Proses
belajar dan mengajar adalah fenomena yang kompleks, sehingga diperukan strategi
khusus untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum,
menyampaikan isi dan memudahkan proses belajar. Oleh karena itu, di dalam dunia
pendidikan dan bisnis banyak diwacanakan dan diujicobakan quantum learning, quantum teaching, accelerated learning, active
learning, quantum business, dll.Nah, pada bagian ini, kita akan mengulas
tentang quantum teaching.
DePorter,
dkk, memaknai quantum sebagai
interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya dimana semua kehidupan adalah energi.
Dalam teori fisika quantum
sebagaimana dikemukakan oleh Einstein bahwa energi adalah -massa kali kecepatan
cahaya- yang biasa ditulis E = mc2. Interaksi ini mencakup
unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa dan
mengubah kemampuan dan ketakutan alamiah siswa menjadi cahaya (baca: motivasi)
yang akan bermanfaat untuk mereka sendiri dan orang lain. Masih menurut
DePorter, dkk, quantum teaching
dengan demikian merangkaikan yang paling baik dari yang terbaik menjadi paket
multisensori, multikecerdasan, dan kompatibel dengan otak yang pada akhirnya
akan melejitkan kemampuan guru untuk mengilhami dan meningkatkan kemampuan anak
didik untuk berprestasi.
Quantum teaching bersandar pada konsep “bawalah dunia
mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Konsep ini
menegaskan tentang pentingnya memasuki dunia siswa sebagai langkah pertama
untuk membangun jembatan autentik memasuki dunia mereka. Belajar melibatkan
seluruh aspek kepribadian manusia -pikiran, perasaan dan bahasa tubuh-
disamping pengetahuan, keyakinan, serta persepsi masa yang akan datang. Dengan
demikian, karena belajar berkaitan dengan orang secara keseluruhan, maka hak
untuk memudahkan belajar tersebut juga harus diberikan oleh siswa dan diraih
oleh guru. Jadi, tindakan memasuki dunia mereka akan memberikan peluang kepada
seorang guru untuk memimpin, menuntun dan memudahkan mereka menuju kesadaran
dan ilmu yang lebih luas.
Quantum teaching memiliki lima prinsip yang merupakan
struktur dasar dari simphoni belajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
1. Segalanya berbicara, dari mulai ruang
kelas sampai bahasa tubuh seorang guru semuanya mengirim pesan tetang belajar.
2. Segalanya bertujuan, semua hal yang
dilakukan oleh guru terhadap siswa memiliki tujuan positif agar mereka memiliki
kesadaran akan ilmu pengetahuan yang luas.
3. Pengalaman sebelum pemberian nama,
proses belajar mengajar paling baik terjadi tatkala siswa telah mengetahui
informasi sebelum mereka memperoleh bahan ajar yang mereka pelajari. Hal ini
akan memicu rasa ingin tahu siswa, sehingga dia berusaha menggali lebih banyak
dari apa yang sekedar disampaikan guru.
4. Akui setiap usaha, belajar berarti
melangkah keluar dari zona nyaman dan inilah yang harus dijalani oleh para
pembelajar sejati. Pada saat siswa mampu mengambil langkah ini, mereka patut
mendapatkan pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
5. Jika layak dipelajari, maka layak
pula dirayakan, perayaan atas suatu keberhasilan adalah umpan balik mengenai
kemajuan dan meningkatkan asosiasi positif dengan belajar. Perayaan dalam hal
ini boleh dikatakan merupakan sarapan bagi para juara.
Membangun Suasana yang Kondusif untuk Belajar
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa lingkungan sosial atau suasana kelas adalah
penentu psikologis utama yang mempengaruhi belajar akademis. Oleh karena itu,
seorag guru penting untuk membangun suasana yang kondusif untuk belajar, di
kelas maupun di luar kelas. Berikut ini adalah beberapa tips yang bisa
dilakukan untuk membangun suasana yang kondusif untuk belajar
1. Kekuatan niat. Ketulusan niat seorang
guru dalam mendidik dan kepercayaan akan kemampuan serta motivasi siswa harus
diperlihatkan dengan jelas. Siswa sebenarnya dapat “menangkap” dengan cepat dan
akurat pandangan guru daripada mereka “menangkap” apapun yang diajarkan guru.
Jadi seorang guru harus berlatih untuk mengubah paradigma terhadap semua siswa,
bahwa mereka adalah siswa-siswa yang potensial bukan siswa-siswa yang bodoh.
Berinteraksi seperti ini akan memunculkan energi positif dilakangan siswa-siswa.
Kunci kepercayaan terhadap kemampuan siswa dilandasi oleh niat yang tulus dalam
mendidik mereka.
2. Menumbuhkan rasa simpati dan saling
pengertian. Membangun ikatan emosional antara guru dengan siswa juga mampu
menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan dan menyingkirkan
segala ancaman dari suasana belajar. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa siswa
lebih banyak belajar jika pelajarannya memuaskan, menantang, serta gurunya
ramah. Untuk meciptakan kondisi ini perlu dijalin rasa simpati dan saling
pengertian sehingga akan membuka jembatan penghubung dunia guru dengan dunia siswa.
Sejauh apa guru memasuki dunia siswa, maka sejauh itu pula pengaruh yang
dimiliki guru dalam kehidupan mereka.
3. Pengambilan resiko. Semua orang tentu
suka berada di zona nyaman karena didalamnya mengandung semua hal yang membuat
seseorang nyaman dan tidak mengandung resiko. Sebagai contoh, seorang guru
nyaman mengajar dengan gaya tertentu, misalnya ceramah dan diskusi dan dia
merasa tidak nyaman jika harus membuat model baru dalam mengajarnya. Bisa
dipastikan bahwa suasana belajar akan penuh dengan rutinitas yang monoton dan membosankan.
Paradigma yang harus dibangun dalam menyikapi fenomena ini adalah bahwa belajar
itu selalu mengandung resiko, setiap kali seseorang berpetualang untuk belajar
sesuatu yang baru, maka dia potensial mengambil resiko besar diluar zona nyaman
dia. Dalam hal ini, seorang guru dituntut untuk aktif dalam melakukan
inovasi-inovasi baru dalam mengajar.
4. Rasa saling memiliki. Rasa saling
memiliki sejati (kesatuan tim) membuat orang memiliki kekuatan lebih untuk
berjuang dalam zona yang tidak nyaman (baca: belajar). Kondisi ini juga
menciptakan dukungan dan perhatian satu sama lain, baik sesama siswa maupun
guru dengan siswa. Maka tradisi yang harus dibangun di kelas adalah tradisi
kebersamaan, bukan individualisme. Semakin besar ikatan emosional dan
tanggungjawab mereka, semakin kuat dampaknya terhadap kesuksesan belajar
mereka.
5. Keteladanan. Guru adalah teladan,
kaidah ini bukan sekedar filosofi namun merupakan sebuah keharusan. Semakin
banyak teladan yang diberikan oleh guru, semakin besar keinginan mereka untuk mencontoh
dan semakin besar pula kepercayaan mereka terhadap guru. Keteladanan guru akan
mampu membangun hubungan harmonis, memperbaiki kredibilitas dan meningkatkan
pengaruh positif bagi siswa.
6. Lingkungan yang nyaman dan kondusif.
Lingkungan kelas akan mempengaruhi kemampuan siswa menyerap informasi. Penataan
kelas seperti poster ikon akan menampilkan isi pelajaran secara visual, poster
afirmasi mampu menguatkan dialog internal siswa. Alat bantu belajar dapat
menghidupkan gagasan abstrak dan mengikutsertakan pelajar kinestetik.
Pengaturan kursi belajar akan mendukung hasil belajar dan tidak bosan. Musik
membuka kunci keadaan belajar optimal dan mampu membantu menciptakan asosiasi.
Gaya lain yang dapat digunakan adalah membuat jurnal, kerja kelompok dan transisi.
Merancang Pengajaran yang Dinamis
Asas utama
quantum teaching, sebagaimana telah
disebutkan diawal yakni kemampuan seorang guru untuk menjembatani jurang antara
dunia guru dan dunia siswa. Jika jembatan ini tidak dibangun, maka siswa tidak
dapat memahami AMBaK (Apa Manfaat BagiKu) dari pengajaran yang disampaikan
guru. Perancangan pengajaran membantu guru untuk membangun jembatan tersebut.
Semua
orang tentu memiliki kecenderungan terhadap modalitas tertentu, apakah Visual,
Auditorial, atau Kinestetik (V-A-K) termasuk kita sebagai seorang guru.
Seseorang juga memiliki kecenderungan modalitas mengajar sesuai dengan
modalitas belajarnya. Jika kita pelajar yang cenderung visual, maka kita akan
cenderung akan menjadi guru yang visual juga, dan hal ini juga berlaku untuk
modalitas yang lain secara alamiah. Tetapi tidak demikian dengan siswa kita.
Dari sekian siswa yang kita didik, kecil kemungkinan memiliki kesamaan
modalitas dengan gurunya. Oleh karena itu seorang guru harus mampu mencerminkan
kecenderungan kolaborasi antara ketiga modalitas tersebut. Seorang guru melalui
serangkaian pengamtan yang panjang terhadap kecenderungan modalitas siswa dapat
dengan mudah membuat kelompok kecil belajar dengan kelompk visual, auditorial
atau kinestetik. Artinya membuat kelompok-kelompok kecil yang disesuaikan
dengan kecenderungan modalitas siswanya.
Dengarkan
diri anda setiap menyertakan mereka dalam sebuah momen, menciptakan pengalaman
belajar yang menarik untuk siswa dalam momen-momen yang mengandung pelajaran. Siswa
dapat menangkap informasi saat mereka penasaran dan merekapun menyukainya. Mereka
akan tumbuh dengan multy-intelegence
mereka sebagaimana guru mensugestikan hal tersebut, sebagaimana guru memberikan
keteladanan dan sebagaimana gambaran-gambaran kesuksesan dalam dunia mereka.
Tips Presentasi Efektif
Presentasi
merupakan salah satu gerbang komunikasi dalam proses belajar mengajar.
Perkataan dan cara seorang guru presentasi akan sangat berpengaruh terhadap
cara siswa menerima pelajaran yang diberikan. Kemampuan seorang guru dalam
berkomunikasi jika digabungkan dengan rancangan kurikulum yang efektif akan
memberikan pengalaman belajar yang dinamis bagi siswa. Tugas seorang guru
adalah sedapat mungkin menyajikan kurikulum dengan penuh minat, pesona, dan
antusias agar siswa mampu memahami AMBaK dari setiap kurikulum yang diberikan.
Keterampilan komunikasi juga tak kalah penting untuk dibangun. Dengan
menerapkan keterampilan penyesuaian modalitas, membangun citra positif,
mengarahkan fokus, terbuka, dan spesifik dengan tindakan nonverbal (bahasa
tubuh) yang selaras dalam paket presentasi (mengajar) yang bervariasi akan
menambah kejelasan komunikasi guru dan tentu saja menimbulkan komunikasi yang
efektif diantara guru dengan siswa.
Keterampilan Belajar
Apapun
pelajarannya, siswa dapat belajar lebih cepat dan lebih efektif jika mereka
menguasai keterampilan penting dalam belajar, yakni: konsentrasi terfokus,
keterampilan mencatat, organisasi belajar dan persiapan tes, membaca cepat dan
teknik mengingat. Dengan mengajarkan siswa cara berkonsentrasi, mencatat yang
efektif, belajar untuk ujian, meningkatkan kecepatan membaca, pemahaman dan
kemampuan mereka untuk menghafal, secara tidak langsung telah mengajarkan cara
menjadi pelajar yang sukses dalam karir akademis.
Dengan
mengetahui gaya belajar masing-masing, siswa dengan mudah dapat menyerap bahan
pelajaran dengan cara terbaik yang dapat mereka lakukan. Mereka dapat menyusun
materi secara efisien dengan menggunakan peta pikiran (mind mapping), catatan: TS (tulis dan susun dengan bahasa sendiri
serta dihubungkan dengan emosi atau kejadian yang mudah diingat), dan belajar
memutar (circuit learning) karena
hampir setiap hari mereka dihadapkan pada informasi yang hampir sama, sehingga
perlu melakukan circuit learning untuk
mengingat kembali informasi yang telah diperoleh.
Sukses
dengan praktik, tentu, karena ini merupakan anugerah terbaik yang mampu
diberikan seorang guru terhadap siswanya. Bahwa seorang guru tentu sangat
menginginkan kesuksesan untuk siswa-siswanya. Persahabatan (ikatan emosional)
antara guru dengan siswa tidak dapat diukur dengan hasil nilai tes standar,
namun diukur dari nilai kedekatan emosi itu sendiri. Mempersiapkan siswa untuk
menjadi pembelajar sejati adalah pekerjaan yang sangat mulia, namun kenyataannya
hanya sedikit orang saja yang mampu mencapainya. Tekanan dan tuntutan sistem
pendidikan yang kadang tidak bersahabat dan dukungan komunitas pendidikan yang
semakin melemah akan membuat tugas mulia ini semakin menantang.
Namun, apapun kondisinya,
seorang guru harus senantiasa memiliki kekuatan untuk mengubah kehidupan
orang-orang demi meraih kesuksesannya dimasa depan.
Reference:
Bobby De Porter, Mark
Reardon, & Sarah Singer Nourie. 2003. Quantum
teaching. Mizan Pustaka: Bandung.
No comments:
Post a Comment