RASULULLAH BUKANLAH ORANG YANG
JOROK,
TETAPI MEMPERLAKUKAN MANUSIA
DENGAN BAIK
عن
مسروق ـ رضي الله عنه : قال دخلنا على عبد الله بن عمرو ـ رضي الله عنهما ـ حين
قدم مع معاوية ـ رضي الله عنه ـ إلى الكوفة ، فذكر رسول الله ـ صلى الله عليه وسلم
ـ فقال : لم يكن فاحشاً ، ولا متفحشاً ، وقال : قال رسول الله ـ صلى الله عليه
وسلم ـ : " إن من أخيركم ـ أحسنكم خلقاً " رواه البخاري .
Dari Masruq ra berkata, kami menemui Abdullah bin Amr ra
ketika datang ke Kufah bersama dengan Mua’wiyah ra. Lalu menyebutkan Rasulullah
saw, kemudian berkata: Tiadaklah ia orang yang berkata jorok, dan keji. Dan ia
mengatakan: Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya orang yang paling baik dari
kalian adalah yang paling baik akhlaknya. HR. AL Bukhariy.
Penjelasan:
"
لم يكن النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ فاحشاً "
Al Fahsyu, adalah segala yang melibihi batas normal
sehingga dinilai buruk, baik dalam ucapan, perbuatan, atau perangai. Seperti
diungkapkan: طويل فاحش الطول : panjang sangat panjang, ketika melebihi
batas panjang normal. Kata ini lebih banyak dipergunakan dalam sifat ucapan
daripada penggunaan di selainnya.
"
ولا متفحِّشاً " Ha’ bertasydid, yaitu orang yang sengaja berbuat buruk, dan banyak
melakukannya.
"
يداري الناس "Dan Rasulullah saw bersikap lunak ketika
berbicara, tidak kasar, lembut/bersahabat dengan orang yang belum tahu ketika
belajar, dengan orang fasik ketika melarang perbuatan fasiqnya, meninggalkan
sikap keras menghadapinya, sehingga tidak tampak dalam dirinya, dan menolaknya
dengan lembut sehingga pelaku fasik itu meninggalkannya dengan baik.
Beda al
mudarah dengan al mudahanah adalah bahwa mudahanah adalah
bergaul dengan orang fasik dan meridhai kefasikannya, tanpa ada
pengingkaran/penolakah dengan ucapan maupun hati.
"
عن مسروق " Dari Masruq ibnu Al Ajda’ at Tabi’iy, ra
"
عبد الله بن عمرو " هو ابن العاص " رضي الله عنهما "
Abdullah bin Amr bin Al Ash, ra
حين قدم مع معاوية Ketika datang ke Kufah bersama dengan Muawiyah bin
Abu Sufyan ra, pda tahun empat puluh satu hijriyah. Ketika menyebutkan tentang
Rasulullah saw ia berkata: لم يكن فاحشاً :bukan orang yang jorok sifatnya, " ولا متفحشاً
" bukan pula yang sengaja berbuat jorok.
Rasulullah saw
jauh dari sifat jorok; sedikitpun tidak sifat itu ada pada dirinya.
Abdullah bin Amr
ra berkata: Rasulullah saw bersabda: " إن من
أخيركم ـ أحسنكم خلقاً "
Sesungguhnya
orang yang paling baik dari kalian adalah yang paling baik akhlaknya.
Kata: خلقاً kha’ bertitik satu di
atasnya dibaca dhammah, yaitu: kemampuan yang melahirkan amal perbuatan dengan
mudah tanpa banyak berfikir.
Dari hadits ini
dapat diambil pelajaran:
- Kebersihan Rasulullah saw dari sifat
jorok
- Bahwa dasar kemuliaan dan , standar
nilainya adalah akhlak mulia.
عن أنس بن مالك ـ رضي الله عنه ـ قال : لم يكن النبي ـ صلى الله عليه
وسلم ـ سبّاباً ، ولا فحشاً ، ولا لعّاناً . وكان يقول لأحدنا عند المعتبة : ماله
ترب جبينه رواه البخاري
Dari Anas bin
Malik ra berkata: Nabi Muhammad itu bukanlah orang yang suka memaki-maki, bukan
pula orang suka bekata jorok, bukan pula orang yang suka mengkutuk. Pernah mengatakan
kepada salah seorang diantara kami ketika menegur: Mengapa ia mengotori dahinya?
Penjelasan:
سبّاباً Ba’bertitik satu yang pertama dibaca tasydid:
suka memaki
فحاشاً
Ha’ tanpa titik dibaca tasydid: suka jorok
لعّاناً
’ain dibaca tasydid: suka mengkutuk
Perbedaan ketiga hal ini adalah
kemungkinannya as sabb/makian itu berkaitan dengan
nasab/keturuna, seperti tuduhan qadzaf (menuduh berzina). Al
fahsy/jorokberkaitan dengan status social, dan la’nat berkaitan dengan akhirat,
yaitu jauh dari rahmat Allah yang menjadi keindahan keadaan akhirat.
Bukanlah maksudnya banyak melakukan ketiga
hal ini. seperti dalam firman Allah:
46.
… dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya. QS.
Fushshilat.
Artinya: Allah tidak menzhalimi mereka, Allah swt suci
dari sifat zhalim.
Maka makna hadits
di atas adalah: Bukanlah Rasulullah saw itu memiliki sifat mencaci maki, jorok,
dan mengkutuk.
وكان يقول لأحدنا
عند المعتبة Pernah mengatakan kepada salah seorang
diantara kami ketika menegur. Kata mim
dibaca fathah, dan ’ain tanpa titik dibaca sukun/mati, ta’ bertitik dua di atas
dibaca fathah, artinya: ’itab/celaan.
Al Khalil berkata: ’itab, adalah kalimat pemanjaan dan perasaan, aslinya
adalah al ghadhab: marah.
Kalimat yang
biasa dipakai dalam ungkapan Arab, tidak bermaksud makna hakikinya: yaitu
meletakkan debu di atas dahi, dengan menjatuhkan kepala ke tanah, sehingga
keningnya terkena tanah. Seperti kata: رغم أنفه: melumuri hidungnya dengan tanah.
Hadits ini menunjukkan kebersihan Rasululah saw dari sikap mencaci maki,
berkata jorok, dan mengkutuk. Mulut Rasulullah dijauhkan dari perkataan seperti ini, dalam keadaan ridha
maupun murka.
Allah swt berfirman:
21. Sesungguhnya Telah
ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah. QS. Al Ahzab
عن عائشة ـ رضي الله عنها ـ أن رجلاً استأذن على
النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ فلما رآه قال : بئس أخو العشيرة ، وبئس ابن العشيرة
، فلما جلس ، تطلّق النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ في وجهه ، وانبسط إليه ، فلما
انطلق الرجل ، قالت عائشة : يا رسول الله ، حين رأيت الرجل قلت له : كذا وكذا ، ثم
تطلّقت في وجهه ، وانبسطت إليه . فقال رسول الله ـ صلى الله عليه وسلم ـ " يا
عائشة ، متى عهدتني فحّاشاً ؟ إن شر الناس
عند الله منزلة يوم القيامة من
تركه الناس ، اتقاء شره ". رواه
البخاري ، ومسلم ، وأبو داود ، الترمذي
Dari Aisyah ra
bahwa ada seorang laki-laki meminta izin kepada Nabi Muhammad, ketika Nabi
melihatnya bersabda: alangkah buruknya saudara qabilah, alangkah buruknya anak
lelaki kabilah. Lalu ketika duduk, Nabi Muhammad tampak cerah wajahnya, dan
melonggarkan baginya. Lalu ketika orang itu pergi Aisyah bertanya: Ya
Rasulullah, Ketika Engkau melihat orang itu Engkau katakan kepadanya,
begini-begini, kemudian Engkau berwajah cerah di hadapannya, dan Engkau
lapangkan baginya. Rasulullah saw menjawab: ”Ya Aisyah, kapan kamu melihatku
berkata kotor? Sesungguhnya manusia paling buruk kedudukannya di sisi Allah
adalah orang yang ditinggalkan manusia lain karena takut keburukannya. HR AL
Bukhariy, Muslim, Abu Daud dan At Tirmidziy
Penjelasan:
Dari Aisyah ra
bahwa ada seorang lelaki meminta izin bertemu dengan Nabi Muhammad saw –
’Iyadh, Al Qurthubiy, dan An Nawawiy, menegaskan bahwa orang itu adalah Uyainah
bin Hishn Al Fazzariy, yang pernah disebut الأحمق المطاع
Orang bodoh yang ditaati, adalah orang yang sangat disegani oleh kaumnya. Ada
yang mengatakan bahwa orang lelaki itu bukan Uyainah bin Hishn Al Fazzariy.
Lalu ketika Nabi
Muhammad saw melihatnya, setelah mengizinkannya masuk. Dalam riwayat Al
Bukhariy, Bahwa Nabi Muhammad saw mengatakan setelah orang itu meminta izin:
”Izinkah ia”
Rasulullah saw
bersabda: "
بئس أخو العشيرة ، بئس ابن العشيرة " ’Iyadh berkata: Yang dimaksudkan dengan Al
’Asyirah adalah Al Jama’ah/kelompok atau qabilah. Yang lainnya mengatakan: Al
Asyirah: orang yang lebih dekat dengan keluarganya, yaitu anak ayah dan
kakeknya.
’Iyadh berkata
pula: Uyainah ketika itu belum masuk Islam, maka ungkapan itu bukanlah bentuk ghaibiyah
(orang ketiga), atau sudah masuk Islam, akan tetapi Islamnya masih lemah. Lalu
Rasulullah saw ingin menjelaskan hal ini kepada para sahabat yang belum
mengenalnya ketika itu agar tidak terjebak dengan penampilannya. Dan sungguh
terbukti di masa Nabi Muhammad dan sesudahnya ada beberapa hal yang menunjukkan
kelemahan imannya. Maka yang
pernah Nabi Muhammad paparkan itu menjadi bagian dari tanda-tanda kenabian.
Di antara
buktinya adalah: Bahwa ia murtad pada zaman Abu Bakar ra, ikut berperang,
kemudian kembali Islam, dan mengikuti perluasan wilayah di zaman Umar, ra.
Lalu ketika duduk wajah Nabi terlihat cerah. تطلق Tha’
dibaca fathah, dan lam dibaca tasydid, artinya menampakkan wajah cerah, seperti
kalimat berikutnya: " وانبسط له dan melapangkan baginya
No comments:
Post a Comment