Cinta adalah luapan perasaan suka, dengan segala ekspresinya, melalui ceria senyum wajahnya, dengan lembut dan baik lisannya, dengan kasih pelukan, dengan semangat sikap, dengan hati riang, dan selalu khusnudzan dalam pikirannya.
Oleh karena itu ukhuwah fillah merupakan sifat yang lazim
dari konsekuensi keimanan, dan merupakan perangai yang cocok sebagai teman bagi
ketaqwaan. (Konklusi nya) tidak ada persaudaraan sejati tanpa adanya iman, dan
tidak ada iman tanpa adanya persaudaraan.
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang mukmin
adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah
kepada Allah agar kamu mendapat rahmat. " QS Al Hujurat 10)
Tentang Cinta itu sendiri, Rasulullah dalam sabdanya
menegaskan bahwa tidak beriman seseorang sebelum Allah dan Rasul-Nya lebih
dicintai daripada selain keduanya. Al Ghazali berkata: "Cinta adalah inti
keberagamaan. Ia adalah awal dan juga akhir dari perjalanan kita. Kalaupun ada
maqam yang harus dilewati seorang sufi sebelum cinta, maqam itu hanyalah
pengantar ke arah cinta dan bila ada maqam-maqam sesudah cinta, maqam itu
hanyalah akibat dari cinta saja."
Cinta kepada sesama dalam Islam adalah perasaan yang memancar karena
adanya ketaqwaan dan bermuara kepada pengendalian yang kokoh dengan taliNya (i'tisham
bi hablillah).
Maka cinta seperti itu hanya akan tumbuh dengan subur dalam ikatan
mulia yang bernama ukhuwwah (persaudaraan) yang didasarkan sendi-sendi
tersebut. Ikatan tersebut merupakan tujuan suci, cahaya rabbaniyyah sekaligus
merupakan nikmat Ilahiyyah. Oleh sebab itu Allah hanya akan menuangkan cahaya
dan nikmatnya pada hati dari setiap hambaNya yang mukhlis (ikhlash), mensucikan
dan melindungi diri-mereka dgn akhlaq yang terpuji.
Untuk mengetahui segala-galanya tentang cinta, manusia perlu merujuk
kepada pencipta cinta itu sendiri yakni Allah SWT. Tuhan menciptakan cinta,
maka Dialah yang Maha Mengetahui sifat dan rahsianya. Cinta itu indah kerana
diciptakan oleh Allah Yang Maha Indah.
Rasulullah SAW bersabda," Allah itu indah dan cintakan
keindahan" Bukan saja indah, cinta yang diciptakan Allah itu bertujuan
untuk menyelamatkan, mententeramkan dan membahagiakan manusia
Allah berfirman;
"Muhammad itu adalah utusan Allah
dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang
kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka."
(Al-Fath: 29).
Ayat
di atas menunjukkan bahwa RasuluLlah SAW mempunyai rasa cinta dengan para sahabat,
disamping sifat kerasnya terhadap orang kafir. Dan ke dua sifat tersebut ada
karena Allah semata, cinta dan keras/tegas karena Allah SWT.
Allah
berfirman;
"Dan orang-orang yang Telah
menempati kota
Madinah dan Telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin),
mereka (Anshar) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan
mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang
diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang
Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. dan
siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang-orang yang
beruntung" (Al-Hasyr: 9).
Perasaan bersaudara secara tulus inilah yang akan melahirkan pribadi
mukmin yang mempunyai rasa kasih sayang dengan se jujur-jujurnya dan
sebenar-benarnya serta perasaan ikhlas sejati. Yang akan selalu mengambil sikap
positif dalam hal bercinta dan saling mengutamakan, kasih sayang dan saling
memaafkan, serta dengan membantu dan saling melengkapi. Juga menghindari
hal-hal negatif seperti menjauhkan diri dari segala yang menyebabkan
mudarat(bahaya) dalam diri mereka, dalam harta mereka, dan dalam harga diri
mereka.
Anas ra.
meriwayatkan dari Nabi saw. Beliau
bersabda,
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ
فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ
إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا
لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ
فِي النَّارِ
"Ada tiga perkara yang barangsiapa berada di
dalamnya akan mendapatkan manisnya keimanan: Agar Allah dan Rasul-Nya lebih
dicintainya daripada selain keduanya. Agar ia mencintai seseorang atau
membencinya karena Allah. Dan agar benci untuk kembali kepada kekafiran
sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke neraka."
(Muttafaq Alaihi).
Oleh karena itu ukhuwah fillah merupakan sifat yang lazim
dari konsekuensi keimanan, dan merupakan perangai yang cocok sebagai teman bagi
ketaqwaan. (Konklusi nya) tidak ada persaudaraan sejati tanpa adanya iman, dan
tidak ada iman tanpa adanya persaudaraan.
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang mukmin
adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah
kepada Allah agar kamu mendapat rahmat. " QS Al Hujurat 10)
Abu
Hurairah meriwayatkan dari Nabi saw.
Beliau bersabda;
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ
اللَّهُ تَعَالَى فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ إِمَامٌ عَدْلٌ
وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللَّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي
الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا
عَلَيْهِ وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي
أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ
شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ
عَيْنَاهُ
"Ada tujuh
golongan yang akan dilindungi Allah di hari yang tiada perlindungan selain
perlindungan Allah: Pemimpin adil, pemuda yang tumbuh besar dalam ibadah kepada
Allah, seseorang yang hatinya terkait dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena
Allah, bertemu dan berpisah karena Allah, seseorang yang dipanggil seraong
wanita (untuk berzina) yang mempunyai kedudukan dan kecantikan, ia mengatakan
aku takut kepada Allah, seseorang yang bersedekah lalu menyembunyikan
sedekahnya sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang dilakukan tangan kanannya,
dan seseorang yang mengingat Allah di kala sepi lalu berlinang air
matanya." (Muttafaq Alaihi).
Jika kita mendapati suatu persaudaraan
yang di belakangnya tidak didukung oleh keimanan maka kita akan dapat
mengetahui bahwa persaudaraan semacam itu tidak akan membawa kemaslahatan dan
manfaat yang saling timbal balik. Begitu juga bila kita
dapati keimanan yang tidak didukung oleh persaudaraan maka bisa kita simpulkan
betapa rendah kadar keimanan itu.
Abu Hurairah ra meriwayatkan, Rasulullah saw. bersabda,
لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى
تَحَابُّوا أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ
أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ
"Kalian
tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman
sampai kalian saling mencinta. Maukah aku tunjukkan kepada kalian kepada
sesuatu yang jika kalian lakukan akan saling mencinta; sebarkan salam di antara
kalian." (Muslim).
Abu Hurairah ra meriwayatkan, Rasulullah saw. Bersabda;
أَنَّ رَجُلًا زَارَ أَخًا لَهُ فِي قَرْيَةٍ أُخْرَى فَأَرْصَدَ اللَّهُ لَهُ
عَلَى مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ قَالَ أَيْنَ تُرِيدُ قَالَ
أُرِيدُ أَخًا لِي فِي هَذِهِ الْقَرْيَةِ قَالَ هَلْ لَكَ عَلَيْهِ مِنْ نِعْمَةٍ
تَرُبُّهَا قَالَ لَا غَيْرَ أَنِّي أَحْبَبْتُهُ فِي اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ
فَإِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكَ بِأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا
أَحْبَبْتَهُ فِيهِ
"Bahwa
seseorang sedang mengunjungi saudaranya di sebuah desa dan Allah mengutus
seorang malaikat untuk memantau jalannya. Sesampainya di tempat itu ia berkata,
'Hendak ke mana kamu?' Ia menjawab, 'Aku hendak menemui seorang saudara di
negeri ini.' Ia bertanya, 'Apakah ada kenikmatan yang kamu inginkan darinya?'
Ia menjawab, 'Tidak, hanya karena aku mencintainya karena Allah Azza wa Jalla.'
Ia (malaikat) berkata, 'Ketahuilah bahwa aku ini utusan Allah, (untuk
memberitakan kepadamu) bahwa Allah telah mencintaimu sebagaimana kamu
mencintainya karena-Nya."
Al-Barra' bin 'Azib ra meriwayatkan dari Nabi saw. Beliau
bersabda tentang orang-orang Anshar,
لَا يُحِبُّهُمْ إِلَّا مُؤْمِنٌ وَلَا يُبْغِضُهُمْ إِلَّا مُنَافِقٌ فَمَنْ
أَحَبَّهُمْ أَحَبَّهُ اللَّهُ وَمَنْ أَبْغَضَهُمْ أَبْغَضَهُ اللَّهُ
"Tidak ada
yang mencintai mereka selain orang mukmin dan tidak ada yang membenci mereka
selain orang munafiq. Siapa mencintai mereka Allah akan mencintainya dan siapa
membencinya Allah akan murka kepadanya." (Muttafaq Alaih).
Muadz meriwayatkan, aku mendengar Rasulullah saw. Bersabda;
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ الْمُتَحَابُّونَ فِي جَلَالِي لَهُمْ مَنَابِرُ
مِنْ نُورٍ يَغْبِطُهُمْ النَّبِيُّونَ وَالشُّهَدَاءُ
"Allah
Azza wa Jalla berfirman, 'Bagi orang-orang yang saling mencintai karena
keagungan-Ku mimbar-mimbar dari cahaya dari cahaya yang membuat iri para nabi
dan syuhada." (Tirmidzi,
hadits hasan).
Dr Yusuf Qaradhawi dalam bukunya Al
Mujtama' Al Islami mengatakan bahwa ukhuwah Islamiyah yang bercita-cita
luhur itu mampu melahirkan al-ikhaa'ul Islami. Dan
tujuan terpenting dari padanya adalah persamaan hak( al musaawah),
saling membantu (at-ta'aawun), dan cinta kasih karena Allah( al hubb
fillah)
Abu Idris Al-Khaulani ra. Bercerita;
دَخَلْتُ مَسْجِدَ دِمَشْقَ فَإِذَا فَتًى شَابٌّ بَرَّاقُ الثَّنَايَا
وَإِذَا النَّاسُ مَعَهُ إِذَا اخْتَلَفُوا فِي شَيْءٍ أَسْنَدُوا إِلَيْهِ
وَصَدَرُوا عَنْ قَوْلِهِ فَسَأَلْتُ عَنْهُ فَقِيلَ هَذَا مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ
فَلَمَّا كَانَ الْغَدُ هَجَّرْتُ فَوَجَدْتُهُ قَدْ سَبَقَنِي بِالتَّهْجِيرِ
وَوَجَدْتُهُ يُصَلِّي قَالَ فَانْتَظَرْتُهُ حَتَّى قَضَى صَلَاتَهُ ثُمَّ
جِئْتُهُ مِنْ قِبَلِ وَجْهِهِ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ ثُمَّ قُلْتُ وَاللَّهِ
إِنِّي لَأُحِبُّكَ لِلَّهِ فَقَالَ أَللَّهِ فَقُلْتُ أَللَّهِ فَقَالَ أَللَّهِ
فَقُلْتُ أَللَّهِ فَقَالَ أَللَّهِ فَقُلْتُ أَللَّهِ قَالَ فَأَخَذَ بِحُبْوَةِ
رِدَائِي فَجَبَذَنِي إِلَيْهِ وَقَالَ أَبْشِرْ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ
وَتَعَالَى وَجَبَتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَحَابِّينَ فِيَّ وَالْمُتَجَالِسِينَ
فِيَّ وَالْمُتَزَاوِرِينَ فِيَّ وَالْمُتَبَاذِلِينَ فِيَّ
"Aku
pernah memasuki masjid Damaskus, ternyata di sana terdapat seorang pemuda
dengan gigi yang putih dan orang-orang bersamanya. Jika mereka memperselisihkan
sesuatu mereka mengandalkannya dan mengembalikannya kepada pendapatnya. Aku pun
bertanya tentangnya dan dijawabnya bahwa dia Muadz bin Jabal. Esok harinya aku
berangkat (ke masjid) pagi-pagi, ternyata ia telah mendahuluiku. Aku mendapatinya
melakukan shalat. Ia mengatakan, aku pun menunggunya sampai ia menyelesaikan
shalatnya. Setelah itu aku menemuinya dari depannya dan aku ucapkan salam
kepadanya dan aku katakan, 'Demi Allah, aku mencintaimu karena Allah' Ia
mengatakan, 'Allah.' Aku katakan, 'Allah.' Ia katakan, 'Allah?' Aku katakan,
'Allah,' Lalu ia memegang dada jubahku dan menarikku kepadanya dan
berkata,'Berbahagialah, karena aku pernah mendengar Rasulullah saw.
bersabda,'Alah Tabaraka wa Ta'ala berfirman, 'Orang-orang yang saling mencinta
karena-Ku pasti mendapatkan kecintaan-Ku, yang bergaul karena-Ku, yang saling
mengunjungi karena-Ku, dan yang saling bekorban karena-Ku." (hadits shahih riwayat Malik di Al-Muwattha' dengan sanad
shahih).
Abu Karimah Al-Miqdad bin Ma'di Karib ra. meriwayatkan
Nabi saw. Beliau bersabda,
إِذَا أَحَبَّ الرَّجُلُ أَخَاهُ فَلْيُخْبِرْهُ أَنَّهُ يُحِبُّهُ
"Jika
seseorang mencintai saudaranya hendaknya ia memberitahukan kepadanya bahwa dia
mencintainya."(Tirmidzi dan
Abu Dawud, hadits hasan shahih).
Muadz ra. Meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. memegang
tangannya seraya bersabda,
يَا مُعَاذُ وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ
فَقَالَ أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ
اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
"Hai
Muadz, demi Allah, aku mencintaimu karena Allah. Lalu aku berwasiat kepadamu,
ya Muadz, jangan sampai –setiap kali usai shalat- kamu tidak mengucapkan, 'Ya
Allah, tolonglah aku untuk berzikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan
beribadah dengan baik kepada-Mu." (Abu
Dawud dan Nasa'i dengan sanad shahih).
Anas ra meriwayatkan bahwa,
أَنَّ رَجُلًا كَانَ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَمَرَّ بِهِ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّ هَذَا فَقَالَ
لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْلَمْتَهُ قَالَ لَا قَالَ
أَعْلِمْهُ قَالَ فَلَحِقَهُ فَقَالَ إِنِّي أُحِبُّكَ فِي اللَّهِ فَقَالَ
أَحَبَّكَ الَّذِي أَحْبَبْتَنِي لَهُ
"Seseorang
berada di sisi Nabi saw. Kemudian seseorang lewat dan berkata, 'Ya Rasulullah,
aku mencintai orang ini.' Nabi bersabda kepadanya, 'Apakah kamu sudah
memberitahukan kepadanya?' (Anas) berkata, lalu ia menyusulnya dan mengatakan,
'Aku mencintaimu karena Allah.' Orang itu menjawab, 'Mudah-mudahan Allah mencintaimu
sebagaimana kamu mencintaiku karena-Nya." (Abu Dawud dengan sanad shahih).
Berikut ini ada beberapa cara praktis sebagai panduan untuk
tercapainya kekokohan ruh cinta karena Allah, yaitu:
1.
Memberi tahu kepada al
akh(saudara) yang dicintai . Rasulullah bersabda: "Apabila
seseorang mencintai saudaranya maka hendaklah ia memberi tahu kepadanya "
( HR Abu Daud dan Turmudzi)
2.
Memanjatkan doa untuknya
dari kejauhan ketika mereka saling berpisah.
Diriwayatkan dari Umar Bin Khattab ra bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Aku minta izin (pamit) kepada Rasulullah untuk melaksanakan umrah".
Kemudian Rasulullah mengizinkan dan berkata " Jangan lupa doa kan kami " Lalu
beliau mengatakan suatu kalimat yang menggembirakan ku bahwa aku mempunyai
kebahagiaan dengan kalimat tersebut di dunia. Dalam suatu riwayat beliau
berkata: "Kami mengiringi do'a wahai saudaraku"
3.
Bila berjumpa dengan al akh
lain maka tunjukkanlah senyum kegembiraan dan muka manis. Rasulullah bersabda "Janganlah engkau meremehkan kebaikan
apa saja (yang datangnya dari saudaramu). Dan jika engkau berjumpa saudaramu
maka berikanlah dia senyum kegembiraan" (HR Muslim)
4.
Berjabat tangan bila
bertemu. Rasulullah SAW menganjurkan ummatnya bila
bertemu dengan saudara-saudaranya agar cepat-cepatlah berjabat tangan. Hal di
atas berdasarkan hadits yang diriwayatkan Abu Daud dari Barra, Bersabda
Rasulullah SAW: "Tidak ada dua orang mukmin yang berjumpa lalu berjabatan
tangan melainkan keduanya diampuni dosanya sebelum berpisah".
5.
Menyempatkan diri untuk
mengunjungi saudaranya. Dalam kitabnya Al Muwathta,
Imam Malik meriwayatkan: Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa, "Allah
berfirman : Pasti akan mendapat cinta-Ku orang-orang yang mencintai karena Aku,
dimana keduanya saling berkunjung karena Aku dan saling memberi karena
Aku".
6.
Menyampaikan ucapan selamat
yang berkenaan dengan sukses yang dicapai saudaranya. Diriwayatkan oleh Anas bin Malik Ra bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa mengucapkan selamat kepada saudaranya ketika saudaranya
mendapat kebahagiaan niscaya Allah menggembirakannya pada hari kiamat".
(HR Thabrani dalam Ma'jamush Shaghir)
Contoh yang pernah diajarkan oleh Rasul adalah:
a. Berkenaan dengan kelahiran anak
b. Ketika datang darimedan
jihad
c. Apabila kembali dari menunaikan haji
d. Bila ada yang menikah
e. Saat Iedul fitri
Contoh yang pernah diajarkan oleh Rasul adalah:
a. Berkenaan dengan kelahiran anak
b. Ketika datang dari
c. Apabila kembali dari menunaikan haji
d. Bila ada yang menikah
e. Saat Iedul fitri
7.
Memberikan hadiah yang
bersifat insidental. Iman Dailami meriwayatkan dari
Anas dan Marfu' bahwa Rasulullah SAW bersabda "Hendaklah kalian saling
memberikan hadiah karena hadiah itu dapat mewariskan rasa cinta dan menghilangkan
kekotoran hati".
8.
Menaruh perhatian terhadap
keperluan saudaranya. Diriwayatkan oleh Abu
Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: " Siapa yang meringankan
beban penderitaan seorang mukmin di dunia pasti Allah akan meringankan beban
penderitaannya di akhirat kelak. Siapa yang memudahkan orang yang dalam keadaan
susah pasti Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Siapa yang
menutupi aib seorang muslim pasti Allah akan menutupi (aib nya)di dunia dan
akhirat. Dan Allah akan selalu menolong hamba-Nya jika hamba tersebut menolong
saudaranya.” (HR Muslim)
9.
Menegakan hak-hak ukhuwwah
saudaranya. Dalam rangka mempererat ukhuwwah maka
adalah wajib bagi al akh untuk menunaikan hak-hak yang dimiliki al akh lain, seperti
menjenguk saudaranya yang lain bila sakit, mendo'akan bila bersin, dan menolong
bila teraniaya (dizhalimi).
Allah
SWT tidak mengaruniakan rasa cinta semata-mata, tetapi Allah juga mengaruniakan
'hukum' cinta yang mesti dipatuhi demi mencapai maksud penciptaannya. Dengan
'hukum' itu, Allah mengatur agar cinta sentiasa selamat dan menyelamatkan.
Begitulah cinta dalam Islam, ia mempunyai kaidah dan peraturan demi menjaga
kemurnian dan kesuciannya.
No comments:
Post a Comment