Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Friday, August 16, 2013

Ikhwanul Muslimin Desak Mesir Mengakui Kemerdekaan Indonesia

Sedih, marah, dan rasa berduka cita yang mendalam berbaur menjadi satu saat melihat saudara – saudara muslim nun jauh disana, di negeri Piramida, Mesir, disaat seharusnya merayakan kemenangan di hari yang Fitri, justru sedang mengalami tragedi paling pahit sepanjang sejarah bangsa Mesir di abad 21 ini.

Tercatat, hingga hari ini, kudeta militer Mesir pimpinan jenderal As’Siisi telah membunuh banyak warga sipil Mesir yang melakukan demonstrasi damai menuntut dikembalikannya Presiden sah Mesir yang lahir dari rahim demokrasi murni, Muhammad Mursi.

Bagi saya yang memang bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa, tragedi ini adalah sebuah kejahatan terburuk dan tragedi kemanusiaan terpahit di masa sekarang. Mesir yang tengah membangun puing – puing demokrasi yang berorientasi untuk rakyat pasca ditumbangkannya rezim Mubarak, Mesir yang sedang menantikan sebuah era baru sebuah negara yang berdaulat berdasar nilai – nilai demokrasi, kini malah menjadi negeri yang mempertontonkan rejim represif dan tindakan kejahatan kemanusiaan yang ditunjukkan oleh militer Mesir.

Jutaan demonstran Mesir yang dengan cara – cara damai mengkampanyekan dikembalikannya Muhammad Mursi sebagai presiden sah mesir, dibalas dengan serangan senjata membabi – buta dari militer Mesir.

Data terbaru, bahkan beberapa pimpinan pro Mursi dari kalangan Ikhwanul Muslimin mulai dibantai dan ditangkapi satu persatu. Pun dengan para awak media yang mencoba meliput kejahatan kemanusiaan ini secara obyektif, secara tragis ditangkapi, dan bahkan sampai ada awak media yang menjadi korban.

Sekali lagi, potret Mesir saat ini adalah potret buram pelaksanaan demokrasi.

Well, dan sampai saat ini, terkecuali kampanye di berbagai media sosial yang terus digelorakan oleh sabagian besar masyarakat, Indonesia belum secara tegas menyatakan untuk menentang kudeta militer Mesir dan mendukung pemerintahan sah Mesir dari rahim demokrasi. Padahal, jika kita berkaca pada sejarah Indonesia, Mesir dan Indonesia sudah memiliki hubungan yang sangat erat satu sama lain.

Saya hanya ingin menyampaikan beberapa fakta sejarah tentang hubungan dekat Mesir dan Indonesia yang diambil dari berbagai sumber, disertai dengan pelengkap visual.

1. Perdana Menteri merangkap Menteri Luar Negeri Mesir menandatangani pengakuan Kemerdekaan dan Kedaulatan Republik Indonesia disaksikan HA Agus Salim (Menteri Luar Negeri) dan AR Baswedan (Kakek Anies baswedan, Rektor Paramadina) saat itu beliau menjabat sebagai Menteri Muda Penerangan.



2. Sebagai tindak lanjut untuk pengakuan kemerdekaan Indonesia, tokoh nasional saat itu, HA Agus Salim dan Perdana Menteri merangkap Menteri Luar Negeri Mesir serta AR Baswedan sedang mendiskusikan isi naskah pengakuan kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia.

3. Dukungan untuk kemerdekaan Indonesia juga muncul dari pemimpin Ikhwanul Muslimin mesir, Hasan Al Bana. Saat itu, Sutan Syahrir dan Delegasi Indonesia Bertemu Syeikh Hasan Al Banna (pemimpin Ikhwanul Muslimin) Bagi Memperoleh Dukungan Perjuangan Revolusi Fisik Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1947.

4. Sebagai upaya mendukung kemerdekaan Indonesia, Komite Pembela Kemerdekaan Indonesia Di Mesir pun dibentuk, yang Terdiri Dari Tokoh - tokoh Mesir, Arab dan Islam Yang Diketuai Jenderal Saleh Harb Pasya Dengan Anggota Syeikh Hasan Al Banna dan sebagainya.

5. Sebagai bentuk dukungan, bahkan utusan Liga Arab Mohammad Abdul Moneim, tokoh Mesir datang ke Indonesia yang diterima Sri Sultan Hamengkubuwono IX Sultan Jogjakarta Di Ibukota Perjuangan Republik Indonesia.

6. Dukungan pengakuan kemerdekaan bagi Indonesia juga muncul, sehingga Bung Sjahrir ditemani Mr. Natsir Pamoentjak dan penulis menyampaikan ucapan terima kasih Indonesia terhadap dukungan Ikhwan al-Muslimun yang kuat sekali kepada Sheikh Hasan Al-Banna (berjenggot) ketua umumnya, di pusat Organisasi ini. *Jika di kantor pusat organisasi ini, artinya di gedung Syubban al-Muslimin (kini) kawasan Tahrir.

7. Menteri Luar Negeri Indonesia Haji Agus Salim Bersama Duta Besar Indonesia Pertama Di Mesir H.M. Rasyidi Berbincang Dengan Syeikh Hasan Al Banna Bagi Memperoleh Dukungan Perjuangan Revolusi Fisik Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1947 Di Kairo.

8. Hubungan Mesir dan Indonesia semakin harmonis, tatkala perdana Menteri Indonesia Mohammad Natsir Diapit Oleh Al Hajj Amin Al Husainy Mufti Jerusalem Dan Hasan Ismail Al Hudhaiby Mursyid Am Ikhwanul Muslimin.

9. Hubungan Mesir dan Indonesia semakin harmonis, tatkala perdana Menteri Indonesia Mohammad Natsir Diapit Oleh Al Hajj Amin Al Husainy Mufti Jerusalem Dan Hasan Ismail Al Hudhaiby Mursyid Am Ikhwanul Muslimin.

10. Abdul Kahar Muzakkir delegasi Indonesia dalam Konferensi Umum Islam tentang “Perkembangan Kondisi Di Palestina” yang berlangsung di Jerusalem pada bulan Desember 1931-Januari 1932. Konferensi ini dikenal dengan nama “Konferensi Bouraq”. Abdul Kahar Muzakkir lulusan Al Azhar Kairo yang kemudian menjadi anggota Panitia Sembilan yang merumuskan Piagam Jakarta cikal bakal dasar negara Indonesia.

11. Mesir dan Indonesia makin akrab, dalam suatu kesempatan, Menteri Luar Negeri Indonesia Haji Agus Salim di Gedung Majelis Syuro Mesir di Kairo tahun 1946.

12. Perjuangan paling mengesankan adalah agenda Misi Diplomatik Indonesia Kali Pertama Ke Mesir. Saat itu Soetan Sjahrir (Bung Sjahrir) hanya mengenakan selembar pakaian lolos dari hadangan Belanda. Demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia tercinta. Di dalam gambar ini terselip wajah pendahulu dan senior Pelajar dan Mahasiswa Indonesia di Mesir.

Itulah beberapa fakta tentang hubungan erat Negeri Mesir dan Indonesia, semoga kita faham dan turut mendoakan tragedi kemanusiaan yang sedang terjadi di Mesir saat ini, dan secara terang – terangan mendukung Presiden Muhammad Mursi yang menjadi Presiden sah bagi rakyat Mesir.

Kudeta ini harus segera dihentikan. Karena Mesir adalah sahabat Indonesia. Cinta Mesir, Cinta Indonesia [#RabaaMassacre, #SaveEgypt].

Dwi Purnawan Almunir

No comments:

Post a Comment