Suatu
ketika, bekal perjalanan telah berkurang sehingga para sahabat menemui Nabi saw
dan meminta ijin untuk menyembelih unta-unta mereka. Nabi saw mengijinkannya.
Umar bertemu dengan mereka dan menceritakan persoalan itu kepadanya. Umar
berkata, “Bagaimana kalian bertahan hidup
bila unta-unta kalian disembelih?” kemudian Umar menemui Rasulullah saw dan
berkata “Ya Rasulullah, bagaimana mereka
bertahan hidup setelah unta-unta mereka disembelih?” Rasulullah saw lalu
memberi Umar perintah “Panggil mereka dan
kumpulkan semua bekal makanan mereka yang masih tersisa.” Dan selimut pun
dihamparkan lalu semua bekal perjalanan yang tersisa dikumpulkan di atasnya.
Rasulullah saw berdiri memohon kepada Allah agar memberkahi makanan mereka,
setelah itu beliau menyuruh semua orang membawa peralatan makan mereka untuk
mengambil bagian makan mereka secukupnya dan ternyata makanan itu mencukupi
untuk semua. Subhanallah. Setelah itu Rasulullah saw bersabda “aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah dan bahwa aku adalah utusan Allah” (Diriwayatkan oleh Salamah bin
Akwa ra.)
Inilah
contoh bagaimana suatu persoalan yang pelik tetapi ketika ditangani dengan amal
jama’i dan saling menolong maka terbukalah jalan keluar. “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan Allah
dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang
tersusun kokoh.” (QS. As-shaff: 4)
Amal
jama’i yakni melakukan kegiatan yang dilakukan secara kolektif (bersama) dimana
anggota bekerja secara sinergi sehingga terbentuk tim yang tangguh untuk
mencapai tujuan bersama.
Tips Untuk Beramal Jamai(1)
1.
Kenali
diri dan arti diri (who am I)
Anda punya jari? Kemampuan jari anda
akan dapat mengangkat beban yang berat sampai puluhan kilo bila jari itu
bergabung, bersinergi dan saling menyatukan kekuatan dengan tangan dan anggota
tubuh lainnya. Namun bila hanya satu jari digunakan untuk mengangkat beban
niscaya dia tidak akan mampu mengangkatnya. Intinya bahwa kekuatan amal jama’i
itu terletak pada bergabung dan bersinerginya seluruh potensi dan kekuatan yang
ada baik dalam kerja-kerja dakwah ataupun yang lainnya. Anda pernah melihat
perilaku semut yang mampu membawa beban yang lebih besar dari badannya? Dan
coba anda perhatikan bahwa ternyata semut-semut itu selalu bersama-sama
mengangkat beban yang berat.
2.
Sabar
dalam kebersamaan
Raihlah tujuan bersama. Hindari
tujuan individu atau mencari keuntungan pribadi yang mengorbankan tujuan
bersama. Target amal jama’i akan gagal jika masing-masing individu disibukkan
oleh targetan-targetan individu. Jika terjadi ketidaksetujuan dengan teman anda
dalam beramal jama’i, sampaikanlah dengan cara yang baik jangan ada niatan
untuk membangkang atau menyimpang. Sikap seperti ini tidak akan menguntungkan
baik secara pribadi maupun jama’ah. Kondisi seperti ini sebenarnya merupakan
peluang untuk melatih diri berinteraksi dengan orang yang berbeda dengan anda.
Hindarkan untuk saling tuding dan melempar tanggungjawab sebab hal ini akan
melemahkan kekuatan kelompok dan pada gilirannya faktor inilah yang akan memicu
perpecahan kelompok. Untuk itu, fokuskan perhatian anda pada kerjanya atau
programnya, sebab pada dasarnya amanah merealisasikan program organisasi adalah
tugas bersama, bukan tugas individu.
3.
Proaktif-kontributif
Maksud proaktif-kontributif disini
adalah proaktif dan berkontribusi terhadap program-program kelompok. Katakan “what can I do for you” jangan “what will I get from this work”. Orang yang proaktif
adalah orang yang ingin maju, punya semangat, dan orang yang punya peluang
untuk dapat beramal jama’i. Anda datang kepada teman anda dengan bahasa tubuh
yang penuh semangat, dan terlihat oleh teman anda maka Insya Allah semangat
anda akan menular kepada teman anda. Sebaliknya bagi orang yang memiliki
keinginan individu lebih dominan, lambat laun keinginan pribadi anda akan terasa
oleh teman anda sehingga kerja-kerja jama’i anda akan punya masalah.
4.
Apresiasi
sukses bersama
Apresiasikan kesuksesan kelompok anda
sekecil apapun. Hal ini akan membangkitkan energi positif yang kemudian akan
memancing semangat untuk mengerjakan sesuatu yang lebih besar dan berat.
Kadangkala motivasi seseorang akan terbit tatkala merasakan atau melihat
kesuksesan orang lain. Ingatlah Allah pun menghimbau untuk menyebut-nyebut
nikmat-Nya “Dan terhadap nikmat Tuhanmu
maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).” Untuk itu,
ungkapkanlah kata-kata pujian atas keberhasilan kelompok anda seperti
subhanallah, bagus, alhamdulillah kita sudah mencapai prestasi ini. Sebagai
bentuk apresiasi yang lain yakni mengadakan syukuran sukses bersama.
5.
Terbuka
Jadilah orang yang terbuka diri untuk
menerima berbagai masukan atau kritikan, sebab kebaikan dan kesuksesan akan
kita peroleh secara bertahap. Setiap tahap biasanya terbuka peluang salah.
Perbaikan kesalahan baik yang disadari secara spontan maupun yang tanpa
disadari lewat teguran atau masukan dari orang lain merupakan jendela menuju
kebaikan dan keistimewaan. Belajarlah dari Abu Dzar Al-Ghifari karena ia pernah
meminta nasihat kepada Rasulullah saw “nasihatilah
aku ya Rasulullah...” begitu pintanya. Hal yang tidak kalah penting yakni
jangan menyalahkan diri sendiri ketika menjadi penyebab ketidaksuksesan dalam
kerja kelompok, tapi jadikanlah kesalahan diri anda untuk mengetahui dimana
anda harus memperbaiki diri.
6.
Memperbaharui
keimanan
Keimanan akan memberikan semangat dan
melanggengkan amal jama’i. Iman yang lemah rentan terhadap lurusnya motivasi
(niat). Bisa saja ditengah-tengah amal jama’i terjadi perubahan orientasi
menjadi orientasi pribadi. Al imanu
yazidu wayanqush, fayujadidu bi laa ilaha illa Allah (iman itu naik dan turun,
maka perbaharuilah ia dengan laa ilaha
illa Allah).
Dalam
konteks dakwah, harus dipahami bahwa dakwah adalah sebuah sistem dimana amal
jama’i lebih efektif dibandingkan dengan dakwah fardhiyah yang dilakukan
perseorangan tanpa terkoordinasi dengan baik. Untuk menuju kearah sistem amal
jama’i yang baik diperlukan penyamaan visi dasar. Beban dakwah ini terlalu
berat jika dipikul seorang diri. Disinilah terasa pentingnya kebersamaan dalam
memikul amanah dakwah, pentingnya partner
dalam melaksanakan kerja di jalan dakwah. Bahkan sebenarnya, kebersamaan itu
menjadi fitrah manusia pada umumnya apalagi para du’at yang lapangan kerjanya tidak terbatas.
Rasulullah
saw menumbuhkan ruh jama’ah para sahabatnya sejak periode pertama dakwah dengan
tarbiyah di rumah Arqam bin Abil Arqam. Penataan gerak dilakukan bersama-sama
dalam suatu koordinasi yang rapi. Sejak dini Rasulullah saw telah memberikan
keteladanan bagaimana memulai langkah awal di medan dakwah. Ukhuwah mendapatkan
porsi yang penting dalam rangka mewujudkan amal jama’i ini.
Anis
Matta (2006) mengatakan bahwa kita hidup dalam sebuah zaman yang oleh
ahli-ahlinya dicirikan sebagai masyarakat jaringan, masyarakat organisasi.
Semua aktivitas manusia dilakukan didalam dan melalui organisasi: pemerintahan,
politik, militer, bisnis, kegiatan sosial kemanusiaan, rumah tangga, hiburan,
dll. Itu merupakan fenomena dan kata kunci yang menjelaskan bahwa masyarakat
modern hidupnya sangat efektif, efisien, dan produktif. Mereka bekerja dengan
kesadaran bahwa keterbatasan yang ada pada setiap individu sesungguhnya dapat
dihilangkan dengan mengisi keterbatasan mereka dengan kekuatan-kekuatan yang
ada pada individu lain. Jadi, kebutuhan setiap manusia untuk bekerja atau
beramal jama’i bukan hanya lahir dari kebutuhan untuk meningkatkan efektivitas,
efisiensi, dan produktivitasnya, tapi juga lahir dari kebutuhan untuk bekerja
dan beramal jama’i yang setara dengan tantangan zaman dewasa ini(2).
Coba
bayangkan seandainya para aktivis dakwah tidak mau beramal jama’i, mereka lebih
suka bekerja sendiri-sendiri, tanpa organisasi, tanpa manajemen, tanpa jama’ah,
apa yang akan terjadi? Sementara musuh-musuh Islam mengelola dan mengorganisasi
pekerjaan-pekerjaan mereka dengan sangat rapi. Ingatlah ketika Umar ra.
mengatakan bahwa “kebaikan yang tidak
terorganisir akan terkalahkan oleh kejahatan yang terorganisir.”
Adapun
indikator amal jama’i dapat terlihat dari beberapa aspek berikut(1):
1.
Meyakini
hasil kerja bersama lebih baik daripada hasil kerja sendirian, sehingga
keberkahan hasil kerja bersama dapat melipatgandakan fungsi hasil tersebut.
2.
Meyakini
proses kerja bersama lebih menguntungkan dari hasil kerja sendirian. Karena
proses kerja bersama membuat seluruh potensi dan kompetensi berkembang dan
berguna.
3.
Mengetahui
tujuan bersama. Walaupun kemungkinan untuk berprestasi sendirian ada
kesempatan, namun lebih diprioritaskan untuk mengangkat kompetensi kelompok.
4.
Memberikan
kontribusi kerja pada kelompok. What can
i do for dakwah? Proaktif bukan sekedar menjadi pelengkap kelompok sehingga
menunggu diprogram atau diberi tugas.
5.
Mencintai
anggota kelompok karena Allah.
6.
Menerima
kekurangan anggota lainnya. Memaklumi bahwa pada dasarnya setiap manusia pasti
memiliki kelebihan dan kekurangan sehingga dengan berkelompok akan saling
menutupi kekurangan saudaranya.
7.
Menerima
hasil kerja bersama apapun hasilnya. Walaupun hasilnya buruk dia tetap mengakui
sebagai hasil kerjanya, sementara kekurangan hasilnya bukan karena
ketidakmampuan dirinya.
8.
Membuka
diri untuk diberikan dan memberikan masukan. Kebaikan dan keistimewaan
diperoleh dengan bertahap. Setiap tahap biasanya terbuka peluang salah,
sehingga terbuka diri untuk diberi dan memberikan masukan adalah cara terbaik
untuk memperbaiki kesalahan.
9.
Bersedia
membantu anggota lain untuk meningkatkan kemampuannya dalam mencapai tujuan
bersama, namun bukan berarti harus mengambil-alih pekerjaan anggota lainnya
jika dia masih mampu.
10. Tidak menyalahkan diri sendiri
tatkala terjadi ketidaksuksesan dalam kerja kelompok, dan
11. Melakukan evaluasi program bersama,
bukan program pribadi dengan menghindari saling tuding dan saling berpelas diri
dari hasil evaluasi.
Reference:
(1) DPP PKS Departemen Kaderisasi. 2004. Profil kader PKS. Syamil Cipta Media:
Bandung.
(2) H.M.
Anis Matta. 2006. Dari Gerakan ke Negara.
Fitrah rabbani: Jakarta Timur.
No comments:
Post a Comment