adam).[20] Sedangkan tentang Adam as sendiri Allah swt berfirman kepada malaikat:
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah". (Shad (38): 71).
Ini adalah pemberitaan tentang penciptaan makhluk baru di bumi seperti juga firman-Nya:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." (Al-baqarah (2): 30).
Makhluk baru yang diciptakan dari tanah ini adalah awal mula kemunculan manusia dan ia tidak dapat dinisbatkan kecuali kepada Adam as. Sedangkan keturunannya diciptakan melalui proses pernikahan antara laki-laki dan perempuan seperti firman-Nya:
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. (As-sajadah (32): 7-8).
Dalam hadits syafaat yang terkenal terdapat juga penjelasan bahwa Adam as adalah bapak manusia dan bukan orang lain. Disebutkan dalam Shahihain (dua kitab hadits shahih – Shahih Bukhari & Shahih Muslim) bahwa ketika kesulitan dan keadaan berat menimpa manusia yang bediri di mahsyar, sebagian orang berkata kepada sebagaian lain agar mendatangi Adam, lalu mereka mendatanginya kemudian berkata:
((يَا آدَمُ أَنْتَ أَبُو الْبَشَرِ خَلَقَكَ اللَّهُ بِيَدِهِ وَنَفَخَ فِيْكَ مِنْ رُوْحِهِ وَأَمَرَ الْمَلَائِكَةَ فَسَجَدُوْا لَكَ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ...))
“Hai Adam, engkau adalah bapak manusia, Allah swt telah menciptakanmu dengan Tangan-Nya, meniupkan kepadamu langsung ruh ciptaan-Nya, dan memerintahkan malaikat untuk sujud kepadamu lalu merekapun sujud.. mintalah syafaat untuk kami kepada Tuhanmu…”[21]
Dari penjelasan di atas tidaklah benar pendapat yang dikemukakan oleh beberapa penulis bahwa telah ada sebelumnya adam-adam lain atau spesies manusia sebelum Adam as.
Diantara yang berpendapat demikian adalah Ustadz ‘Afif Thabarah dalam bukunya ‘Ma’al Anbiya Fil Quranil Karim” (Bersama Para Nabi Dalam Al-Quran) dalam salah satu pembahasan yang berjudul “Adam bukanlah yang pertama kali tinggal di bumi”.[22]
Demikian pula yang disebutkan oleh Syaikh ‘Abdul Wahhab An-Najjar dalam bukunya “Qashash Al-Anbiya” bahwa sejak dulu dan sekarang ada orang-orang yang mengklaim bahwa penduduk negeri lebih dahulu ada sebelum penciptaan Adam seperti penduduk India… Bisyr Al-Ma’arri tentang keberadaan adam-adam lain selain Adam as berkata:
قَبْـــلَهُ آدَمٌ عَلَى إِثـْــــــرِ آدَمِ
☼
جَــائِزٌ أَنْ يَــكُوْنَ آدَمُ هَــــذَا
Boleh saja di samping Adam as ini, sebelumnya ada adam demi adam yang lain.
Al-Fakhr Ar-Razi dalam tafsirnya menyebutkan riwayat dari Al-Imam Muhammad bin Ali Al-Baqir yang mengatakan: “Telah berlalu sebelum Adam as, bapak kita, seribu adam lain atau lebih.” Kemudian Al-Fakhr Ar-Razi menanggapi dengan komentar yang mengesankan beliau membolehkannya: “Aku berpendapat bahwa perkataan ini (adanya manusia sebelum Adam as) tidak bertentangan dengan keyakinan akan adanya permulaan alam semesta. Bagaimanapun, silsilah manusia harus berakhir kepada manusia pertama, yang juga adalah seorang manusia. Adapun bahwa manusia pertama itu adalah bapak kita Adam as, tidak dapat kita tetapkan kecuali melalui dalil sam’i (Al-Quran & Hadits).”[23]
Namun sekali lagi, semua pendapat di atas hanyalah klaim yang bertentangan dengan dalil. Menurut Ustadz Al-Bahi Al-Khuli pendapat seperti itu adalah ijtihad yang penuh ketergelinciran di mana ia mengakibatkan seseorang men-ta’wil-kan[24] ayat-ayat Al-Quran tanpa alasan yang kuat. Dalam kajian ilmiah, ia merupakan madzhab orang-orang yang meninggalkan sesuatu yang meyakinkan (al-yaqin) lalu mengambil dugaan-dugaan (zhan), dan dalam tinjauan agama, ia adalah madzhab mereka yang tidak melepaskan agama dan kehormatannya dari hal-hal yang syubhat.[25]
Diantara adab kita terhadap Al-Quran dan Sunnah Rasul-Nya kita berhenti atau mencukupkan diri dengan nash-nash keduanya karena nash-nash tersebut tegas dan jelas, kemudian kita menyerahkan apa-apa yang tidak dijelaskan Allah swt dan Rasul-Nya kepada ilmu Allah swt.
Khalifah & Khilafah
Al-Quran menyebut Adam, bapak manusia, dengan ungkapan khalifah:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Al-Baqarah (2): 30).
Apa makna khalifah di sini? Tampaknya dari pertanyaan malaikat kita melihat bahwa ada jenis makhluk sebelumnya yang hidup di bumi berbuat kerusakan dan menumpahkan darah. Mereka adalah kelompok-kelompok jin seperti yang disebutkan oleh hadits riwayat Al-Hakim dari Ibnu Abbas ra bahwa beliau berkata:
كَانَ فِيْهَا – أَيِ فِي الأَرْضِ – قَبْلَ أَنْ يُخْلَقَ – أيْ آدَمَ u - بِأَلْفَيْ عَامٍ الْجِنُّ بَنُو الجَانِّ، فَأَفْسَدُوا فِي الأَرْضِ وَسَفَكُوْا الدِّمَاءَ، فَلَمَّا أَفْسَدُوا فِي الأَرْضِ بَعَثَ اللهُ عَلَيْهِمْ جُنُوْداً مِنَ الْمَلاَئِكَةِ فَضَرَبُوهُمْ حَتَّى أَلْجَأُوْهُمْ بِجَزَائِرِ الْبُحُورِ.
Dua ribu tahun sebelum Adam diciptakan, bumi ini telah dihuni oleh jin anak keturunan Jaan, mereka berbuat kerusakan di bumi dan menumpahkan darah. Ketika mereka telah berbuat kerusakan, Allah swt mengutus tentara dari malaikat yang memukul mereka hingga menyingkirkan mereka ke pulau-pulau di lautan.[26]
Pertanyaan malaikat: "Apakah Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu siapa yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah?” semata-mata ingin mengetahui tentang hikmah penciptaan khalifah berdasarkan pengalaman mereka sebelumnya dengan bangsa jin yang telah berbuat kerusakan dan menumpahkan darah. Atau mungkin pula malaikat memprediksi kerusakan yang akan terjadi berdasarkan ilham dan fitrah mereka yang bersih.
Lalu Allah swt menjawab dengan firman-Nya: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." Maksudnya: Aku mengetahui maslahat yang lebih besar dengan penciptaan khalifah ini dibandingkan kerusakan yang kalian sebutkan. Karena Aku akan menjadikan diantara mereka para Nabi, para Rasul, shiddiqun, syuhada, shalihun, ahli ibadah, orang-orang Zuhud, para wali, orang-orang yang dekat dengan-Ku (muqarrabun), ulama yang beramal, orang-orang yang khusyu’ dan orang-orang yang mengikuti para rasul alahimus salam.
Dapat juga diartikan bahwa khalifah adalah salah satu diantara khulafa (banyak khalifah/pengganti).
Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat. (Yunus (10): 14).
Dan Dia lah yang menjadikan kamu para pengganti yang berkuasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-An’am (6): 165).
Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka. (Fathir (35): 39).
Imam At-Thabarabi meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Bashri bahwa yang dimaksud khalifah adalah keturunan Adam yang menggantikan bapak mereka, juga setiap generasi yang menggantikan generasi sebelumnya.
Ada pula yang mengartikan khalifah dengan khalifatullah (pemegang mandat dari Allah) dalam arti yang melaksanakan hukum-hukum Allah swt di muka bumi, melaksanakan pesan-pesan Allah swt dan menjaga hukum-hukum-Nya. Diantara ayat yang bermakna seperti ini adalah ayat tentang Nabi Dawud as:
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi (Shad (38): 26).
Sebagian ulama mengecam pendapat yang mengatakan bahwa manusia adalah khalifatullah. Inti alasannya adalah bahwa khalifah adalah pengganti atau wakil bagi pihak yang tidak mampu, tidak hadir atau mangkat. Hal ini tidak laik dinisbatkan kepada Allah swt yang selalu bersama hamba mengawasi mereka:
dan dia bersama kamu di mama saja kamu berada. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. (Al-Hadid (57): 4).
Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. (Al-Mujadilah (58): 7).
Mungkin juga mereka mengambil kisah yang disebutkan oleh Ibnu Khaldun dalam Mukaddimah-nya bahwa Abu Bakar ra melarang sahabat yang memanggilnya khalifah Allah, beliau mengatakan: “Aku adalah khalifah Rasulullah saw.”[27]
Sebenarnya keberatan ini tidak perlu terjadi karena makna yang mereka jelaskan dari ungkapan “khalifatullah” cukup jauh dari pemikiran seorang muslim. Tetapi makna yang hadir dalam benak seorang muslim dari kalimat khalifatullah adalah manusia sebagai khalifah Allah swt dalam menyebarkan aqidah tauhid, rambu kebaikan dan keadilan di muka bumi ini.
Dan masalahnya seperti yang disampaikan oleh ahli tafsir Abus-Su’ud: Allah swt tidak membutuhkan hal ini. Akan tetapi karena keterbatasan peneriman khilafah, dan ketidak layakannya menerima langsung dari, maka kekhilafahan secara khusus diberikan kepada salah seorang bangsa manusia. [28] jumhurul mufssirin (Mayorotas ahli tafsir) menyebutkan dua makna ini sekaligus.
Abus-Su’ud mengatakan dalam tafsirnya: “Yang dimaksudkan dengan khilafah dari sisi Allah swt adalah dalam melaksanakan hokum-hukum-Nya, menerapkan perintah-perintahNya pada manusia pengelolaan makhluk lainnya. Dan khilafah hanya diberikan kepada penghuni bumi.[29]
Fakhrurrazi dan An Nasafi menyebutkan senada dengannya. [30]
Hanya saja Al Khazin setelah menuturkan dua makna tadi melakukan tarjih pada salah satunya: “Dan yang benar adalah bahwa ia dinamankan khalifah karena menjadi kahlifah Allah di muka bumi untuk menegakkan ketentuan dan menerapkan keputusan-Nya.[31]
Selanjutnya, bahwa manusia itu tidak diciptakan tanpa tujuan atau main-main:
116. Maka Maha Tinggi Allah, raja yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (yang mempunyai) 'Arsy yang mulia. QS. Al Mukminun: 116
Hanya saja ia berperan untuk menjadi khalifahdi muka bumi, menegakkan kebenaran dan keadilan, menebar kebaikan, kemaslahatan dan ketaqwaan di sana, mengumandangkan kalimat Allah dengan menegakkan sunnah kauniyah dan syar’iyyah di sana. Firman Allah:
165. Dan dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS.Al An’am: 165
Maha Suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, QS. Al Mulk: 1-2
Maka hendaklah manusia memikul perannya dengan sungguh-sungguh dan bersemangat, dan merasakan adanya pertanggungjawaban dan bahaya di baliknya.
PENGHORMATAN DAN PEMULIAAN
Setelah Allah ciptakan Adam dan meniupkan ruh padanya. Allah perintahkan para malaikat untuk menyambut makhluk baru itu dengan penyambutan penghormatan dan pemuliaan, hal ini tampak dalam perintah Allah kepada para malaikat untuk bersujud kepadanya.
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah". Maka apabila Telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya". QS. Shaad: 71-72
Dalam dua ayat ini terdapat beberapa pemuliaan yang Allah khususkan kepada Adam, yaitu:
1. Allah cipatakan dalam bentuk terbaik, paling sempurna, seperti yang ada dalam kata “Taswiyah”
2. tiupan ruh
3. Perintah kepada para malaikat untuk bersujud kepadanya.
Sujud malaikat kepada Adam adalah sujud tahiyyah (penghprmatan) dan takrim (pemuliaan), bukan sujud penyembahan dan peribadatan. Sebab sujud ibadah tidak boleh dilakukan kecuali kepada Allah swt. Dan Allah tidak pernah menyuruh siapapun menyembah selain-Nya.
Dari itulah tidak ada pembenaran bagi anggapan aneh sebagian orientalis tentang penetapan sujud para malaikat kepada Adam dalam Islam, padahal yang diakui dalam agama ini adalah sikap tegas terhadap masalah tauhid dan penolakan kemusyrikan, serta mengkafirkan orang yang bersujud kepada selain Allah.[32]
Mereka lupa bahwa sujud ini adalah untuk memenuhi perintah Al Khaliq, mengakui Kekuasaan dan Keagungan-Nya pada makhluk baru ini. Dan Allah telah mencatat kutukan abadi-Nya atas Iblis karena menolak perintah sujud ini.
Allah berfirman: "Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?". Berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau Telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk" Allah berfirman: "Keluarlah dari surga, Karena Sesungguhnya kamu terkutuk, Dan Sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat". QS. Al Hijr: 32-35
Sujud di sini bukan untuk penyembahan dan pengagungan, akan tetapi untuk pemuliaan dan penghormatan.
Hanya saja sebagian orang berpandangan bahwa sujud di situ bukanlah sujud yang dikenal dalam shalat, yaitu dengan meletakkan dahi di atas tanah, tetapi dengan menundukkan kepala yang terdapat unsure pemuliaan dan penghormatan.
Al Qurthuby mengatakan dalam tafsirnya: “Ada kaum yang berkata, bukanlah ini sujud yang biasa sekarang ini, dengan meletakkan dahi di atas tanah, akan tetapi sujud dalam makna lughawinya (bahasa), yaitu: merendah dan taat, artinya mereka patuh kepada Adam dan mengakui kemuliaannya[33].
Al ‘Aqqad berkata: Kata sujud telah diketahui maknanya dalam bahasa Arab, sebelum bangsa Arab mengenal shalat dalam Islam. Mereka tidak pernah memahaminya bahwa kata sujud itu hanya bermakna ibadah, bukan lainnya. Karena mereka biasa mengatakan : Sajadtu=’aghdhadhtu (aku tundukkan kepala) asjada ‘ainahu=ghadhdha minha (memejamkan matanya) sajadatinnakhlatu (pohon kurma itu merunduk), sajada (menundukkan kepalanya untuk menghormati) sajada li ‘azhimin (menghormatinya, tenang di hadapannya).
Tidak ada pertentangan antara makna kalimat ini, antara sujud kepada Adam dan tauhidullah. Sujud ini adalah untuk ta’zhim.
Dalam Al Qur’an terdapat beberapa bukti kata sujud dengan makna lughawi, yaitu merunduk, diantaranya firman Allah:
Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada nya. QS. Ar Rahman: 6
Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para ma]aikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri. QS. An Nahl: 49
Nabi Yusuf mengungkapkan:
(ingatlah), ketika Yusuf Berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku[34] , Sesungguhnya Aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku."QS. Yusuf:4
Dalam ayat lain:
Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? dan banyak di antara manusia yang Telah ditetapkan azab atasnya. dan barangsiapa yang dihinakan Allah Maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang dia kehendaki. QS. Al Hajj: 18
Maka kata sujud itu memiliki beberapa makna dan tampilan lain, selain yang ada dalam shalat. Dan sangat mungkin, sujud para malaikat kepada Adam adalah seperti yang ada dalam makna ini.
Meskipun kepada makna pertama ada kecenderungan, karena secara zhahir perintah pada kata: “faqa’u” terdapat kesan bahwa seruan itu kepada para malaikat untuk serentak sujud kepada Allah, sebagai penghormatan kepada Adam.
Sujud diarahkan untuk menghormati Adam. Penghormatan kepada Adam adalah penghormatan kepada anak cucunya. Penghormatan kepada Adam tidak terbatas pada hal ini saja, akan tetapi Allah memuliakan manusia dalam bentuk-bentuk lain lagi.
1. Allah telah muliakan Adam dalam bentuk penciptaan yang paling baik bentuk dan sosoknya.
Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya . QS. At Tin: 4
2. Allah telah tundukkan apa yang ada di langit dan di bumi sesuai dengan kebutuhannya.
Dan dia Telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. Al Jatsiyah: 13
3. Allah muliakan manusia dengan ilmu pengetahuan, yang membantunya melaksanakan perannya dalam hidup:
31. Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
32. Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang Telah Engkau ajarkan kepada Kami; QS.Al Baqarah: 31-32
4. Allah muliakan dengan kekuatan akal yang mampu menangkap hakekat banyak hal, dan rahasia dari yang ada.
5. Allah muliakan dengan sifat-sifat mulia yang merupakan pancaran dari sifat rububiyah, seperti ilmu, kemampuan, pendengaran dan penglihatan.
Dan Islam hadir mengumandangkan kemuliaan ini dengan jelas dan gambling, sehingga membuka pintu kemuliaan dan obsesi, memenuhi hatinya dengan tsiqah dan kemuliaan.
Bandingkanlah pemuliaan yang diberikan Islam dengan teori-teori filsafat modern tentang manusia, yang memandangnya sebagai makhluk paling rugi dan celaka. Manusia dilihat tidak lebih dari serangga hina, atau belatung yang ada di sampah kehidupan, seperti yang diungkapkan oleh Syarter. Atau memandangnya tidak lebih dari seekor kera yang Allah ciptakan untuk bermain-main dalam waktu yang panjang dan melelahkan seperti yang dikatakan oleh Netch.[35]
Dengan ini pula dapat diperoleh data betapa jahatnya orientalis J. A Geronbawm dalam bukunya “HADHARATUL ISLAM/peradaban Islam, ketika mengatakan: Dan Islam sejak semula tidak pernah mengakui, kecuali sedikit sekali, dan Al Qur’an memaksa mereka untuk menerima kehinaan asal-usulnya secara fisik.[36]
Ungkapan ini betul-betul dusta. Sebab manusia belum pernah mendapatkan pemuliaan seperti yang diberikan Islam. Penjelasan Islam tentang asal-usul manusia dari air dan tanah, adalah pengakuan terhadap realitas yang tidak mungkin ditolak, seperti yang diungkapkan secara logis dan dikuatkan oleh penelitian-penelitian ilmiah.
Jika dilakukan uraian terhadap fisik manusia maka akan ditemukan susunan seperti yang terdapat dalam susunan tanah bumi ini-sebab manusia adalah bagian segumpal darinya- seperti hidrogin,besi, kalsium, potassium, karbon, dst… demikian juga ketika manusia mati, fisiknya akan terurai kepada bahan dasar yang membentuk tanah bumi ini.
Dan Islam ketika mengajak manusia melihat asal penciptaannya, sesungguhnya hanya untuk mengingatkannya akan kelemahan asalnya, mengingatkan ketidak berdayaannya sehingga tidak melampaui batas, dan tersesat dari jalan lurus.
dan manusia dijadikan bersifat lemah. QS.An Nisa’: 28
mengingatkannya pada asalnya agar tidak sombong
Bukankah kami menciptakan kamu dari air yang hina ?[37] QS. Al Mursalat: 20
Pada waktu yang sama tidak menjadikan fisik sebagai landasan dalam keutamaan atau pemuliaan. Semua manusia berasal dari sisi ini dari segi keberadaannya. Tidak ada yang lebih utama yang membedakannya dari yang lain.
الناس من جهة التمثـيل أكفـاء
:
أبوهــم آدم والأم حــواء
فإن يكن لهم في أصلهم شـرف
:
يفاخـرون به فالطين والماء
Manusia itu dari sisi bentuknya sama, Adam ayahnya dan ibunya
Jika ada kemuliaan dari asal muasal yang dibanggakan, maka itulah tanah dan air
Islam memperhitungkan kemuliaan manusia pada titik lain eksistensinya, yaitu sisi ruhiyah. Dari sisi inilah terdapat karakteristik manusia yang berhak dimuliakan dan dibanggakan, dan makhluk lain memberikan penghormatan.
Dari itulah Islam menanggalkan kebanggaan unsur tanah atau kedekatan nasab dengan generasi masa lalu.
"كلكم لآدم وآدم من تراب، لينتهين قوم يفتخرون بآبائهم، أو ليكونن أهون على الله من الجعلان"([38])
“Semua kalian dari Adam, dan Adam terbuat dari tanah.sungguh mereka mau berhenti membanggakan nenek moyangnya, atau Allah jadikan mereka lebih hina dari belatung.
"من بطأ به عمله لم يسرع به نسبه"([39])
Barang siapa yang lambat amalnya, maka nasabnya tidak akan mengangkatnya.
"أيها الناس إن الله أذهب عنكم عبية الجاهلية ، وفخرها بالآباء، مؤمن تقي وفاجر شقي، والناس بنو آدم وآدم من تراب"([40])
Wahai manusia, sesungguhnya Allah telah hilangkan dari kalian kebanggaan jahiliyah, dan nenek moyang. Mukmin yang bertaqwa dan pendurhaka yang celaka. Manusia adalah anak cucu Adam dan Adam berasal dari tanah.
Kehormatan manusia berpulang kepada aspek ruhiyah bukan pada sisi tanahnya. Berpulang kepada tiupan dari atas bukan segenggam tanah yang rendah. Dengan aspek ruh manusia mampu mengemban pancaran sifat-sifat dari Yang Maha Tinggi, menjadikannya mendengar dan melihat, hidup, berbicara, membuat malaikat siap menyambutnya dengan senang.
Sedang sisi kedua adalah segumpal tanah, yang mudah lapuk, keras dan a lot.
Kemuliaan manusia tergantung pada dominasi sisi ruhiyah. Hidup bukanlah fisik semat, atau kesenangan saja.
لحا الله صعلــوكاً مناه وهمــه
:
من الحياة أن يلقى لبوساً ومطعماً
Allah membenci si miskin, yang obsesi dan cita-citanya. Dalam hidup ini hanya pakaian dan makanan.
Kemudian Islam datang mengingatkan manusia akan nilai materialnya, menyadarkannya akan status etikanya. Manakah yang masih kurang? Islam tidak membiarkan aspek material manusia, bahkan memberikan perhatian padanya. Arahan Nabi Muhammad sangat jelas menunjukkan perhatian terhadap fisik manusia dan kebersihannya, sehingga bisa tampil dalam keadaan yang indah.
Islam membangun interaksi sesama manusia atas dasar pengakuan akan eksistensi manusia secara keseluruhan, fisiknya, ruhnya, akalnya, hatinya, hobinya, dan perasaannya. Sebagaimana Islam meletakkan dasar perbaikan di atas prinsip ini. Kebahagiaan manusia dan ketenangannya dalam hidup tidak akan terwujud tanpa terpenuhinya dua sisi ini bersamaan. Inilah Islam yang menegaskannya pada setiap taujih (arahan), syariah (hokum) dan adabnya (etika).
Apabila kamu Telah menyelesaikan ibadah hajimu, Maka berdzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu[41] , atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia", dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka"[42]. Mereka Itulah orang-orang yang mendapat bahagian daripada yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya. QS. Al Baqarah: 200-202
دروس من قصة آدم
PELAJARAN DARI KISAH ADAM ALAIHISSALAM
Dalam kisah Adam ini terdapat beberapa pelajaran yang patut direnungkan dan dijadikan cermin, kami ungkapkan di antaranya:
Setelah penjelasan Allah tentang prinsip-prinsip penugasan yang terdapat dalam perintah dan larangan-Nya, seperti pada ayat:
(dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim." QS. Al A’raf: 19
Setelah itu kita dapati peringatan Allah kepad Adam tentang adanya hambatan-hambatan yang akan menghalanginya melaksanakan tugas ini. yaitu dalam bentuk permusuhan abadi dengan Iblis, dalam surah lain:
Maka kami berkata: "Hai Adam, Sesungguhnya Ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, Maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka. QS. Thaaha: 117
Iblis adalah hambatan pertama bagi manusia sejak menerima tugas. Dan iblis telah menetapkan dirinya selama hidupnya untuk hal ini. sejak di usir dari surga karena menolak perintah ia minta untuk ditangguhkan sampai hari kiamat.dan permintaan itu dikabulkan:
Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya[43] sampai waktu mereka dibangkitkan". Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh." QS. Al A’raf: 14-15
Dan iblis ditangguhkan tidak untuk diam atau tidur, tetapi untuk mengintai manusia dan menggodanya ke manapun ia menuju.
82. Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau Aku akan menyesatkan mereka semuanya,
83. Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka [44]. QS. Shaad
Dan jelas sekali dari kisan di atas bahwa permusuhan ini terjadi di manapun berada, ia akan dating kapan dan di manapun arahnya.
16. Iblis menjawab: "Karena Engkau Telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
17. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). QS. Al A’raf
Dan Iblis memliki banyak pembantu dari bangsa manusia
112. Dan Demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)[45] [499]. Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. QS. Al An’am
Akan tetapi mereka tidak akan berdaya di hadapan orang yang berpegang teguh dengan agama Allah:
99. Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya.
100. Sesungguhnya kekuasaannya (syaitan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah. QS. An Nahl.
Adam melakukan kesalahan di hadapan Rabbnya, akan tetapi dengan cepat kembali dan meminta ampun kepada Rabbnya yang Maha Perkasa:
23. Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami Telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya Pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. QS. Al A’raf.
Sedangkan iblis menambhakan durhaka besarnya itu dengan meneruskannya dan mendebat Allah Yang Maha Perkasa, menolak perintah-Nya.
61. …. "Apakah Aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?" QS. Al Isra.
12. … menjawab Iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". QS.Al A’raf
Ini jelas kufur. Dari itulah Al Khaliq swt mengusirnya dari surga dan dijauhkan dari rahmat Allah.
13. Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; Karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, Maka keluarlah, Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina". AL A’raf
Allah tetapkan laknat kepadanya dan para pengikutnya.
43. Dan Sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang Telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut syaitan) semuanya.
44. Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka. QS. Al Hijr.
Demikianlah kaidah setiap orang yang menolak hukum syar’iy –apalagi yang telah diketahui secara aksiomatic dari agama- dan tidak menganggap bahwa yang telah Allah turunkan tidak wajib diterapkan, maka ia telah mengikuti jalan yang pernah dirintis oleh iblis.
Adapun orang yang mengalami kelemahan sesaat dalam menjalankan tugas dari Allah, karena kelemahan dan kelalaian, kemudian ia segera menyadarinya seperti yang dikatakan Adam alaihissalam:
23. Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami Telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya Pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. QS. Al A’raf.
70. Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS. Al Furqan.
"لا كبيرة مع الاستغفار، ولا صغيرة مع الإصرار"([46]).
Tidak ada dosa besar yang disertai istighfar, dan tidak ada dosa kecil, yang dilakukan dengan terus menerus. HR. Ad Dailamiy, Ath Thabrani
Sesungguhnya perintah Allah harus dijaga, dilindungi, dan diterima dengan penuh penyerahan, penghormatan dari seluruh manusia.
36. Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya Telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya Maka sungguhlah dia Telah sesat, sesat yang nyata. QS. AL Ahzab
65. Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, Kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. QS. An Nisa
Dan siapapun yang melakukan seperti yang dilakukan adalah iblis menolak perintah Tuhannya, atau mengungkapkan pandangannya yang berbeda dengan perintah Allah, atau memutuskan bukan dengang yang telah Allah putuskan. Maka ia berhak mendapatkan hukum yang pernah dijatuhkan kepada iblis, karena pengikut itu mengikuti hukum yang diikuti. Dan Allah swt telah melarang kita mengikuti dan mentaati syetan, dan menyebutkan sebagai ibadah. Firman Allah:
60. Bukankah Aku Telah memerintahkan kepadamu Hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu",
61. Dan hendaklah kamu menyembah-Ku. inilah jalan yang lurus.
62. Sesungguhnya syaitan itu Telah menyesatkan sebahagian besar diantaramu, Maka apakah kamu tidak memikirkan ?. QS. Yasin
Demikianlah, dengan memahami perberbedaan antara ma’siyat Adam alaihisalam dan ma’siyah iblis, penerapan Islam menempati posisi penitng dalam kehidupan.
Manusia senantiasa dinaungi dengan pertolongan Allah swt, dijaga dengan lindungan dan kasih sayang Allah jika berada dalam perintah-Nya, berjalan di atas ajaran-Nya. Ketika itulah diberikan anugerah Allah dalam bentuk barakah dan rahmat.
58. Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya Hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (kami) bagi orang-orang yang bersyukur. QS. Al A’
96. Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. QS. Al A’raf
Sedangkan ketika jauh dari kitabullah dan wahyu-Nya, maka tercabutlah selendang taqwa dan keamanan, menempatkan diri pada penyebab kesempitan dan kecelakaan.
124. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".
125. Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, Mengapa Engkau menghimpunkan Aku dalam keadaan buta, padahal Aku dahulunya adalah seorang yang melihat?"
126. Allah berfirman: "Demikianlah, Telah datang kepadamu ayat-ayat kami, Maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari Ini kamupun dilupakan". QS. Thaaha.
Dan Adam ketika berada dalam keindahan surga, berpakaian lengkap, bersenang-senang terpenuhi semua kebutuhannya primer maupun komplementer tanpa susah payah, demikian juga Hawa.
118. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang,
119. Dan Sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya". QS. Thaha.
Dan ketika keduanya makan buah, melanggar perintah Allah terbukalah auratnya, dan telanjang tanpa pakaian.
22. Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. tatkala keduanya Telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga….QS. AL A’raf.
إذا المرء لم يلبس ثياباً من التقى
:
تجرد عرياناً وإن كان كاسياً
Jika seseorang tidak mengenakan pakaian taqwa, maka ia bugil telanjang meskipun kelihatannya berpakaian
Inilah kaidah AL Qur’an yang mengungkapkan dengan tegas.
112. Dan Allah Telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; Karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian [47] kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. QS. AnNahl
Dapat diambil dari firman Allah:
Bahwa Adam alaihissalam sejak awal mula diciptakan adalah untuk menjadi penghuni bumi. Adapaun keberadaannya di surga saat itu adalah untuk waktu sementara, berbekal diri untuk dirinya dan anak cucunya dengan bimbingan yang diperlukan sebagai khalifah setelah itu. Firman Allah:
38. Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, Maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati".
39. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. QS. Al Baqarah.
Turunnya Adam alaihissalam adalah untuk menegakkan risalah di muka bumi. Ia turun tidak dengan kehinaan dan pengusiran, akan tetapi turun dengan disertai rahmat dan pertolongan Allah. Sebab sangat mungkin jika surga itu memang mejadi tempat menetapnya maka Allah akan menghukumnya dengan hukuman lain selain dikeluarkan darinya, seperti celaan, cibiran, atau keluar sementara dari surga, dll.
Akan tetapi Adam alaihissalam diciptakan dari tanah agar menjadi khalifah di sana berdasarkan teks Al Qur’an yang jelas. Tidak ada makhluk lain yang dapat mengelolanya, mengenali karakteristiknya. Karena Adamlah yang beasal dari tanah, kembali ke tanah, hubungannya dengan tanah adalah hubungan anak dengan induknya.
Seseorang pernah bertanya kepada Al Hasan Al Bashriy: “Adam itu diciptakan untuk berada di langit atau di bumi? Jawab Hasan: “Ia diciptakan untuk berada di bumi. Ia berkata: “Bagaimana pendapatmu jika Adam berpegang teguh dengan perintah Allah dan tidak makan buah itu? Jawab Hasan: “Pasti dia makan buah itu, karena ia memang diciptakan untuk menghuni bumi.[48]
Hadits dialog Adam dan Musa alaihimassalam menguatkan makna ini, seperti yang terdapat dalam shahih Al Bukhary dan Muslim. Dari Abu Hurairah ra berkata:
"حاج موسى آدم عليهما السلام فقال له: أنت الذي أخرجت الناس بذنبك من الجنة وأشقيتهم. قال آدم: يا موسى أنت الذي اصطفاك الله برسالته وبكلامه أتلومني على أمر قد كتبه الله علي قبل أن يخلقني أو قدره عليَّ قبل أن يخلقني. قال رسول الله r : فحج آدم موسى"([49]).
Nabi Musa berkata kepada Nabi Adam alaihimassalam: Engkaulah yang karena dosamu membuat manusia keluar dari surga dan sengsara. Adam menjawab: Wahai Musa, Engkaulah yang dipilih Allah dengan risalah, dan berdialog dengan-Nya. Apakah Engkau salahkan aku atas urusan yang telah Allah tetapkan atasku sebelum aku diciptakan. Rasulullah saw bersabda: Adam menjawab pertanyaan Musa dengan kuat.
Ibnu Katsir berkata: hadits ini diriwayatkan dengan banyak redaksi, dan focus dalam kitab shahihain dan lainnya adalah bahwa Nabi Musa menyalahkan Adam karena mengeluarkan dirinya dan anak cucunya dari surga. Adam berkata: Aku tidak mengeluarkan kamu semua dari surga, sesungguhnya yang mengeluarkan kalian adalah yang mengeluarkanku karena makan buah, yang telah menetapkan dan menentukan itu sebelum aku diciptakan adal Allah swt. Lalu mengapa kamu salahkan aku atas sesuatu yang tidak ada hubungannya denganku, lebih dari aku dilarang makan buah lalu aku memakannya. Pengeluaran dari surga sebagai konsekwensi hal ini bukanlah perbuatanku. Aku bukan mengeluarkan kalian, bahkan diriku sendiri dari surga. Sesungguhnya hal ini adalah keputusan Allah, yang pasti ada hikmahnya. Dari itulah Adam alaihissalam menjawab pertanyaan Musa.
Kemudian Ibnu Katsir berkata: Dan barang siapa yang mendustakan hadits ini, maka ia tergolong pembangkang. Hadits ini adalah hadits mutawatir dari Abu Hurairah ra, orang yang berada dalam puncak keadilan, hafalan dan ketelitian. Kemudian diriwayatkan pula dari para sahabat lainnya.
Kemdian jika Adam lupa dan makan buah yang dilarang mendekatinya, ternyata ia menyesali salahnya dan meminta ampunan Allah, dan Allah memberinya ampunan dan rahmat seketika itu pula. Dan semua bekas kesalahan telah bersih total dengan taubat ini.
37. Kemudian Adam menerima beberapa kalimat[50] dari Tuhannya, Maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. QS. AL Baqarah.
Maka Adam tidak turun ke muka bumi kecuali dengan lembaran bersih tidak ada bekas dosa dan salah. Maka tidak ada dosa warisan yang dibebankan di leher manusia sejak kelahirannya seperti yang difahami oleh gereja. Tidak ada juga penebus dosa seperti kata gereja bahwa Isa ibn Maryam disalib untuk menebus dosa manusia dari kesalahan Adam.
Kesalahan Adam adalah kesalahan pribadi yang dan selesai dengan taubat, dan Allah memilihnya menjadi nabi. Masalah keselahan sudah selesai tidak ada lagi yang tersisa, kecuali bekal pengalaman yang membantu manusia dalam pertarungan panjang sepenjang zaman.
122. Kemudian Tuhannya memilihnya[51] Maka dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk. QS. Thaaha
Tidak ada lagi kesalahan setelah bertaubat dan terpilih. Tidak ada lagi dosa warisan yang diterima anak cucu. Setiap orang menghadapi hidup ini dengan bersih tanpa dosa yang ia warisi. Tidak ada dosa yang membebani punggunnya. Firman Allah:
Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain [52]. QS. Fathir. 28
38. Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang Telah diperbuatnya, QS. AL Muddatstsir
Dan manusia dengan sikap perbuatanya sendiri akan dapat menjaga lembarannya ini tetap bersih sampai berjumpa kembali dengan Rabbnya. Dan sama saja bagi yang dapat menjaganya bersih atau menodainya dengan penyimpangan, maka ia tidak akan dihisab (diperhitungkan) kecuali yang telah ia perbuat sendiri, dan tidak ada urusan dengan perbuatan dosa orang lain.
39. Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang Telah diusahakannya,
40. Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya). QS.An Najm
13. Dan tiap-tiap manusia itu Telah kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. dan kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah Kitab yang dijumpainya terbuka.
14. "Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu Ini sebagai penghisab terhadapmu". QS. Al Isra
[1] Kuniyah adalah sebutan untuk seseorang yang dimulai dengan kata Abu, Ummu, atau Ibnu, misalnya Abu Bakar, Ummu Aiman, Ibnu Abbas. (penerjemah).
[2] Untuk kata Adam yang disandarkan dengan kata dzurriyyah dapat dilihat dalam surat Maryam (19) ayat 58. (penerjemah).
[3] Dua ayat yang lain adalah Al-Hijr (15): 26 dan As-Sajdah (32): 7.
[4] Ayat-ayat lainnya adalah Ar-Rum (30): 20, Fathir (35): 11, Ghafir (40): 67.
[5] Ayat-ayat lainnya adalah Al-A’raf (7): 12, As-Shafat (37): 11, Shad (38): 71 & 76, dan Al-Isra (17): 61.
[6] Lihat Tafsir Al-Qurthubi : I/282, di dalamnya tersebut tabi’in yang dimaksud yaitu Ikrimah, Qatadah, Mujahid dan Ibnu Jubair rahimahumullah. (penerjemah).
[7] Tafsir Al-Qurthubi: I/284.
[8] Al-Kasyaf – Lihat: Adam as, Al-Bahi Al-Khuli.
[9] Al-Muharrar Al-Wajiz.
[10] Al-Insan fil Quran, Ustadz Abbas Mahmud Al-‘Aqqad.
[11] Yakni hadits yang diriwayatkan dari Ummul mu’minin Shafiyyah binti Huyay ra:
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنْ الْإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ (Sesunggunya setan berjalan pada diri manusia seperti aliran darah…) (HR. Bukhari & Muslim). (Penerjemah).
[12] Di belakang tabir artinya ialah seorang dapat mendengar kalam Ilahi akan tetapi dia tidak dapat melihat-Nya seperti yang terjadi kepada nabi Musa a.s.
[13] Musnad Imam Ahmad: V/178, cetakan Al-maktab Al-islami, Beirut.
[14] Maksudnya beliau tidak merasa bangga karena hal itu beliau peroleh semata-mata karena pemberian Allah swt. Dan beliau menyampaikannya semata menaati perintah-Nya agar diketahui oleh ummatnya. (Lihat Tuhfah Al-Ahwadzi tentang syarah hadits ini – Penerjemah).
[15] Maksudnya: karena Rasulullah saw adalah makhluk Allah swt yang paling terpuji, maka beliau pantas mendapatkan panji atau bendera pujian tersebut. (Penerjemah).
[16] Juga diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Majah. Lihat: Al-Fath Al-Kabir: I/274, cetakan Al-Halabi.
[17] Ibnu ‘Asakir dalam At-Tarikh dari Anas. Lihat: Faidul Qadir III/961.
[18] Kata “mengutus” menunjukkan ada ummat atau objek dakwah bagi setiap nabi. Ini menunjukkan bahwa seorang nabi ditugaskan untuk menyampaikan (tabligh) kepada ummatnya. (Penerjemah).
[19] Shahih Muslim: Kitab Al-Imarah. Lihat: An-Nawawi ‘ala Muslim: XII/234, Mathba’ah Mishriyyah.
[20] Ada 5 ayat Al-Quran yang mengandung ungkapan “Ya Bani Adam”: empat ayat di surat Al-Araf (surat ke-7) yaitu ayat 26, 27, 31 dan 35, dan satu ayat di surat Yasin (surat ke-36) ayat 60. (Penerjemah).
[21] Shahih Bukhari: Kitab At-Tauhid, Bab Firman-Nya “Allah berbicara kepada Musa” hadits No 6962; Shahih Muslim: Kitab Al-Iman, Bab Kedudukan Terendah Penghuni Surga, hadits No 287. Teks di atas adalah lafazh Muslim.
[22] Hal 45, cetakan ke-empat.
[23] Tafsir Ar-Razi: V/267, cetakan kedua – 1324 H ketika menafsirkan ayat-ayat di surat Al-Fajr.
[24] Ta’wil dalam hal ini maksudnya: beralih dari makna yang lebih kuat (misalnya makna hakiki) ke makna yang lebih lemah (misalnya makna kiasan). Ta’wil baru dibenarkan jika ia didukung oleh dalil yang kuat. (Penerjemah).
[25] Kitab: Adam alaihis salam, hlm 124, cetakan ke-3 – 1394 H.
[26] Tafsir At-Thabari I/157 cetakan ke-3, th 1398 H.
[27] Mukaddimah Ibnu Khaldun, hlm 191, cetakan IV, thn 1398 H.
[28] تفسير أبو السعود ، ج 1/ ص: 81-82 .
[29] المرجع السابق، ص: 81
[30] انظر: في ذلك كتب التفسير لهؤلاء العلماء عند تفسير أية الخلافة في سورة البقرة .
[31] تفسير الخازن ، ج 1/ ص: 40 .
[32] انظر: " كتاب حقائق الإسلام وأباطيل خصومه " للأستاذ العقـاد ، ص: 27 ، ط دار الهلال .
[33] تفسير القرطبي: ج 1/ ص: 273 .
[34] bapak Yusuf a.s. ialah Ya'qub putera Ishak putera Ibrahim a.s.
[35] مع الأنبياء في القرآن الكريم – عفيف طبارة 43 .
[36] ibid
[37] yang dimaksud dengan air yang hina ialah air mani.
([38]) البراز عن حذيفة، والجعلان دويبة سوداء تعيش على القاذورات، فإذا شمت رائحة طيبة ماتت، انظر فيض القدير ج 5/ص: 37 .
([39]) رواه مسلم عن أبي هريرة في حديث طويل أوله "من نفس عن مؤمنٍ كربةٍ .." والدارمي ج 1 / ص : 99 ، ط دار الفكر .
([40]) مسند الإمام أحمد، ج 2 / ص: 361 ، ط بيروت .
[41] adalah menjadi kebiasaan orang-orang Arab Jahiliyah setelah menunaikan haji lalu Bermegah-megahan tentang kebesaran nenek moyangnya. setelah ayat Ini diturunkan Maka memegah-megahkan nenek moyangnya itu diganti dengan dzikir kepada Allah.
[42] inilah doa yang sebaik-baiknya bagi seorang muslim.
[43] Maksudnya: janganlah saya dan anak cucu saya dimatikan sampai hari kiamat sehingga saya berkesempatan menggoda Adam dan anak cucunya.
[44] [1304] yang dimaksud dengan mukhlis ialah orang-orang yang Telah diberi taufiq untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah s.w.t.
[45] [499] maksudnya syaitan-syaitan jenis jin dan manusia berupaya menipu manusia agar tidak beriman kepada nabi.
([46]) الديلسي في مسند الفردوس، والطبراني. انظر فيض القدير جـ 6 ص 437 .
[47] Maksudnya: kelaparan dan ketakutan itu meliputi mereka seperti halnya Pakaian meliputi tubuh mereka.
[48] سير أعلام النبلاء ، ج 4 / ص: 581
([49]) رواه البخاري ومسلم وغيرهما .
[50] tentang beberapa kalimat (ajaran-ajaran) dari Tuhan yang diterima oleh Adam sebahagian ahli tafsir mengartikannya dengan kata-kata untuk bertaubat.
[51] Maksudnya: Allah memilih nabi Adam a.s. untuk menjadi orang yang dekat kepada-Nya.
[52] Maksudnya: masing-masing orang memikul dosanya sendiri-sendiri.
· Ad-Dhahhak berpendapat bahwa kata Adam (آدَم) berasal dari kata al-udmah (الأدْمَة) yang berarti السُّمْرَةُ (coklat), dan Adam as berkulit coklat.
· Namun An-Nadhr berpendapat bahwa al-udmah (الأدْمَة) berarti putih (البَيَاضُ) dan Adam as menurutnya berkulit putih. Orang Arab berkata: نَاقَةٌ أَدْمَاء (unta adma) jika warnanya putih. Bentuk plural (jamak) nya adalah udm (أُدْمٌ) dan awaadim (أَوَادِمُ) seperti humr (حُمْرٌ) dan hawaamir (حَوَامِرُ).
· Pendapat lain mengatakan bahwa al-udmah berarti materi (zat). Udmatul ardhi (أُدْمَةُ الأَرْضِ) artinya zat yang berasal dari bumi yaitu tanah, dan Adam as memang diciptakan dari tanah, sedangkan bentuk jamaknya adalah آدَمُوْنَ (adamuun). Pendapat terakhir ini adalah pendapat yang lebih kuat, Said bin Jubair berkata: “Dinamakan Adam karena ia diciptakan dari materi tanah.”
Nama lain Adam adalah Insan dan kuniyah-nya[1] adalah Abul Basyar.
Kata Adam terulang dalam Al-Quran sebanyak 25 (dua puluh lima) kali, sembilan diantaranya dalam bentuk mudhaf ilaih (disandarkan) dengan kata bani dan dzurriyyah, seperti dalam firman Allah swt:
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid. (Al-A’raf (7): 31).[2]
Sedangkan kata al-insan yang bermakna Adam as terulang sebanyak 3 (tiga) kali, salah satunya adalah firman Allah swt:
Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar (Ar-Rahman (55): 14).[3]
Kata turaab (tanah) yang menjadi asal penciptaan Adam as disebutkan 4 (empat) kali, diantaranya:
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah… (Al-hajj (22):5).[4]
Kata thiin (tanah) disebutkan 6 (enam) kali, diantaranya:
Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu). (Al-An’am (6):2).[5]
Kata khalifah yang terkait dengan Adam as disebutkan sekali saja yaitu surat Al-Baqarah (2) ayat 30:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
Sedangkan ayat-ayat yang berbicara tentang kisah Adam as dan anak cucunya cukup banyak di dalam Al-Quran. Beberapa hal penting yang perlu dibahas terkait dengan Nabi Adam as adalah:
Hakikat Pertama: Materi Penciptaannya
Materi penciptaan Adam as adalah tanah. Disebutkan dalam beberapa riwayat bahwa Allah swt mengutus satu malaikat untuk mengambil tanah dari bumi dengan mencampurkan tanah dari berbagai tempat di bumi. Dicampurkan antara tanah merah, putih dan hitam, oleh karenanya anak keturunan Adam as pun berbeda warna kulitnya.
Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). (Fathir (35): 11).
Kemudian tanah itu dibasahi dengan air sehingga bercampur satu dengan lainnya (thiin laazib), Allah swt berfirman:
Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat. (As-Shafat (37): 11).
Kemudian tanah itu dibiarkan hingga kering (hingga bila diketuk menimbulkan suara karena amat keringnya) dan berbau.
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. (Al-Hijr (15): 26).
Lalu Allah swt menyempurnakan dan membentuknya dengan kedua tangan-Nya, meniupkan ruh dari sisi-Nya serta menjadikan baginya pendengaran, penglihatan dan akal pikiran sehingga ia menjadi makhluk yang berbeda. Maha Suci Allah swt Rabbul alamin.
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (As-Sajdah (32): 7-9).
عَنْ أَبِي مُوْسَى الأَشْعَرِيِّ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ r يَقُوْلُ: ((إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ خَلَقَ آدَمَ مِنْ قَبْضَةٍ قَبَضَهَا مِنْ جَمِيْعِ الأَرْضِ، فَجَاءَ بَنُوْ آدَمَ عَلَى قَدْرِ الأَرْضِ، فَجَاءَ مِنْهُمُ الأَحْمَرُ، وَالأَبْيَضُ، وَالأَسْوَدُ، وَبَيْنَ ذلِكَ، وَالسَّهْلُ، وَالْحَزَنُ، وَالْخَبِيْثُ، وَالطَّيِّبُ)). رواه الترمذي وقال: حديثٌ حسَنٌ صحيحٌ.
Dari Abu Musa Al-Asy’ari ra berkata: Saya mendengar Rasulullah saw saw bersabda: “Sesungguhnya Allah swt telah menciptakan Adam as dari genggaman setiap jenis tanah di bumi sehingga keturunan Adam berbeda-beda sesuai perbedaan tanah tersebut. Diantara mereka ada yang merah, putih, atau diantaranya. Ada yang mudah (bahagia), ada pula yang sulit (sedih), ada yang buruk dan ada pula yang baik.” (HR. Tirmidzi & beliau berkata: hadits hasan shahih).
Hal ini amat penting untuk kita ketahui sebagai bingkai pemahaman kita terhadap teori penciptaan dan perkembangan manusia sehingga kita tidak tersesat dengan asumsi-asumsi yang tak berdasar sedikitpun.
Aku tidak menghadirkan mereka untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi dan tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri; dan tidaklah Aku mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong. (Al-Kahfi (18): 51).
Hakikat Kedua: Karakteristik Penting Adam as
(1) At-Tafkir & At-Ta’allum (التَّفْكِيْرُ وَالتَّعَلُّمُ)
At-tafkir (berpikir) dan at-ta’allum (belajar) adalah karakteristik Adam as yang amat penting. Allah swt berfirman:
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!"Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana." Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" (Al-baqarah (2): 31-33).
قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ وَنَفَرٌ مِنَ التَّابِعِيْنَ: عَلَّمَهُ أَسْمَاءَ جَمِيْعِ الأَشْيَاءِ كُلِّهَا: جَلِيْلِهَا، وَحَقِيْرِهَا.
Ibnu Abbas ra dan beberapa orang tabi’in berkata: “Allah swt mengajarkan kepada Adam as nama-nama semua hal, yang besar maupun yang kecil.”[6]
عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ r قَالَ: ((وَيَجْتَمِعُ الْمُؤْمِنُوْنَ يَوْمَ القِيَامَةِ، فَيَقُوْلُونَ: لَوِ اسْتَشْفَعْنَا إِلَى رَبِّنَا، فَيَأْتُوْنَ آدَمَ، فَيَقُوْلُوْنَ: أَنْتَ أَبُو النَّاسِ خَلَقَكَ اللهُ بِيَدِهِ، وَأَسْجَدَ لَكَ مَلاَئِكَتَهُ، وَعَلَّمَكَ أَسْمَاءَ كُلَّ شَيْءٍ...)) (رواه البخاري).
Dari Anas ra dari Nabi Muhammad saw bersabda: “… dan manusia berkumpul pada hari kiamat lalu mereka berkata: Alangkah baiknya jika kita meminta syafaat kepada seseorang agar menghadap Allah swt. Lalu mereka mendatangi Adam as dan berkata: “Engkau adalah bapak semua manusia, Allah swt telah menciptakanmu dengan tangan-Nya, memerintahkan malaikat sujud kepadamu dan telah mengajarkanmu nama-nama segala sesuatu…” (HR. Bukhari).
Para ulama berkata bahwa Adam as lah yang pertama kali berbicara dengan semua bahasa – Arab maupun selain Arab. Mereka berdalil dengan ayat 31 surat Al-Baqarah di atas:
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya. (Al-Baqarah (2):31).
Karena mereka berpendapat bahwa semua bahasa termasuk dalam pengertian asma (nama-nama) pada ayat tersebut. Mereka juga berdalil dengan sabda Rasulullah saw:
((وَعَلَّمَ آدَمَ الأَسْمَاءَ كُلَّهَا حَتَّى القَصْعَةِ، وَالقُصَيْعَةِ)).
Allah swt mengajarkan Adam as semuanya sampai qash’ah (tempat makanan untuk sepuluh orang) dan qushai’ah (kurang dari sepuluh).[7]
Disamping itu Allah swt telah memberikan kepada Adam as kemampuan mengenali karakteristik segala sesuatu dan sarana memanfaatkannya. Az-Zamakhsyari berkata: “Allah swt telah mengajarkan Adam as keadaan segala sesuatu dan semua manfaat yang terkait dengannya baik manfaat duniawi maupun dini (agama).”[8]
(2) An-Nis-yan dan Ad-Dha’f (النِّسْيَانُ وَالضَّعْفُ)
Lupa (nis-yan) dan lemah (dha’f) adalah salah satu karakteristik Adam as. Dalilnya adalah pelanggaran yang dilakukan Adam as dengan memakan dari pohon yang terlarang:
Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat. (Thaha (20): 115).
(3) At-takrim lahu fi dzatihi (التَّكْرِيْمُ لَهُ فِي ذَاتِهِ)
Pemuliaan Allah swt terhadap diri Adam as. Hal ini terbukti dengan diperintahkanNya malaikat untuk sujud kepada Adam as:
Dan (Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka.. (Al-baqarah (2): 34).
Juga dengan ditempatkanNya Adam as di surga-Nya:
Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. (Al-baqarah (2): 35).
Juga dengan dipilihNya Adam as sebagai nabi dan rasul-Nya:
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam… (Ali Imran (3): 33).
Disebutkan dalam hadits syafaat:
((اِنْطَلِقُوا إِلَى آدَمَ فَإِنَّ اللهَ خَلَقَهُ بِيَدِهِ وَكَلَّمَهُ...)) (رواه الدارمي).
Pergilah kepada Adam as karena Allah swt telah menciptakannya dengan tangan-Nya dan berbicara (memberi wahyu) kepadanya… (HR. Ad-Darimi).
Ibnu ‘Athiyyah berkata: “Adam as adalah nenek moyang kita, Allah swt telah memilihnya dengan menciptakannya dan mengutusnya sebagai rasul dan berbicara kepadanya seperti disebutkan dalam hadits.”[9]
Allah swt juga telah memuliakannya dengan menundukkan untuknya dan anak cucunya semua yang berada di langit dan bumi:
Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. (Al-jatsiyah (45): 13).
Allah swt juga telah memuliakan semua keturunan Adam dengan kewajiban berpegangteguh kepada manhaj-Nya, firman Allah swt:
Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (Al-Isra (17): 70).
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. (At-Tin (95): 4-6).
Dan Allah swt telah memuliakan Adam dengan kenabian dan kerasulan bagi sebagian anak cucunya:
Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam… (Maryam (19): 58).
(4) Al-I’tinas (الاِئْتِنَاسُ)
I’tinas berarti kecenderungan untuk berkumpul dan berjiwa sosial. Allah swt telah menciptakan Adam as dan keturunannya memiliki fitrah untuk senang berdekatan dan berhubungan dengan sesama manusia. Boleh jadi kata “insan” (إِنْسَانٌ) - yang berarti seorang manusia - berhubungan dengan kata i’tinas yang keduanya berasal dari kata “anisa” (أَنِسَ) yang maknanya adalah senang mendekat. Meskipun pendapat yang lebih masyhur mengatakan bahwa kata insan berasal dari kata “nasiya” (نَسِيَ) yang maknanya lupa, namun tidak mengapa bila kita mengatakan bahwa kata insan berhubungan dengan kedua-duanya.
Dalam bahasa Arab, masyarakat mengetahui bahwa al-makan al-anis (الْمَكَانُ الأَنِيْسُ) artinya adalah tempat yang suka ditinggali oleh manusia; al-hayawan al-anis (الْحَيَوَانُ الأَنِيْسُ) adalah hewan jinak yang disukai manusia untuk tinggal bersamanya. Sebaliknya, tempat yang tidak suka dijadikan tempat tinggal oleh manusia disebut al-makan al-muhisy (الْمَكَانُ الْمُوْحِشُ) seperti hutan belantara dan penghuninya disebut al-wuhusy (الوُحُوْشُ) atau binatang liar.[10]
(5) Al-ibtila (الاِبْتِلاَءُ)
Allah swt memberikan ibtila (ujian) kepada manusia, di mana unsur bumi (tanah) dan unsur langit (ruh) menjadi satu bercampur pada diri manusia (Ada tarikan kebaikan maupun kejahatan dalam jiwa manusia). Ada syetan yang terus menerus menunggu di setiap jalan kebenaran yang ingin ditempuhnya sehingga Adam as dan Hawa pernah tergoda olehnya meskipun peringatan ilahi telah diberikan kepada mereka berdua sehingga mereka keluar dari surga dan hidup di bumi ini sampai batas waktu yang telah ditentukan oleh Allah swt. Dan anak cucu Adam as akan tetap dalam ujian dan terancam oleh godaan syaithan namun tidak ada yang dapat dikuasai oleh syaithan bila mereka ikhlas dalam ketaatan kepada Allah swt. Allah swt berfirman:
}Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga).” Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya: "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua." Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?" Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami Telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. Allah berfirman: "Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan". (Al-A’raf (7): 20-24).
Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis (ikhlas) di antara mereka". Allah berfirman: "Ini adalah jalan yang lurus, kewajiban Aku-lah (menjaganya). Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikuti kamu, yaitu orang-orang yang sesat.” (Al-Hijr (15): 39-42).
Hakikat Pertama: Risalah (Misi) Adam as
الرِّسَالَة (misi) yang dikehendaki Allah swt dari Adam as adalah menjadi khalifah di bumi:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." (Al-baqarah (2): 30).
Az-Zamakhsyari berkata dalam Al-Kasyaf: “Yang dimaksud khalifah adalah Adam as. Penyebutan Adam saja cukup untuk mewakili anak keturunannya seperti penyebutan nenek moyang sebuah kabilah cukup mewakili kabilah itu. Seperti ucapan Anda: “Mudhar”, “Hasyim” (maksudnya Banu Mudhar dan Banu Hasyim).
Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan: “Tampak bahwa Allah swt tidak menginginkan Adam as semata. Karena jika hanya Adam yang dimaksud tidak layak malaikat mengatakan:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah?” (Al-baqarah (2): 30).
Sedangkan maksud malaikat adalah bahwa ada diantara keturunan Adam yang melakukan perbuatan tercela itu.”
Khilafah ini menurut pendapat yang lebih kuat adalah amanah dari Allah swt dalam menghukum dengan adil diantara hamba-hamba-Nya. Ibnu Jarir At-Thabari dalam Jami’ul Bayan setelah menyebutkan riwayat Ibnu Abbas & Ibnu Mas’ud ra tentang masalah ini mengatakan: “Maksud ayat ini sebagaimana riwayat Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas radhiyallahu’anhum: “Aku (Allah swt) akan menjadikan di bumi ini makhluk yang akan mewakili-Ku dalam menghukum diantara hamba-hamba-Ku.” Dan khalifah itu adalah Adam dan siapa saja yang yang berada dalam posisi yang sama dengannya yaitu posisi ketaatan kepada Allah swt dan menghukum dengan adil diantara makhluk-makhluk-Nya. Sedangkan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah tanpa alasan yang benar bukanlah khalifah Allah swt dan bukanlah Adam as serta bukan pula hamba-hamba-Nya yang taat kepada-Nya. Alasannya adalah karena kedua sahabat Rasulullah saw tersebut telah mengabarkan bahwa Allah swt berkata kepada malaikat ketika mereka bertanya kepada-Nya bahwa khalifah ini akan memiliki keturunan yang berbuat kerusakan di bumi, saling hasad dan membunuh. Di sini Allah menyandarkan perbuatan kerusakan dan menumpahkan darah kepada keturunan khalifah ini, bukan khalifah itu sendiri.”
مُقَوِّمَاتُ الْخِلاَفَةِ:
· العِلْمُ بِصِفَاتِ الله والإِيْمَانُ بِهِ وَبِسَائِرِ أَرْكَانِ الإِيمَانِ.
· النُّزُوْلُ عَلَى حُكْمِ اللهِ فِي كُلِّ شَيْئٍ.
(عِمَارَةُ الأَرْضِ وِفْقَ مَنْهَجِ اللهِ وَنَشْرُ هذَا الْمَنْهَجِ وَحِمَايَتُهُ).
Adapun muqawwimat (penopang-penopang) khilafah ini adalah:
Memiliki ilmu tentang sifat-sifat kesempurnaan Allah swt, sehingga keyakinan ini mengantarkan kepada semua rukun iman (keimanan kepada-Nya, malaikat, kitab, para rasul, hari akhir dan qadar baik maupun buruk).
Menerapkan hukum-hukum Allah swt dalam setiap permasalahan.
Dengan bahasa lain: ‘imaratul ardh (memakmurkan bumi) sesuai manhaj Allah swt, menyebarkan manhaj ini dan melindunginya dari makar musuh dan permainan orang yang sia-sia.
Dengan risalah (misi) seperti ini, Adam as dan anak cucunya benar-benar diuji dengan ujian yang berat karena ia diciptakan dari perpaduan antara ruh dan tanah, sehingga ia harus mengkomposisikan antara keduanya di mana kepemimpinan atau dominasi haruslah berada pada ruh. Bila kita ingat bahwa setan juga selalu menunggunya di setiap jalan yang akan ditempuhnya bahkan seperti berjalan dalam pembuluh darahnya seperti yang disebutkan dalam sebuah hadits,[11] ada makar manusia para pembantu setan, ada ujian dunia berbentuk kesulitan maupun keindahannya, ditambah lagi dengan panjangnya perjalanan ini, maka semua itu menambah beratnya ujian tersebut. Allah swt berfirman:
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Al-Mulk (67): 2).
Hakikat Keempat
Allah swt telah mengambil janji dari anak-anak Adam untuk beribadah hanya kepada-Nya dan meninggalkan penyembahan terhadap syaithan sejak mereka masih berada di alam ruh, dan mereka berikrar untuk setia dengan janji tersebut.
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (Al-a’raf (7): 172).
Namun setelah mereka keluar ke dunia, mereka terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok yang setia yaitu orang-orang yang beriman dan kelompok yang mengkhianati perjanjian yaitu orang-orang kafir. Oleh karena itu Allah swt mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab kepada manusia untuk menjadi hujjah atas mereka (bukti bahwa Allah swt telah menjelaskan kebenaran kepada manusia).
(mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (An-Nisa (4): 165).
Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan. (Fathir (35): 24).
Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (Al-hadid (57): 25).
Kemudian Allah Swt, memperingatkan manusia sejak awal dari musuh terbesar mereka, yaitu iblis, sebagaimana Dia juga memperingatkan mereka dari tipu daya dunia. Firman Allah swt:
Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman. (Al-a’raf (7): 27).
Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu memperdayakan kamu tentang Allah. (Fathir (35): 5).
Lalu Allah Swt menyeru manusia secara tegas untuk istiqamah dan bertaqwa dan memperingatkan mereka dari kekafiran, melalui firman-Nya:
Maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya. (Fushilat (41): 6).
Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa, itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. (Al-a’raf (7): 26).
Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, Maka barangsiapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Al-a’raf (7): 35-36).
Akan tetapi mereka tetap dalam kondisi demikian, yaitu ada yang beriman dan ada yang kafir.
Hakikat kelima
Kejahatan pembunuhan pertama pada manusia dilakukan oleh anak Adam yang pertama. Di mana pada suatu hari dua orang anak Adam as, Habil dan Qabil, sedang duduk, mereka berkata: “Seandainya kita dapat mendekatkan diri kepada Allah dengan berkurban…” Salah satu diantara mereka membawa kambing terbaik dan tergemuk yang dimilikinya, yang lain membawa sebagian dari tanamannya, lalu turunlah api dan membakar kambing dan membiarkan tanaman begitu saja. Pada saat itu tanda pengabulan adalah api yang turun dan membakar kurban.
Yang tidak diterima kurbannya berkata kepada saudaranya: “Akan kubunuh engkau.” Saudaranya menjawab: “Aku tidak akan melawan untuk kepentingan diriku, sesungguhnya aku amat takut kepada Allah swt Rabbul ‘alamin. Kalau engkau membunuhku aku ingin engkau membawa dosa membunuh dan dosa yang telah ada pada pundakmu.”
Ia bermaksud menakut-nakuti saudaranya dari dosa membunuh, dan sama sekali tidak pernah memanas-manasinya karena hal itu bertentangan dengan hadits:
((لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ)) (متفق عليه)
Tidak beriman seseorang diantara kamu sampai ia mencintai untuk saudaranya apa saja yang ia cintai untuk dirinya sendiri. (Muttafaq ‘alaih).
((مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيِدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ)) (رواه مسلم).
Siapa diantara kamu melihat kemunkaran hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya, jika tidak sanggup maka dengan lisannya, jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itulah selemah-lemah iman. (HR. Muslim).
Namun saudaranya itu telah terpedaya (oleh setan) lalu membunuhnya kemudian menyesal. Allah swt berfirman:
Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia Berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah Hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". "Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam." "Sesungguhnya Aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, Maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim." Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi. Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal. (Al-Maidah (5): 26-31).
Dengan demikian anak Adam yang telah membunuh saudaranya itu mendapatkan dosa setiap pembunuhan zalim(sengaja) yang terjadi di dunia setelah itu, karena dialah yang pertama kali mencontohkannya sebagaimana hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud ra:
((لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلاَّ كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا لِأَنَّهُ أَوَّلَ مَنْ سَنَّ القَتْلَ)) (متفق عليه).
Tidak ada satu jiwapun yang terbunuh dengan aniaya kecuali anak Adam yang pertama mendapat bagian dari darahnya, karena ialah yang pertama kali mencontohkan kejahatan membunuh. (Muttafaq ‘alaih).
Hakikat Keenam
Bahwa keturunan Adam as semuanya diperintahkan untuk selalu tahadduts menyebut-nyebut nikmat-nikmat Allah swt kepada mereka diantaranya adalah nikmat perhiasan yang halal, makan dan minum secara normal dan wajar (tidak berlebihan).
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat." Demikianlah kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui. (Al-a’raf (7): 31-32).
Penciptaan Adam as dalam Al-Quran Al-Karim
Allah swt berfirman:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana." Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan yang kafir. Dan kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan." Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, Maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati". Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Al-baqarah (2): 30-39).
Allah swt berfirman:
Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia. (Ali Imran (3): 59).
Firman Allah swt:
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (An-nisa (4): 1).
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Al-Hujurat (49): 13).
Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur". (Al-a’raf (7): 189).
ôSesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam", maka merekapun bersujud kecuali iblis, dia tidak termasuk mereka yang bersujud.
11. Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" menjawab Iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".
12. Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; Karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina".
13. Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan".
14. Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh."
15. Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
16. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).
17. Allah berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya".
18. (dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim."
19. Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)".
20. Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua",
21. Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?"
22. Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.
23. Allah berfirman: "Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan".
24. Allah berfirman: "Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan.
Sebagaimana Allah swt berfirman di ayat lain:
Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain. (Thaha (20): 55).
ôDan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama, kecuali iblis, ia enggan ikut besama-sama (malaikat) yang sujud itu. Allah berfirman: "Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?" Berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk" Allah berfirman: "Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk. Dan Sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat". Berkata Iblis: "Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan. Allah berfirman: "(Kalau begitu) maka Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh sampai hari (suatu) waktu yang telah ditentukan.Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka". Allah berfirman: "Ini adalah jalan yang lurus, kewajiban Aku-lah (menjaganya). Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu, yaitu orang-orang yang sesat. Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut syaitan) semuanya. Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka. (Al-hijr (15): 26-44).
Dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu semua kepada Adam", lalu mereka sujud kecuali iblis. dia berkata: "Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?" Dia (iblis) berkata: "Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan Aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil". Tuhan berfirman: "Pergilah, barangsiapa di antara mereka yang mengikuti kamu, maka sesungguhnya neraka Jahannam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup. Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka. Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka, dan cukuplah Tuhan-mu sebagai Penjaga". (Al-isra (17): 61-65).
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam.” Maka sujudlah mereka kecuali iblis, dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu?Aamat buruklah Iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim. (Al-Kahfi (18): 50).
Firman Allah swt:
Dan Sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak kami dapati padanya kemauan yang kuat. Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam", maka mereka sujud kecuali iblis, ia membangkang. Maka kami berkata: "Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang. Dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya". Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?" Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. Kemudian Tuhannya memilihnya, maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk. Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan". (Thaha (20): 115-126).
Katakanlah: "Berita itu adalah berita yang besar, yang kamu berpaling daripadanya. Aku tiada mempunyai pengetahuan sedikitpun tentang Al mala'ul a'la (malaikat) itu ketika mereka berbantah-bantahan. Tidak diwahyukan kepadaku, melainkan bahwa sesungguhnya Aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang nyata". (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah". Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya". Lalu seluruh malaikat-malaikat itu bersujud semuanya, kecuali Iblis; dia menyombongkan diri dan adalah dia termasuk orang-orang yang kafir. Allah berfirman: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku? Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?". Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah". Allah berfirman: "maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk. Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan". Iblis berkata: "Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan". Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari kiamat)". Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka. Allah berfirman: "Maka yang benar (adalah sumpah-Ku) dan hanya kebenaran itulah yang Ku-katakan". Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka Jahannam dengan jenis kamu dan dengan orang-orang yang mengikuti kamu di antara mereka kesemuanya. Katakanlah (hai Muhammad): "Aku tidak meminta upah sedikitpun padamu atas da'wahku dan bukanlah Aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan. Al Quran ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam. Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al Quran setelah beberapa waktu lagi. (Shad (38): 67-88).
Apakah Adam as Seorang Nabi & Rasul?
Pembahasan
Mungkin ada yang bertanya: “Apakah Adam as itu seorang nabi?”
Jawabnya tentu saja “ya” dan tidak ada perdebatan dalam masalah ini. Memang benar bahwa Al-Quran tidak menyatakan dengan tegas tentang kenabian Adam as sebagaimana nabi-nabi yang selainnya seperti Nuh as, Ibrahim as, Yunus as, dan Musa as. Akan tetapi Al-Quran menyebutkan bahwa Allah swt berbicara langsung kepada Adam (mukhatabah) tanpa perantara lebih dari sekali, dan mukhathabah tanpa perantara adalah salah satu jenis wahyu sebagaimana difirmankan oleh Allah swt:
Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.[12]
Dalam seruan langsung ini juga terkandung taklif (pembebanan kewajiban) untuk mengikuti petunjuk dari Allah swt untuknya dan anak keturunannya:
Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (Thaha (20): 123-124).
Di samping itu, hadits Rasulullah saw pun secara tegas menyatakan kenabian Adam as.
رَوَى الإِمَامُ أَحْمَدُ عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ t قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَيُّ الأَنْبِيَاءِ كَانَ أَوَّل؟ قَالَ: "آدَمُ". قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ الله أَوَ نَبِيّ كَانَ؟ قَالَ: "نَعَمْ نَبِيٌّ مُكَلَّمٌ"، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ: كَمِ الْمُرْسَلُوْنَ؟ قَالَ: "ثَلاَثُمِائَةٍ وَبِضْعَةَ عَشْرَ جَمّاً غَفِيْراً" وَقَالَ مَرَّةً أُخْرَى: "خَمْسَةَ عَشَرَ". قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ: آدَمُ نَبِيٌّ". قَالَ: "نَعَمْ نَبِيٌّ ُمكَلَّمٌ."
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Dzar ra bahwa Abu Dzar berkata: Aku (Abu Dzar) berkata: “Ya Rasulullah, siapakah nabi pertama? Nabi bersabda: “Adam” Aku berkata: “Adam seorang nabi?” Beliau berkata: “Nabi yang diajak berbicara.” Aku berkata: ”Ya Rasulullah, berapakah jumlah para rasul?” Beliau bersabda: “Tiga ratus sekian belas orang, jumlah yang banyak.” Kali lain beliau berkata: “Lima belas.” (tiga ratus lima belas). Aku (Abu Dzar) berkata: “Apakah Adam seorang nabi?” Beliau menjawab: “Ya, nabi yang diajak bicara (oleh Allah swt).”[13]
رَوَى التِّرْمِذِيُّ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ((أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا فَخْرَ وَبِيَدِي لِوَاءُ الْحَمْدِ وَلَا فَخْرَ وَمَا مِنْ نَبِيٍّ يَوْمَئِذٍ آدَمَ فَمَنْ سِوَاهُ إِلَّا تَحْتَ لِوَائِي وَأَنَا أَوَّلُ مَنْ تَنْشَقُّ عَنْهُ الْأَرْضُ)).
Imam At-Tirmidzi telah meriwayatkan dari Abu Sa’id ra bahwa beliau berkata: Rasulullah saw telah bersabda: “Aku adalah pemimpin anak Adam pada hari kiamat, dan aku tak bermaksud membanggakan diri sedikitpun.[14] Di tanganku lah bendera Al-hamd (segala pujian)[15], dan aku tak bermaksud membanggakan diri sedikitpun. Tidak ada seorang nabi pun hari itu, Adam dan lainnya, kecuali berada di bawah benderaku. Dan akulah yang pertama kali dibangkitkan dari tanah.”[16]
Adapun pertanyaan apakah Adam as adalah seorang rasul? Masalah ini diperselisihkan oleh para ulama.
Jumhur (mayoritas) ulama berpendapat bahwa kerasulan itu dimulai sejak Nuh as dengan sandaran firman Allah swt:
Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. (Asy-Syura (42): 13).
Juga dengan hadits tentang syafaat:
((ائْـتُوْا نُوْحاً أوَّلَ رَسُوْلٍ)) (رواه البخاري).
Datanglah kepada Nuh, rasul pertama. (HR Bukhari).[17]
Hal ini mendorong kita untuk mengetahui perbedaan antara nabi dengan rasul.
Banyak berkata bahwa rasul adalah seseorang yang diberi wahyu oleh Allah swt dengan sebuah syari’at dan diperintahkan menyampaikannya. Sedangkan nabi adalah seseorang yang diberikan wahyu oleh Allah swt dengan sebuah syari’at dan tidak diperintahkan menyampaikannya.
Definisi ini dihafal oleh kebanyakan para penuntut ilmu.
Namun ketika diperhatikan, perbedaan seperti ini tidak lah teliti, karena mengabaikan tugas dan fungsi nabi (yakni tabligh) dan menganggap bahwa wahyu yang diberikan kepadanya seperti tersimpan begitu saja dan tak bermanfaat bagi siapapun. Kalau begitu lalu apakah tugas seorang nabi kalau tidak menyampaikan (berdakwah)!? Padahal kita tahu sejak kecil bahwa diantara sifat yang lazim (harus ada) pada diri para nabi dan rasul adalah shidiq, amanah, tabligh, dan fathanah?!
Dapat kita katakan bahwa mekipun terdapat perbedaan antara nabi dan rasul seperti isyarat Al-Quran:
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Al-haj (22): 52).
Di mana huruf wawu (artinya “dan”) antara kata rasul dan nabi adalah huruf ‘athaf yang berfungsi menunjukkan perbedaan, namun terdapat pula kesamaan antara keduanya dalam fungsi tabsyir (memberi kabar gembira) dan indzar (memberi peringatan). Sehingga yang kita ambil tentang perbedaan antara nabi dengan rasul adalah pendapat Al-Alusi yang mengatakan bahwa:
أنَّ الرَّسُوْلَ هُوَ مَنْ أُوْحِيَ إِلَيْهِ بِشَرْعٍ جَدِيْدٍ، وَالنَّبِيُّ هُوَ الْمَبْعُوْثُ لِتَقْدِيْرِ شَرْعِ مَنْ قَبْلَهُ.
Rasul adalah seseorang yang diberi wahyu oleh Allah swt dengan syariat baru, sedangkan nabi adalah orang yang diutus untuk menetapkan dan syariat rasul sebelumnya.
Maksudnya: rasul datang membawa syariat baru atau hukum-hukum yang terinci sebagaimana makna syariat dalam risalah mereka seperti firman Allah swt:
Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu. (Asy-Syura (42): 13).
Sedangkan nabi diutus tidak membawa syariat baru tapi sekadar menetapkan syariat sebelumnya, atau ia datang dengan membawa prinsip umum da’wah yaitu dasar-dasar keimanan kepada Allah swt dan kaidah-kaidah akhlak yang suci, serta tidak mengandung hukum-hukum yang baru.
Diantara dalil yang menunjukkan bahwa seorang nabi harus menjalankan perannya menyampaikan wahyu yang telah disampaikan kepadanya ialah:
Firman Allah swt:
Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan. (Al-baqarah (2): 213).
Ayat ini menerangkan bahwa para nabi adalah para pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan dan hal itu juga adalah tugas para rasul tanpa perbedaan pendapat di kalangan para ulama seperti difirmankan-Nya:
(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (An-Nisa (4): 165).
Allah swt menjelaskan bahwa tugas para nabi Bani Israil dalam firman-Nya terkait dengan Taurat:
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerahkan diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. (Al-maidah (5): 44).
Di mana nabi-nabi tersebut memutuskan dengan Taurat dan tentunya menyampaikannya (hukm wa tabligh).
Demikian pula ayat yang mengisyaratkan perbedaan antara nabi dan rasul yaitu:
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak (pula) seorang nabi… (Al-haj (22): 52).
Ayat ini dengan tegas menyebutkan kata “arsalna” (Kami telah mengutus) para nabi sebagaimana Allah swt mengutus para rasul.[18]
Hadits Rasulullah saw:
((إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ نَبِيٌّ قَبْلِيْ إِلاَّ كَانَ حَقًّا عَلَيْهِ أَنْ يَدُلَّ أُمَّتَهُ عَلَى خَيْرِ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ وَيُنْذِرُهُمْ شَرَّ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ)). (رواه مسلم).
Sesungguhnya tidak ada seorang nabi pun sebelumku kecuali diwajibkan kepadanya menunjuki ummatnya kepada kebaikan yang ia ketahui dan memperingatkan mereka terhadap keburukan yang ia ketahui. (HR. Muslim).[19]
Sedangkan pendapat yang mengatakan bahwa nabi diberi wahyu berupa syariat namun tidak menyampaikannya kepada ummatnya, hal ini jelas bertentangan dengan konsekuensi kenabian bahkan masuk kategori menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah swt dan kita wajib menyucikan para nabi dari perbuatan tersebut.
Apakah Adam as adalah Manusia Pertama?
Kandungan Materi:
Zhahir (makna yang lebih kuat) dari beberapa nash (teks) Al-Quran menunjukkan bahwa Adam as adalah manusia pertama tanpa dapat dibantah seperti terkandung dalam penjelasan berikut ini:
Penisbatan manusia yang diberikan selalu kepada Adam as di mana ada beberapa ayat Al-Quran yang berbunyi: يَا بَنِي آدَمَ (Hai anak keturunan Adam).[20] Sedangkan tentang Adam as sendiri Allah swt berfirman kepada malaikat:
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah". (Shad (38): 71).
Ini adalah pemberitaan tentang penciptaan makhluk baru di bumi seperti juga firman-Nya:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." (Al-baqarah (2): 30).
Makhluk baru yang diciptakan dari tanah ini adalah awal mula kemunculan manusia dan ia tidak dapat dinisbatkan kecuali kepada Adam as. Sedangkan keturunannya diciptakan melalui proses pernikahan antara laki-laki dan perempuan seperti firman-Nya:
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. (As-sajadah (32): 7-8).
Dalam hadits syafaat yang terkenal terdapat juga penjelasan bahwa Adam as adalah bapak manusia dan bukan orang lain. Disebutkan dalam Shahihain (dua kitab hadits shahih – Shahih Bukhari & Shahih Muslim) bahwa ketika kesulitan dan keadaan berat menimpa manusia yang bediri di mahsyar, sebagian orang berkata kepada sebagaian lain agar mendatangi Adam, lalu mereka mendatanginya kemudian berkata:
((يَا آدَمُ أَنْتَ أَبُو الْبَشَرِ خَلَقَكَ اللَّهُ بِيَدِهِ وَنَفَخَ فِيْكَ مِنْ رُوْحِهِ وَأَمَرَ الْمَلَائِكَةَ فَسَجَدُوْا لَكَ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ...))
“Hai Adam, engkau adalah bapak manusia, Allah swt telah menciptakanmu dengan Tangan-Nya, meniupkan kepadamu langsung ruh ciptaan-Nya, dan memerintahkan malaikat untuk sujud kepadamu lalu merekapun sujud.. mintalah syafaat untuk kami kepada Tuhanmu…”[21]
Dari penjelasan di atas tidaklah benar pendapat yang dikemukakan oleh beberapa penulis bahwa telah ada sebelumnya adam-adam lain atau spesies manusia sebelum Adam as.
Diantara yang berpendapat demikian adalah Ustadz ‘Afif Thabarah dalam bukunya ‘Ma’al Anbiya Fil Quranil Karim” (Bersama Para Nabi Dalam Al-Quran) dalam salah satu pembahasan yang berjudul “Adam bukanlah yang pertama kali tinggal di bumi”.[22]
Demikian pula yang disebutkan oleh Syaikh ‘Abdul Wahhab An-Najjar dalam bukunya “Qashash Al-Anbiya” bahwa sejak dulu dan sekarang ada orang-orang yang mengklaim bahwa penduduk negeri lebih dahulu ada sebelum penciptaan Adam seperti penduduk India… Bisyr Al-Ma’arri tentang keberadaan adam-adam lain selain Adam as berkata:
قَبْـــلَهُ آدَمٌ عَلَى إِثـْــــــرِ آدَمِ
☼
جَــائِزٌ أَنْ يَــكُوْنَ آدَمُ هَــــذَا
Boleh saja di samping Adam as ini, sebelumnya ada adam demi adam yang lain.
Al-Fakhr Ar-Razi dalam tafsirnya menyebutkan riwayat dari Al-Imam Muhammad bin Ali Al-Baqir yang mengatakan: “Telah berlalu sebelum Adam as, bapak kita, seribu adam lain atau lebih.” Kemudian Al-Fakhr Ar-Razi menanggapi dengan komentar yang mengesankan beliau membolehkannya: “Aku berpendapat bahwa perkataan ini (adanya manusia sebelum Adam as) tidak bertentangan dengan keyakinan akan adanya permulaan alam semesta. Bagaimanapun, silsilah manusia harus berakhir kepada manusia pertama, yang juga adalah seorang manusia. Adapun bahwa manusia pertama itu adalah bapak kita Adam as, tidak dapat kita tetapkan kecuali melalui dalil sam’i (Al-Quran & Hadits).”[23]
Namun sekali lagi, semua pendapat di atas hanyalah klaim yang bertentangan dengan dalil. Menurut Ustadz Al-Bahi Al-Khuli pendapat seperti itu adalah ijtihad yang penuh ketergelinciran di mana ia mengakibatkan seseorang men-ta’wil-kan[24] ayat-ayat Al-Quran tanpa alasan yang kuat. Dalam kajian ilmiah, ia merupakan madzhab orang-orang yang meninggalkan sesuatu yang meyakinkan (al-yaqin) lalu mengambil dugaan-dugaan (zhan), dan dalam tinjauan agama, ia adalah madzhab mereka yang tidak melepaskan agama dan kehormatannya dari hal-hal yang syubhat.[25]
Diantara adab kita terhadap Al-Quran dan Sunnah Rasul-Nya kita berhenti atau mencukupkan diri dengan nash-nash keduanya karena nash-nash tersebut tegas dan jelas, kemudian kita menyerahkan apa-apa yang tidak dijelaskan Allah swt dan Rasul-Nya kepada ilmu Allah swt.
Khalifah & Khilafah
Al-Quran menyebut Adam, bapak manusia, dengan ungkapan khalifah:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Al-Baqarah (2): 30).
Apa makna khalifah di sini? Tampaknya dari pertanyaan malaikat kita melihat bahwa ada jenis makhluk sebelumnya yang hidup di bumi berbuat kerusakan dan menumpahkan darah. Mereka adalah kelompok-kelompok jin seperti yang disebutkan oleh hadits riwayat Al-Hakim dari Ibnu Abbas ra bahwa beliau berkata:
كَانَ فِيْهَا – أَيِ فِي الأَرْضِ – قَبْلَ أَنْ يُخْلَقَ – أيْ آدَمَ u - بِأَلْفَيْ عَامٍ الْجِنُّ بَنُو الجَانِّ، فَأَفْسَدُوا فِي الأَرْضِ وَسَفَكُوْا الدِّمَاءَ، فَلَمَّا أَفْسَدُوا فِي الأَرْضِ بَعَثَ اللهُ عَلَيْهِمْ جُنُوْداً مِنَ الْمَلاَئِكَةِ فَضَرَبُوهُمْ حَتَّى أَلْجَأُوْهُمْ بِجَزَائِرِ الْبُحُورِ.
Dua ribu tahun sebelum Adam diciptakan, bumi ini telah dihuni oleh jin anak keturunan Jaan, mereka berbuat kerusakan di bumi dan menumpahkan darah. Ketika mereka telah berbuat kerusakan, Allah swt mengutus tentara dari malaikat yang memukul mereka hingga menyingkirkan mereka ke pulau-pulau di lautan.[26]
Pertanyaan malaikat: "Apakah Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu siapa yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah?” semata-mata ingin mengetahui tentang hikmah penciptaan khalifah berdasarkan pengalaman mereka sebelumnya dengan bangsa jin yang telah berbuat kerusakan dan menumpahkan darah. Atau mungkin pula malaikat memprediksi kerusakan yang akan terjadi berdasarkan ilham dan fitrah mereka yang bersih.
Lalu Allah swt menjawab dengan firman-Nya: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." Maksudnya: Aku mengetahui maslahat yang lebih besar dengan penciptaan khalifah ini dibandingkan kerusakan yang kalian sebutkan. Karena Aku akan menjadikan diantara mereka para Nabi, para Rasul, shiddiqun, syuhada, shalihun, ahli ibadah, orang-orang Zuhud, para wali, orang-orang yang dekat dengan-Ku (muqarrabun), ulama yang beramal, orang-orang yang khusyu’ dan orang-orang yang mengikuti para rasul alahimus salam.
Dapat juga diartikan bahwa khalifah adalah salah satu diantara khulafa (banyak khalifah/pengganti).
Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat. (Yunus (10): 14).
Dan Dia lah yang menjadikan kamu para pengganti yang berkuasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-An’am (6): 165).
Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka. (Fathir (35): 39).
Imam At-Thabarabi meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Bashri bahwa yang dimaksud khalifah adalah keturunan Adam yang menggantikan bapak mereka, juga setiap generasi yang menggantikan generasi sebelumnya.
Ada pula yang mengartikan khalifah dengan khalifatullah (pemegang mandat dari Allah) dalam arti yang melaksanakan hukum-hukum Allah swt di muka bumi, melaksanakan pesan-pesan Allah swt dan menjaga hukum-hukum-Nya. Diantara ayat yang bermakna seperti ini adalah ayat tentang Nabi Dawud as:
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi (Shad (38): 26).
Sebagian ulama mengecam pendapat yang mengatakan bahwa manusia adalah khalifatullah. Inti alasannya adalah bahwa khalifah adalah pengganti atau wakil bagi pihak yang tidak mampu, tidak hadir atau mangkat. Hal ini tidak laik dinisbatkan kepada Allah swt yang selalu bersama hamba mengawasi mereka:
dan dia bersama kamu di mama saja kamu berada. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. (Al-Hadid (57): 4).
Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. (Al-Mujadilah (58): 7).
Mungkin juga mereka mengambil kisah yang disebutkan oleh Ibnu Khaldun dalam Mukaddimah-nya bahwa Abu Bakar ra melarang sahabat yang memanggilnya khalifah Allah, beliau mengatakan: “Aku adalah khalifah Rasulullah saw.”[27]
Sebenarnya keberatan ini tidak perlu terjadi karena makna yang mereka jelaskan dari ungkapan “khalifatullah” cukup jauh dari pemikiran seorang muslim. Tetapi makna yang hadir dalam benak seorang muslim dari kalimat khalifatullah adalah manusia sebagai khalifah Allah swt dalam menyebarkan aqidah tauhid, rambu kebaikan dan keadilan di muka bumi ini.
Dan masalahnya seperti yang disampaikan oleh ahli tafsir Abus-Su’ud: Allah swt tidak membutuhkan hal ini. Akan tetapi karena keterbatasan peneriman khilafah, dan ketidak layakannya menerima langsung dari, maka kekhilafahan secara khusus diberikan kepada salah seorang bangsa manusia. [28] jumhurul mufssirin (Mayorotas ahli tafsir) menyebutkan dua makna ini sekaligus.
Abus-Su’ud mengatakan dalam tafsirnya: “Yang dimaksudkan dengan khilafah dari sisi Allah swt adalah dalam melaksanakan hokum-hukum-Nya, menerapkan perintah-perintahNya pada manusia pengelolaan makhluk lainnya. Dan khilafah hanya diberikan kepada penghuni bumi.[29]
Fakhrurrazi dan An Nasafi menyebutkan senada dengannya. [30]
Hanya saja Al Khazin setelah menuturkan dua makna tadi melakukan tarjih pada salah satunya: “Dan yang benar adalah bahwa ia dinamankan khalifah karena menjadi kahlifah Allah di muka bumi untuk menegakkan ketentuan dan menerapkan keputusan-Nya.[31]
Selanjutnya, bahwa manusia itu tidak diciptakan tanpa tujuan atau main-main:
116. Maka Maha Tinggi Allah, raja yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (yang mempunyai) 'Arsy yang mulia. QS. Al Mukminun: 116
Hanya saja ia berperan untuk menjadi khalifahdi muka bumi, menegakkan kebenaran dan keadilan, menebar kebaikan, kemaslahatan dan ketaqwaan di sana, mengumandangkan kalimat Allah dengan menegakkan sunnah kauniyah dan syar’iyyah di sana. Firman Allah:
165. Dan dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS.Al An’am: 165
Maha Suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, QS. Al Mulk: 1-2
Maka hendaklah manusia memikul perannya dengan sungguh-sungguh dan bersemangat, dan merasakan adanya pertanggungjawaban dan bahaya di baliknya.
PENGHORMATAN DAN PEMULIAAN
Setelah Allah ciptakan Adam dan meniupkan ruh padanya. Allah perintahkan para malaikat untuk menyambut makhluk baru itu dengan penyambutan penghormatan dan pemuliaan, hal ini tampak dalam perintah Allah kepada para malaikat untuk bersujud kepadanya.
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah". Maka apabila Telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya". QS. Shaad: 71-72
Dalam dua ayat ini terdapat beberapa pemuliaan yang Allah khususkan kepada Adam, yaitu:
1. Allah cipatakan dalam bentuk terbaik, paling sempurna, seperti yang ada dalam kata “Taswiyah”
2. tiupan ruh
3. Perintah kepada para malaikat untuk bersujud kepadanya.
Sujud malaikat kepada Adam adalah sujud tahiyyah (penghprmatan) dan takrim (pemuliaan), bukan sujud penyembahan dan peribadatan. Sebab sujud ibadah tidak boleh dilakukan kecuali kepada Allah swt. Dan Allah tidak pernah menyuruh siapapun menyembah selain-Nya.
Dari itulah tidak ada pembenaran bagi anggapan aneh sebagian orientalis tentang penetapan sujud para malaikat kepada Adam dalam Islam, padahal yang diakui dalam agama ini adalah sikap tegas terhadap masalah tauhid dan penolakan kemusyrikan, serta mengkafirkan orang yang bersujud kepada selain Allah.[32]
Mereka lupa bahwa sujud ini adalah untuk memenuhi perintah Al Khaliq, mengakui Kekuasaan dan Keagungan-Nya pada makhluk baru ini. Dan Allah telah mencatat kutukan abadi-Nya atas Iblis karena menolak perintah sujud ini.
Allah berfirman: "Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?". Berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau Telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk" Allah berfirman: "Keluarlah dari surga, Karena Sesungguhnya kamu terkutuk, Dan Sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat". QS. Al Hijr: 32-35
Sujud di sini bukan untuk penyembahan dan pengagungan, akan tetapi untuk pemuliaan dan penghormatan.
Hanya saja sebagian orang berpandangan bahwa sujud di situ bukanlah sujud yang dikenal dalam shalat, yaitu dengan meletakkan dahi di atas tanah, tetapi dengan menundukkan kepala yang terdapat unsure pemuliaan dan penghormatan.
Al Qurthuby mengatakan dalam tafsirnya: “Ada kaum yang berkata, bukanlah ini sujud yang biasa sekarang ini, dengan meletakkan dahi di atas tanah, akan tetapi sujud dalam makna lughawinya (bahasa), yaitu: merendah dan taat, artinya mereka patuh kepada Adam dan mengakui kemuliaannya[33].
Al ‘Aqqad berkata: Kata sujud telah diketahui maknanya dalam bahasa Arab, sebelum bangsa Arab mengenal shalat dalam Islam. Mereka tidak pernah memahaminya bahwa kata sujud itu hanya bermakna ibadah, bukan lainnya. Karena mereka biasa mengatakan : Sajadtu=’aghdhadhtu (aku tundukkan kepala) asjada ‘ainahu=ghadhdha minha (memejamkan matanya) sajadatinnakhlatu (pohon kurma itu merunduk), sajada (menundukkan kepalanya untuk menghormati) sajada li ‘azhimin (menghormatinya, tenang di hadapannya).
Tidak ada pertentangan antara makna kalimat ini, antara sujud kepada Adam dan tauhidullah. Sujud ini adalah untuk ta’zhim.
Dalam Al Qur’an terdapat beberapa bukti kata sujud dengan makna lughawi, yaitu merunduk, diantaranya firman Allah:
Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada nya. QS. Ar Rahman: 6
Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para ma]aikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri. QS. An Nahl: 49
Nabi Yusuf mengungkapkan:
(ingatlah), ketika Yusuf Berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku[34] , Sesungguhnya Aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku."QS. Yusuf:4
Dalam ayat lain:
Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? dan banyak di antara manusia yang Telah ditetapkan azab atasnya. dan barangsiapa yang dihinakan Allah Maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang dia kehendaki. QS. Al Hajj: 18
Maka kata sujud itu memiliki beberapa makna dan tampilan lain, selain yang ada dalam shalat. Dan sangat mungkin, sujud para malaikat kepada Adam adalah seperti yang ada dalam makna ini.
Meskipun kepada makna pertama ada kecenderungan, karena secara zhahir perintah pada kata: “faqa’u” terdapat kesan bahwa seruan itu kepada para malaikat untuk serentak sujud kepada Allah, sebagai penghormatan kepada Adam.
Sujud diarahkan untuk menghormati Adam. Penghormatan kepada Adam adalah penghormatan kepada anak cucunya. Penghormatan kepada Adam tidak terbatas pada hal ini saja, akan tetapi Allah memuliakan manusia dalam bentuk-bentuk lain lagi.
1. Allah telah muliakan Adam dalam bentuk penciptaan yang paling baik bentuk dan sosoknya.
Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya . QS. At Tin: 4
2. Allah telah tundukkan apa yang ada di langit dan di bumi sesuai dengan kebutuhannya.
Dan dia Telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. Al Jatsiyah: 13
3. Allah muliakan manusia dengan ilmu pengetahuan, yang membantunya melaksanakan perannya dalam hidup:
31. Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
32. Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang Telah Engkau ajarkan kepada Kami; QS.Al Baqarah: 31-32
4. Allah muliakan dengan kekuatan akal yang mampu menangkap hakekat banyak hal, dan rahasia dari yang ada.
5. Allah muliakan dengan sifat-sifat mulia yang merupakan pancaran dari sifat rububiyah, seperti ilmu, kemampuan, pendengaran dan penglihatan.
Dan Islam hadir mengumandangkan kemuliaan ini dengan jelas dan gambling, sehingga membuka pintu kemuliaan dan obsesi, memenuhi hatinya dengan tsiqah dan kemuliaan.
Bandingkanlah pemuliaan yang diberikan Islam dengan teori-teori filsafat modern tentang manusia, yang memandangnya sebagai makhluk paling rugi dan celaka. Manusia dilihat tidak lebih dari serangga hina, atau belatung yang ada di sampah kehidupan, seperti yang diungkapkan oleh Syarter. Atau memandangnya tidak lebih dari seekor kera yang Allah ciptakan untuk bermain-main dalam waktu yang panjang dan melelahkan seperti yang dikatakan oleh Netch.[35]
Dengan ini pula dapat diperoleh data betapa jahatnya orientalis J. A Geronbawm dalam bukunya “HADHARATUL ISLAM/peradaban Islam, ketika mengatakan: Dan Islam sejak semula tidak pernah mengakui, kecuali sedikit sekali, dan Al Qur’an memaksa mereka untuk menerima kehinaan asal-usulnya secara fisik.[36]
Ungkapan ini betul-betul dusta. Sebab manusia belum pernah mendapatkan pemuliaan seperti yang diberikan Islam. Penjelasan Islam tentang asal-usul manusia dari air dan tanah, adalah pengakuan terhadap realitas yang tidak mungkin ditolak, seperti yang diungkapkan secara logis dan dikuatkan oleh penelitian-penelitian ilmiah.
Jika dilakukan uraian terhadap fisik manusia maka akan ditemukan susunan seperti yang terdapat dalam susunan tanah bumi ini-sebab manusia adalah bagian segumpal darinya- seperti hidrogin,besi, kalsium, potassium, karbon, dst… demikian juga ketika manusia mati, fisiknya akan terurai kepada bahan dasar yang membentuk tanah bumi ini.
Dan Islam ketika mengajak manusia melihat asal penciptaannya, sesungguhnya hanya untuk mengingatkannya akan kelemahan asalnya, mengingatkan ketidak berdayaannya sehingga tidak melampaui batas, dan tersesat dari jalan lurus.
dan manusia dijadikan bersifat lemah. QS.An Nisa’: 28
mengingatkannya pada asalnya agar tidak sombong
Bukankah kami menciptakan kamu dari air yang hina ?[37] QS. Al Mursalat: 20
Pada waktu yang sama tidak menjadikan fisik sebagai landasan dalam keutamaan atau pemuliaan. Semua manusia berasal dari sisi ini dari segi keberadaannya. Tidak ada yang lebih utama yang membedakannya dari yang lain.
الناس من جهة التمثـيل أكفـاء
:
أبوهــم آدم والأم حــواء
فإن يكن لهم في أصلهم شـرف
:
يفاخـرون به فالطين والماء
Manusia itu dari sisi bentuknya sama, Adam ayahnya dan ibunya
Jika ada kemuliaan dari asal muasal yang dibanggakan, maka itulah tanah dan air
Islam memperhitungkan kemuliaan manusia pada titik lain eksistensinya, yaitu sisi ruhiyah. Dari sisi inilah terdapat karakteristik manusia yang berhak dimuliakan dan dibanggakan, dan makhluk lain memberikan penghormatan.
Dari itulah Islam menanggalkan kebanggaan unsur tanah atau kedekatan nasab dengan generasi masa lalu.
"كلكم لآدم وآدم من تراب، لينتهين قوم يفتخرون بآبائهم، أو ليكونن أهون على الله من الجعلان"([38])
“Semua kalian dari Adam, dan Adam terbuat dari tanah.sungguh mereka mau berhenti membanggakan nenek moyangnya, atau Allah jadikan mereka lebih hina dari belatung.
"من بطأ به عمله لم يسرع به نسبه"([39])
Barang siapa yang lambat amalnya, maka nasabnya tidak akan mengangkatnya.
"أيها الناس إن الله أذهب عنكم عبية الجاهلية ، وفخرها بالآباء، مؤمن تقي وفاجر شقي، والناس بنو آدم وآدم من تراب"([40])
Wahai manusia, sesungguhnya Allah telah hilangkan dari kalian kebanggaan jahiliyah, dan nenek moyang. Mukmin yang bertaqwa dan pendurhaka yang celaka. Manusia adalah anak cucu Adam dan Adam berasal dari tanah.
Kehormatan manusia berpulang kepada aspek ruhiyah bukan pada sisi tanahnya. Berpulang kepada tiupan dari atas bukan segenggam tanah yang rendah. Dengan aspek ruh manusia mampu mengemban pancaran sifat-sifat dari Yang Maha Tinggi, menjadikannya mendengar dan melihat, hidup, berbicara, membuat malaikat siap menyambutnya dengan senang.
Sedang sisi kedua adalah segumpal tanah, yang mudah lapuk, keras dan a lot.
Kemuliaan manusia tergantung pada dominasi sisi ruhiyah. Hidup bukanlah fisik semat, atau kesenangan saja.
لحا الله صعلــوكاً مناه وهمــه
:
من الحياة أن يلقى لبوساً ومطعماً
Allah membenci si miskin, yang obsesi dan cita-citanya. Dalam hidup ini hanya pakaian dan makanan.
Kemudian Islam datang mengingatkan manusia akan nilai materialnya, menyadarkannya akan status etikanya. Manakah yang masih kurang? Islam tidak membiarkan aspek material manusia, bahkan memberikan perhatian padanya. Arahan Nabi Muhammad sangat jelas menunjukkan perhatian terhadap fisik manusia dan kebersihannya, sehingga bisa tampil dalam keadaan yang indah.
Islam membangun interaksi sesama manusia atas dasar pengakuan akan eksistensi manusia secara keseluruhan, fisiknya, ruhnya, akalnya, hatinya, hobinya, dan perasaannya. Sebagaimana Islam meletakkan dasar perbaikan di atas prinsip ini. Kebahagiaan manusia dan ketenangannya dalam hidup tidak akan terwujud tanpa terpenuhinya dua sisi ini bersamaan. Inilah Islam yang menegaskannya pada setiap taujih (arahan), syariah (hokum) dan adabnya (etika).
Apabila kamu Telah menyelesaikan ibadah hajimu, Maka berdzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu[41] , atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia", dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka"[42]. Mereka Itulah orang-orang yang mendapat bahagian daripada yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya. QS. Al Baqarah: 200-202
دروس من قصة آدم
PELAJARAN DARI KISAH ADAM ALAIHISSALAM
Dalam kisah Adam ini terdapat beberapa pelajaran yang patut direnungkan dan dijadikan cermin, kami ungkapkan di antaranya:
Setelah penjelasan Allah tentang prinsip-prinsip penugasan yang terdapat dalam perintah dan larangan-Nya, seperti pada ayat:
(dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim." QS. Al A’raf: 19
Setelah itu kita dapati peringatan Allah kepad Adam tentang adanya hambatan-hambatan yang akan menghalanginya melaksanakan tugas ini. yaitu dalam bentuk permusuhan abadi dengan Iblis, dalam surah lain:
Maka kami berkata: "Hai Adam, Sesungguhnya Ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, Maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka. QS. Thaaha: 117
Iblis adalah hambatan pertama bagi manusia sejak menerima tugas. Dan iblis telah menetapkan dirinya selama hidupnya untuk hal ini. sejak di usir dari surga karena menolak perintah ia minta untuk ditangguhkan sampai hari kiamat.dan permintaan itu dikabulkan:
Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya[43] sampai waktu mereka dibangkitkan". Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh." QS. Al A’raf: 14-15
Dan iblis ditangguhkan tidak untuk diam atau tidur, tetapi untuk mengintai manusia dan menggodanya ke manapun ia menuju.
82. Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau Aku akan menyesatkan mereka semuanya,
83. Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka [44]. QS. Shaad
Dan jelas sekali dari kisan di atas bahwa permusuhan ini terjadi di manapun berada, ia akan dating kapan dan di manapun arahnya.
16. Iblis menjawab: "Karena Engkau Telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
17. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). QS. Al A’raf
Dan Iblis memliki banyak pembantu dari bangsa manusia
112. Dan Demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)[45] [499]. Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. QS. Al An’am
Akan tetapi mereka tidak akan berdaya di hadapan orang yang berpegang teguh dengan agama Allah:
99. Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya.
100. Sesungguhnya kekuasaannya (syaitan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah. QS. An Nahl.
Adam melakukan kesalahan di hadapan Rabbnya, akan tetapi dengan cepat kembali dan meminta ampun kepada Rabbnya yang Maha Perkasa:
23. Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami Telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya Pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. QS. Al A’raf.
Sedangkan iblis menambhakan durhaka besarnya itu dengan meneruskannya dan mendebat Allah Yang Maha Perkasa, menolak perintah-Nya.
61. …. "Apakah Aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?" QS. Al Isra.
12. … menjawab Iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". QS.Al A’raf
Ini jelas kufur. Dari itulah Al Khaliq swt mengusirnya dari surga dan dijauhkan dari rahmat Allah.
13. Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; Karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, Maka keluarlah, Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina". AL A’raf
Allah tetapkan laknat kepadanya dan para pengikutnya.
43. Dan Sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang Telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut syaitan) semuanya.
44. Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka. QS. Al Hijr.
Demikianlah kaidah setiap orang yang menolak hukum syar’iy –apalagi yang telah diketahui secara aksiomatic dari agama- dan tidak menganggap bahwa yang telah Allah turunkan tidak wajib diterapkan, maka ia telah mengikuti jalan yang pernah dirintis oleh iblis.
Adapun orang yang mengalami kelemahan sesaat dalam menjalankan tugas dari Allah, karena kelemahan dan kelalaian, kemudian ia segera menyadarinya seperti yang dikatakan Adam alaihissalam:
23. Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami Telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya Pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. QS. Al A’raf.
70. Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS. Al Furqan.
"لا كبيرة مع الاستغفار، ولا صغيرة مع الإصرار"([46]).
Tidak ada dosa besar yang disertai istighfar, dan tidak ada dosa kecil, yang dilakukan dengan terus menerus. HR. Ad Dailamiy, Ath Thabrani
Sesungguhnya perintah Allah harus dijaga, dilindungi, dan diterima dengan penuh penyerahan, penghormatan dari seluruh manusia.
36. Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya Telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya Maka sungguhlah dia Telah sesat, sesat yang nyata. QS. AL Ahzab
65. Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, Kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. QS. An Nisa
Dan siapapun yang melakukan seperti yang dilakukan adalah iblis menolak perintah Tuhannya, atau mengungkapkan pandangannya yang berbeda dengan perintah Allah, atau memutuskan bukan dengang yang telah Allah putuskan. Maka ia berhak mendapatkan hukum yang pernah dijatuhkan kepada iblis, karena pengikut itu mengikuti hukum yang diikuti. Dan Allah swt telah melarang kita mengikuti dan mentaati syetan, dan menyebutkan sebagai ibadah. Firman Allah:
60. Bukankah Aku Telah memerintahkan kepadamu Hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu",
61. Dan hendaklah kamu menyembah-Ku. inilah jalan yang lurus.
62. Sesungguhnya syaitan itu Telah menyesatkan sebahagian besar diantaramu, Maka apakah kamu tidak memikirkan ?. QS. Yasin
Demikianlah, dengan memahami perberbedaan antara ma’siyat Adam alaihisalam dan ma’siyah iblis, penerapan Islam menempati posisi penitng dalam kehidupan.
Manusia senantiasa dinaungi dengan pertolongan Allah swt, dijaga dengan lindungan dan kasih sayang Allah jika berada dalam perintah-Nya, berjalan di atas ajaran-Nya. Ketika itulah diberikan anugerah Allah dalam bentuk barakah dan rahmat.
58. Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya Hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (kami) bagi orang-orang yang bersyukur. QS. Al A’
96. Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. QS. Al A’raf
Sedangkan ketika jauh dari kitabullah dan wahyu-Nya, maka tercabutlah selendang taqwa dan keamanan, menempatkan diri pada penyebab kesempitan dan kecelakaan.
124. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".
125. Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, Mengapa Engkau menghimpunkan Aku dalam keadaan buta, padahal Aku dahulunya adalah seorang yang melihat?"
126. Allah berfirman: "Demikianlah, Telah datang kepadamu ayat-ayat kami, Maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari Ini kamupun dilupakan". QS. Thaaha.
Dan Adam ketika berada dalam keindahan surga, berpakaian lengkap, bersenang-senang terpenuhi semua kebutuhannya primer maupun komplementer tanpa susah payah, demikian juga Hawa.
118. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang,
119. Dan Sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya". QS. Thaha.
Dan ketika keduanya makan buah, melanggar perintah Allah terbukalah auratnya, dan telanjang tanpa pakaian.
22. Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. tatkala keduanya Telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga….QS. AL A’raf.
إذا المرء لم يلبس ثياباً من التقى
:
تجرد عرياناً وإن كان كاسياً
Jika seseorang tidak mengenakan pakaian taqwa, maka ia bugil telanjang meskipun kelihatannya berpakaian
Inilah kaidah AL Qur’an yang mengungkapkan dengan tegas.
112. Dan Allah Telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; Karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian [47] kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. QS. AnNahl
Dapat diambil dari firman Allah:
Bahwa Adam alaihissalam sejak awal mula diciptakan adalah untuk menjadi penghuni bumi. Adapaun keberadaannya di surga saat itu adalah untuk waktu sementara, berbekal diri untuk dirinya dan anak cucunya dengan bimbingan yang diperlukan sebagai khalifah setelah itu. Firman Allah:
38. Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, Maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati".
39. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. QS. Al Baqarah.
Turunnya Adam alaihissalam adalah untuk menegakkan risalah di muka bumi. Ia turun tidak dengan kehinaan dan pengusiran, akan tetapi turun dengan disertai rahmat dan pertolongan Allah. Sebab sangat mungkin jika surga itu memang mejadi tempat menetapnya maka Allah akan menghukumnya dengan hukuman lain selain dikeluarkan darinya, seperti celaan, cibiran, atau keluar sementara dari surga, dll.
Akan tetapi Adam alaihissalam diciptakan dari tanah agar menjadi khalifah di sana berdasarkan teks Al Qur’an yang jelas. Tidak ada makhluk lain yang dapat mengelolanya, mengenali karakteristiknya. Karena Adamlah yang beasal dari tanah, kembali ke tanah, hubungannya dengan tanah adalah hubungan anak dengan induknya.
Seseorang pernah bertanya kepada Al Hasan Al Bashriy: “Adam itu diciptakan untuk berada di langit atau di bumi? Jawab Hasan: “Ia diciptakan untuk berada di bumi. Ia berkata: “Bagaimana pendapatmu jika Adam berpegang teguh dengan perintah Allah dan tidak makan buah itu? Jawab Hasan: “Pasti dia makan buah itu, karena ia memang diciptakan untuk menghuni bumi.[48]
Hadits dialog Adam dan Musa alaihimassalam menguatkan makna ini, seperti yang terdapat dalam shahih Al Bukhary dan Muslim. Dari Abu Hurairah ra berkata:
"حاج موسى آدم عليهما السلام فقال له: أنت الذي أخرجت الناس بذنبك من الجنة وأشقيتهم. قال آدم: يا موسى أنت الذي اصطفاك الله برسالته وبكلامه أتلومني على أمر قد كتبه الله علي قبل أن يخلقني أو قدره عليَّ قبل أن يخلقني. قال رسول الله r : فحج آدم موسى"([49]).
Nabi Musa berkata kepada Nabi Adam alaihimassalam: Engkaulah yang karena dosamu membuat manusia keluar dari surga dan sengsara. Adam menjawab: Wahai Musa, Engkaulah yang dipilih Allah dengan risalah, dan berdialog dengan-Nya. Apakah Engkau salahkan aku atas urusan yang telah Allah tetapkan atasku sebelum aku diciptakan. Rasulullah saw bersabda: Adam menjawab pertanyaan Musa dengan kuat.
Ibnu Katsir berkata: hadits ini diriwayatkan dengan banyak redaksi, dan focus dalam kitab shahihain dan lainnya adalah bahwa Nabi Musa menyalahkan Adam karena mengeluarkan dirinya dan anak cucunya dari surga. Adam berkata: Aku tidak mengeluarkan kamu semua dari surga, sesungguhnya yang mengeluarkan kalian adalah yang mengeluarkanku karena makan buah, yang telah menetapkan dan menentukan itu sebelum aku diciptakan adal Allah swt. Lalu mengapa kamu salahkan aku atas sesuatu yang tidak ada hubungannya denganku, lebih dari aku dilarang makan buah lalu aku memakannya. Pengeluaran dari surga sebagai konsekwensi hal ini bukanlah perbuatanku. Aku bukan mengeluarkan kalian, bahkan diriku sendiri dari surga. Sesungguhnya hal ini adalah keputusan Allah, yang pasti ada hikmahnya. Dari itulah Adam alaihissalam menjawab pertanyaan Musa.
Kemudian Ibnu Katsir berkata: Dan barang siapa yang mendustakan hadits ini, maka ia tergolong pembangkang. Hadits ini adalah hadits mutawatir dari Abu Hurairah ra, orang yang berada dalam puncak keadilan, hafalan dan ketelitian. Kemudian diriwayatkan pula dari para sahabat lainnya.
Kemdian jika Adam lupa dan makan buah yang dilarang mendekatinya, ternyata ia menyesali salahnya dan meminta ampunan Allah, dan Allah memberinya ampunan dan rahmat seketika itu pula. Dan semua bekas kesalahan telah bersih total dengan taubat ini.
37. Kemudian Adam menerima beberapa kalimat[50] dari Tuhannya, Maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. QS. AL Baqarah.
Maka Adam tidak turun ke muka bumi kecuali dengan lembaran bersih tidak ada bekas dosa dan salah. Maka tidak ada dosa warisan yang dibebankan di leher manusia sejak kelahirannya seperti yang difahami oleh gereja. Tidak ada juga penebus dosa seperti kata gereja bahwa Isa ibn Maryam disalib untuk menebus dosa manusia dari kesalahan Adam.
Kesalahan Adam adalah kesalahan pribadi yang dan selesai dengan taubat, dan Allah memilihnya menjadi nabi. Masalah keselahan sudah selesai tidak ada lagi yang tersisa, kecuali bekal pengalaman yang membantu manusia dalam pertarungan panjang sepenjang zaman.
122. Kemudian Tuhannya memilihnya[51] Maka dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk. QS. Thaaha
Tidak ada lagi kesalahan setelah bertaubat dan terpilih. Tidak ada lagi dosa warisan yang diterima anak cucu. Setiap orang menghadapi hidup ini dengan bersih tanpa dosa yang ia warisi. Tidak ada dosa yang membebani punggunnya. Firman Allah:
Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain [52]. QS. Fathir. 28
38. Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang Telah diperbuatnya, QS. AL Muddatstsir
Dan manusia dengan sikap perbuatanya sendiri akan dapat menjaga lembarannya ini tetap bersih sampai berjumpa kembali dengan Rabbnya. Dan sama saja bagi yang dapat menjaganya bersih atau menodainya dengan penyimpangan, maka ia tidak akan dihisab (diperhitungkan) kecuali yang telah ia perbuat sendiri, dan tidak ada urusan dengan perbuatan dosa orang lain.
39. Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang Telah diusahakannya,
40. Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya). QS.An Najm
13. Dan tiap-tiap manusia itu Telah kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. dan kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah Kitab yang dijumpainya terbuka.
14. "Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu Ini sebagai penghisab terhadapmu". QS. Al Isra
[1] Kuniyah adalah sebutan untuk seseorang yang dimulai dengan kata Abu, Ummu, atau Ibnu, misalnya Abu Bakar, Ummu Aiman, Ibnu Abbas. (penerjemah).
[2] Untuk kata Adam yang disandarkan dengan kata dzurriyyah dapat dilihat dalam surat Maryam (19) ayat 58. (penerjemah).
[3] Dua ayat yang lain adalah Al-Hijr (15): 26 dan As-Sajdah (32): 7.
[4] Ayat-ayat lainnya adalah Ar-Rum (30): 20, Fathir (35): 11, Ghafir (40): 67.
[5] Ayat-ayat lainnya adalah Al-A’raf (7): 12, As-Shafat (37): 11, Shad (38): 71 & 76, dan Al-Isra (17): 61.
[6] Lihat Tafsir Al-Qurthubi : I/282, di dalamnya tersebut tabi’in yang dimaksud yaitu Ikrimah, Qatadah, Mujahid dan Ibnu Jubair rahimahumullah. (penerjemah).
[7] Tafsir Al-Qurthubi: I/284.
[8] Al-Kasyaf – Lihat: Adam as, Al-Bahi Al-Khuli.
[9] Al-Muharrar Al-Wajiz.
[10] Al-Insan fil Quran, Ustadz Abbas Mahmud Al-‘Aqqad.
[11] Yakni hadits yang diriwayatkan dari Ummul mu’minin Shafiyyah binti Huyay ra:
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنْ الْإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ (Sesunggunya setan berjalan pada diri manusia seperti aliran darah…) (HR. Bukhari & Muslim). (Penerjemah).
[12] Di belakang tabir artinya ialah seorang dapat mendengar kalam Ilahi akan tetapi dia tidak dapat melihat-Nya seperti yang terjadi kepada nabi Musa a.s.
[13] Musnad Imam Ahmad: V/178, cetakan Al-maktab Al-islami, Beirut.
[14] Maksudnya beliau tidak merasa bangga karena hal itu beliau peroleh semata-mata karena pemberian Allah swt. Dan beliau menyampaikannya semata menaati perintah-Nya agar diketahui oleh ummatnya. (Lihat Tuhfah Al-Ahwadzi tentang syarah hadits ini – Penerjemah).
[15] Maksudnya: karena Rasulullah saw adalah makhluk Allah swt yang paling terpuji, maka beliau pantas mendapatkan panji atau bendera pujian tersebut. (Penerjemah).
[16] Juga diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Majah. Lihat: Al-Fath Al-Kabir: I/274, cetakan Al-Halabi.
[17] Ibnu ‘Asakir dalam At-Tarikh dari Anas. Lihat: Faidul Qadir III/961.
[18] Kata “mengutus” menunjukkan ada ummat atau objek dakwah bagi setiap nabi. Ini menunjukkan bahwa seorang nabi ditugaskan untuk menyampaikan (tabligh) kepada ummatnya. (Penerjemah).
[19] Shahih Muslim: Kitab Al-Imarah. Lihat: An-Nawawi ‘ala Muslim: XII/234, Mathba’ah Mishriyyah.
[20] Ada 5 ayat Al-Quran yang mengandung ungkapan “Ya Bani Adam”: empat ayat di surat Al-Araf (surat ke-7) yaitu ayat 26, 27, 31 dan 35, dan satu ayat di surat Yasin (surat ke-36) ayat 60. (Penerjemah).
[21] Shahih Bukhari: Kitab At-Tauhid, Bab Firman-Nya “Allah berbicara kepada Musa” hadits No 6962; Shahih Muslim: Kitab Al-Iman, Bab Kedudukan Terendah Penghuni Surga, hadits No 287. Teks di atas adalah lafazh Muslim.
[22] Hal 45, cetakan ke-empat.
[23] Tafsir Ar-Razi: V/267, cetakan kedua – 1324 H ketika menafsirkan ayat-ayat di surat Al-Fajr.
[24] Ta’wil dalam hal ini maksudnya: beralih dari makna yang lebih kuat (misalnya makna hakiki) ke makna yang lebih lemah (misalnya makna kiasan). Ta’wil baru dibenarkan jika ia didukung oleh dalil yang kuat. (Penerjemah).
[25] Kitab: Adam alaihis salam, hlm 124, cetakan ke-3 – 1394 H.
[26] Tafsir At-Thabari I/157 cetakan ke-3, th 1398 H.
[27] Mukaddimah Ibnu Khaldun, hlm 191, cetakan IV, thn 1398 H.
[28] تفسير أبو السعود ، ج 1/ ص: 81-82 .
[29] المرجع السابق، ص: 81
[30] انظر: في ذلك كتب التفسير لهؤلاء العلماء عند تفسير أية الخلافة في سورة البقرة .
[31] تفسير الخازن ، ج 1/ ص: 40 .
[32] انظر: " كتاب حقائق الإسلام وأباطيل خصومه " للأستاذ العقـاد ، ص: 27 ، ط دار الهلال .
[33] تفسير القرطبي: ج 1/ ص: 273 .
[34] bapak Yusuf a.s. ialah Ya'qub putera Ishak putera Ibrahim a.s.
[35] مع الأنبياء في القرآن الكريم – عفيف طبارة 43 .
[36] ibid
[37] yang dimaksud dengan air yang hina ialah air mani.
([38]) البراز عن حذيفة، والجعلان دويبة سوداء تعيش على القاذورات، فإذا شمت رائحة طيبة ماتت، انظر فيض القدير ج 5/ص: 37 .
([39]) رواه مسلم عن أبي هريرة في حديث طويل أوله "من نفس عن مؤمنٍ كربةٍ .." والدارمي ج 1 / ص : 99 ، ط دار الفكر .
([40]) مسند الإمام أحمد، ج 2 / ص: 361 ، ط بيروت .
[41] adalah menjadi kebiasaan orang-orang Arab Jahiliyah setelah menunaikan haji lalu Bermegah-megahan tentang kebesaran nenek moyangnya. setelah ayat Ini diturunkan Maka memegah-megahkan nenek moyangnya itu diganti dengan dzikir kepada Allah.
[42] inilah doa yang sebaik-baiknya bagi seorang muslim.
[43] Maksudnya: janganlah saya dan anak cucu saya dimatikan sampai hari kiamat sehingga saya berkesempatan menggoda Adam dan anak cucunya.
[44] [1304] yang dimaksud dengan mukhlis ialah orang-orang yang Telah diberi taufiq untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah s.w.t.
[45] [499] maksudnya syaitan-syaitan jenis jin dan manusia berupaya menipu manusia agar tidak beriman kepada nabi.
([46]) الديلسي في مسند الفردوس، والطبراني. انظر فيض القدير جـ 6 ص 437 .
[47] Maksudnya: kelaparan dan ketakutan itu meliputi mereka seperti halnya Pakaian meliputi tubuh mereka.
[48] سير أعلام النبلاء ، ج 4 / ص: 581
([49]) رواه البخاري ومسلم وغيرهما .
[50] tentang beberapa kalimat (ajaran-ajaran) dari Tuhan yang diterima oleh Adam sebahagian ahli tafsir mengartikannya dengan kata-kata untuk bertaubat.
[51] Maksudnya: Allah memilih nabi Adam a.s. untuk menjadi orang yang dekat kepada-Nya.
[52] Maksudnya: masing-masing orang memikul dosanya sendiri-sendiri.
No comments:
Post a Comment