I. PRAKONDISI
ISRA’ MI’RAJ
Seperti yang
telah diterangkan sebelumnya, bahwa dengan wafatnya Abu Thalib –paman
Rasulullah saw- disusul dengan wafat Khadijah ra –iasteri Rasulullah saw. Kaum
Quraisy mulai dapat mengganggu langsung Rasulullah saw, dan semakin besar
penganiayaan mereka kepada para sahabat, sehingga memaksa Rasulullah saw pergi
ke Thaif, mengajak mereka kepada Allah, meminta pbantuan dan melindungi
dakwahnya.
Rasulullah
mendapatinya tidak lebih baik dari peduduk Makkah, bahkan lebih buruk, dengan
menolak dakwahnya, menyakitinya, sehingga berdarah kedua kakinya, lalu
menghadap Rabbnyadengan do’a yang dipenuhi iman, yakin, dan ridha dengan apa
yang menimpanya di jalan Allah.
Kemudian kembali
ke Makkah. Akan tetapi Rasulullah tidak dapat memasuki Makkah kecuali dengan didampingi
oleh Al Muth’im bin ‘Adiy (seorang musyrik Makkah).
Dalam situasi
seperti penuh duka dan kesedihan inilah Allah swt muliakan Nabinya dengan
mukjizat Isra’ mi’raj, untuk meringankan jiwanya yang terluka, hatinya yang
berduka dengan menyaksikan ayat-ayat besar, tanda-tanda pertolongan Allah
kepada dakwahnya. Sehingga bertambah keyakinan akan ketinggian posisinya di
sisi Rabbnya, meyakinkannya bahwa Allah menjadi Penolongnya. Maka semakin
kuatlah azam (tekadnya) semakin kuat ruhiyahnya, berlanjut menyampaikan risalah
Rabbnya, dengan semangat yang tidak pernah padam.
Dalam mukijizat
ini pula terdapat ujian Allah pada kaum muslimin, sehingga terpilihlah mana
yang kuat iman dan mana yang lemah iman. Ibnu Ishaq berkata:
( . . . كان في
مسراه وما ذكر منه بلاء وتمحيص ، وأمر من أمر الله في قدرته وسلطانه ،فيه عبرة
لأولى الألباب ، وهدى روحمه ، وثبات لمن آمن بالله وصدق ، وكان من أمر الله على
يقين ، فأسرى به كيف يشاء ، وكما شاء ، ليريه من آياته ما أراد ، حتى عاين ما
عاين من أمر الله وسلطانه العظيم ، وقدرته التي يصنع بها ما يريد ) ([1])
عاين من أمر الله وسلطانه العظيم ، وقدرته التي يصنع بها ما يريد ) ([1])
“…dalam perjalanan isra’ dan cerita yang
ada di dalamnya terdapat ujian dan seleksi. Salah satu perintah Allah yang
berada dalam kekuasaan-Nya. Di dalamnya terdapat pelajaran bagi kaum yang
berfikir, petunjuk dan rahmat-Nya, keteguhan bagi yang beriman dan membenarkan.
Peristiwa ini adalah urusan Allah yang harus diyakini. Allah perjalankan sesuai
dengan yang dikehendaki, untuk menunjukkan kepadanya ayat-ayat yang diinginkan.
Sehingga menyaksikan langsung ayat Allah,dan kekuasaan-Nya yang besar, yang
dengan kekuasaan-Nya itu, Allah lakukan apa yang dikehendaki.
II.
WAKTU ISRA’ MI’RAJ
Ibnu Katsir menguatkan
pendapat yang mengatakan bahwa Isra’ mi’raj itu terjadi pada masa sepuluh tahun
setelah kenabian. [2]Dan yang masyhur mengatakan bahwa peristiwa ini terjadi pada malam
duapuluh tujuh bulan rajab[3].
III. PERSIAPAN RASULULLAH SAW UNTUK ISRA MIRAJ
Pada malam Isra’
itu Rasulullah saw bermalam bersama dengan pamannya –Hamzah bin Abdul
Muththalib, anak pamannya –Ja’fara bin Abi Thalib- di rumah Ummi Hani’ bin Abi
Thalib (pamannya). Lalu Jibril mendatanginya, melewati atap rumah, turun dan
mengambil Rasulullah saw, membawanya ke masjid (masjidilharam) kemudian
membaringkannya, membelah dadanya, dari bawah leher sampai ke bawah perutnya,
mengeluarkan hatinya, membersihkannya dengan air zam-zam, kemudian memenuhinya
dengan iman dan hikmah, lalu mengembalikannya dan tidak ada lagi bekas belahan,
tanpa Rasulullah rasakan sakit. Rasulullah siap untuk perjalanan Isra’ mi’raj,
bertemu dengan Rabbnya pda malam itu. [4]
Hikmah
pembelahan dada –padahal Allah Maha Kuasa untuk memenuhi hatinya denan iman dan
hikmah dan membelah- adalah untuk menambah kekuatan keyakinan. Sebab ketika
melihat perutnya telah terbelah dan tidak merasa sakit, maka semakin yakin
bahwa ia akan aman dari semua bentuk yang biasanya menakutkan. Dari itulah
Rasulullah menjadi manusia yang sangat pemberani.
IV.
PELAJARAN PENTING
1.
Isra’ mi’raj adalah penguatan
bagi Rasulullah saw dalam pertarungan panjang, dan juga merupakan salah satu
bentuk penghormatan setelah bertahun-tahun dalam kesulitan, duka, derita, dan
penolakan kaumnya.
2.
Isra’ mi’raj merupakan ujian
bagi kemampuan para sahabat untuk mengungkapkan seberapa besar jihad
(perjuangan) mereka bersama Rasulullah saw
3.
Isra’mi’raj merupakan terapi
untuk menghapus keletihan masa lalu, dan meletakkan benih-benih keberhasilan
masa depan yang gemilang.
4.
Hukum dan sunnah alamiah yang
menggerakkan langit dan bumi adalah ciptaan Allah. Allah berikan kepada
sebagian hamba-Nya sehingga mampu melakukan hal-hal yang tidak dapat dikerjakan
orang lain.
5.
Kekuasaan Allah tidak akan bisa
dibatasi oleh batas apapun, juga tidak akan bisa terhalangi oleh penghalang
apapun
6.
Agar Rasulullah saw melihat
ayat-ayat besar dan menambah keyakinannya.
V. PERJALANAN ISRA’
A.
Makna Al Isra’
Isra adalah
Allah memperjalankan Nabi Muhammad sa dari masjidil Haram di Makkah ke masjdil
Aqsha di Quds, secara fisik dan ruh, dalam keadaan sadar, lalu kembali ke
Makkah dalam sepotong malam.
Kaum mukminin
tidak merasa aneh dengan hal ini. karena semuanya selesai dengan perintah dan
kekuasaan Allah. Dan Allah swt Maha Kuasa atas segala sesuatu. Firman Allah:
82. Sesungguhnya keadaan-Nya
apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah Berkata kepadanya:
"Jadilah!" Maka terjadilah ia. QS. Yaasiin
B.
Dalil ketetapannya:
Peristiwa ini ditetapkan dengan Al Qur’an,
firman Allah:
1. Maha Suci Allah, yang
Telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al
Masjidil Aqsha yang Telah kami berkahi sekelilingnya [5]
agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami.
Sesungguhnya dia adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. QS. Al Isra
Ditetapkan pula dengan hadits shahih,
diantaranya hadits Muttafaq alaih, AL Bukhari dan Muslim[6]
Dan orang yang mengingkarinya (tidak
mempercayainya) hukumnya kafir, karena mendustakan AL Qur’an dan hadits shahih
dari Rasulullah saw
C.
Hikmah Isra ke Masjidil Aqsha
Isra menuju ke masjidil Aqsha tidak ke
masjid lainnya karena kedudukan dan kemuliaan masjid ini di sisi Allah, untuk
menjelaskan hubungan erat antara para nabi, untuk menjelaskan hubungan antara
agama yang mereka bawa dari Allah. Dalam hal ini pula teradapt isyarat
pewarisan rasul terakhir –Muhammad saw- atas kesucian risalah sebelumnya.
Dengan ini maka masjidil Aqsha dan sekitarnya menjadi tanah Islam, yang harus
dijaga oleh kaum muslimin, dan membebaskannya dari tangan-tangan para penjarah.
D.
Kejadian dalam Isra’
Ketika Jibril
usai membedah dada Rasulullah saw pada malam Isra’ itu, dan mempersiapkan
sarana untuk perjalanan mengagumkan ini dengan Buraq –kendaraan berwarna putih,
lebih besar dari keledai, lebih kecil dari bighal, sangat cepat, jangkauan kaki
depannya sejauh pandangan matanya. Rasulullah saw mengendarainya, didampingi
Jibril alaihissalam, lalu Buraq itu pergi ke Baitul Maqdis. Rasulullah saaw
turun. Jibril mengikatnya lalu masuk masjid, ia bertemu dengan Ibrahim, Musa,
dan Isa alaihissalam bersama dengan sejumlah para nabi, yang telah berkumpul
untuk menyambutnya. Jibril membawanya ke depan mengimaminya shalat dua rakaat.
Kemudian keluar dan Jibril membawakannya dua gelas –satu berisi khamr dan
satunya berisi susu- lalu nabi pilih susu, dan Jibril berkata: اخترت الفطرة engkau telah memilih yang fitrah, engkau telah
memilih tanda Islam dan istiqamah.
VI. PERJALANAN MI’RAJ
A.
Arti Mi’raj
Mi’raj adalah naiknya
Rasulullah saw dengan fisik dan ruhnya dalam keadaan sadar, dari Baitul Maqdis
sampai ke langit ke tujuh, dan seterusnya, kemudian kembali ke Baitul Maqdis,
di sebagian malam yang singkat.
B.
Dalil Ketetapannya
Mi’raj
ditetapkan berdasarkan hadits shahih yang ada dalam shahih Al Bukhariy dan
Muslim dan lain-lain dalam buku-buku hadits yang valid, buku-buku sirah
terkenal, buku-buku tafsir yang ma’tsur. [7] Terdapat
isyarat dalam surah An Najm:
1.
Dan
Sesungguhnya Muhammad Telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada
waktu yang lain,
2.
(yaitu)
di Sidratil Muntaha [8].
3.
Di
dekatnya ada syurga tempat tinggal,
4.
(Muhammad
melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.
5.
Penglihatannya
(Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula)
melampauinya.
6.
Sesungguhnya
dia Telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.
QS. An Njm
C.
RINGKASAN KEJADIAN MI’RAJ
Setelah selesai
perjalanan Isra’ diteruskan dengan mi’raj, yang mirip tangga, lalu Nabi naik
bersama dengan Jibril, ke langit dunia, kemudian ke langit berikutnya. Setiap penghuni
langit menyambutnya, para nabi yang ada di setiap langit memberikan salam
kepadanya. Adam di langit pertama, Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakariya di
langit kedua, Idris di langit keempat, Harun di langit keempat, Musa di langit
keenam, dan Ibrahim di langit ketujuh. Kemudian setelah melintasi mereka
sehingga sampai di langit ke tujuh, dan melihat sidratul muntaha di sana . Di sinilah berhenti
ilmunya para malaikat. Di sinilah Jibril berhenti, dan Rasulullah saw maju
melewatinya sehingga dekat dengan Allah. Tidak ada yang pernah melintasinya
selain Rasulullah saw.
Pada malam itu
Rasulullah saw melihat Jibril dalam bentuk aslinya. Inilah kali kedua melihat
Jibril dalam bentuk asli. Di sinilah Allah swt berfirman:
13. Dan Sesungguhnya
Muhammad Telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang
lain,14. (yaitu) di Sidratil Muntaha [9].
QS. An Najm.
Kali pertama
terjadi setelah masa fatrah (jeda) wahyu. Allah berfirman:
23. Dan Sesungguhnya Muhammad itu melihat Jibril
di ufuk yang terang. QS. At Takwir
Pada malam itu
juga Rasulullah saw melihat Baitul Ma’mur, surga dan neraka, Allah wajibkan
shalat limapuluh waktu, kemdian diringankan sampai lima waktu, sebagai salah satu bentuk rahmat
dan kelembutan Allah kepada hamba-Nya
Hal ini
menunjukkan perhatian besar terhadap kemuliaan shalat, menunjukkan hikmah
disyariatkannya. Sepertinya Allah mengatakan kepada hamba-hamba-Nya yang
beriman: Jika mi’raj rasul kalian dengan fisik dan ruhnya ke langit sebagai
mukjizat, maka hendaklah setiap hari kalian lima kali mi’raj dengan ruh dan hati kalian
kepada-Ku, sehingga bersih dari maksiat dan dosa. Dan ini adalah buah yang
sangat besar dari shalat
45.
… Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar. QS. Al Ankabut
Kemudian
Rasulullah turun dari langit ke Baitul Maqdis naik buraq kembali ke Makkah,
ketika malam masih gelap dan mulai bercampur dengan cahaya shubuh.
D.
PELAJARAN PENTING
·
Perjalanan dari masjidil Haram
ke masjidil Aqsha adalah plihan dari Allah Yang Maha Lembut, Maha Memberitakan,
untuk menghubungkan antara akidah tauhid besar dari masa Nabi Ibrahim dan
Ismail alaihissalam sampai pada masa Muhammad saw penutup para Nabi.
Menghubungkan antara tempat suci bagi semua agama tauhid. Penobatan Rasulullah
sebagai pewaris dari para rasul sebelumnya. Muatan risalahnya yang berhubungan
erat dengan semua risalah sebelumnya yang mencerminkan bentangan panjang
melintasi ruang waktu, mencakup manhaj yang lebih luas.
·
Allah swt menunjukkan dengan
cara ini bahwa Isra hanya ke baitul maqdis karena Yahudi akan terusir dari peta
kepemimpinan umat manusia karena kejahatan yang mereka lakukan, sehingga mereka
tidak layak lagi berada pada posisi itu. Dan Allah swt akan memindahkan posisi
ini kepada Rasulullah saw dan mengumpulkan pusat-pusat dakwah Ibrahimiyyah
semuanya. Sudah sampai waktunya perpindahan dakwah dari umat yang sejarahnya
penuh dengan tipuan, pengkhianatan, dosa, dan permusuhan kepada umat yang
memancarkan kebaikan dan kebajikan
·
Isra
’ mi’raj menegaskan sifat Islam yang
fitri. Dan sesungguhnya kebersihan hati adalah esensi Islam. Dan fitrah yang
rendah adalah seperti mata air kotor yang hanya akan menghasilkan kotoran dan
keburukan.
·
Nil
dan Furat adalah bukti bahwa risalah Islam akan membentang di muka bumi,
memakmurkan lembah-lembah yang subur. Nil dan Furat
mencakup lembah majusi Persia
dan sebagian Romawi
·
Baitul Maqdis melahirkan para
nabi secara beruntun, saling mendukung dakwah Ibrahim alaihissalam
·
Para nabi menunggu kedatangan
Nabi Muhammad (penutup) semua nabi, agar menjadi imam dalam shalat jamaahnya,
menggambarkan peran sentral dan ajaran yang dibawanya kepada seluruh alam untuk
dilaksanakan, yaitu menyembah Allah Yang Maha Esa dan Maha Tinggi
·
Nabi Muhammad menyempurnakan
bangunan, dan menjadi batu terakhir dalam bangunan kenabian. Menyempurnakan
agama dan membawa umat manusia seluruhnya.
VII. RASULULLAH SAW MENGHADAPI REAKSI KAUMNYA ATAS APA YANG
DILIHATNYA
Rasulullah saw
kembali ke rumah Ummu Hani’, menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya
kepada Ummu Hani’. Kemudian ia bangkit memberitahukan hal ini kepada umat
manusia. Ummu Hani berusaha untuk mencegahnya. Memintanya untuk tidak
membicarakan hal ini, takut mereka akan mendustakannya, karena peristiwan ini
sangat aneh. Rasulullah saw tidak terpengaruh dengan hal ini, dan dengan
terang-terangan ia sampaikan hal ini
kepada kaumnya, untuk membuka mata mereka akan keagungan Allah dan
kekuasaan-Nya, membuktikan kedudukannya di sisi Rabbnya, tidak takut pendustaan
dan cemoohan mereka. Karena tsiqahnya dengan risalah yang dibawanya, dan
kebenaran yang dialaminya malam itu membuatnya memutuskan dengan tekad bulat
untuk terbuka menyampaikan peristiwa itu kepada kaumnya, apapun pandangan dan sikap mereka.
Hal ini menjadi
teladan bagi ashabudda’wah, belajar berani dalam menyatakan kebenaran. Ia tidak
takut posisinya di hati umat manusia. Tidak menyembunyikannya hanya karena
ingin selalu dekat dengan mereka. Firman Allah:
39. (yaitu) orang-orang yang menyapaikan
risalah-risalah Allah,[10] mereka takut
kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada
Allah. dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan. QS. AL Ahzab
VIII.
SIKAP KAUM KAFIR TERHADAP ISRA’ MI’RAJ
Rasulullah saw
keluar di pagi hari ke tempat berkumpulnya kaum Quraisy. Ketika Abu Jahal sudah
datang, Rasulullah saw menceritakan pengalamannya itu. Maka Abu Jahal berkata: يا
بني كعب بن لؤي هلموا Wahai Bani Ka’b bin Lu’aiy
kemarilah,
Setelah kafir Quraisy berkumpul Rasulullah
sampaikan kejadian yang baru saja dialaminya. Ada di antara mereka yang bertepuk tangan,
ada yang memegang kepalanya, karena aneh dan tidak percaya.
Kemudian mererka menguji Rasulullah saw; mereka ada
yang memintanya menerangkan tentang Baitul Maqdis, da antara mereka ada yang
pernah melihatnya ketika mereka berdagang ke Syam. Sedangkan Rasulullah saw
belum pernah melihat sebelumnya, dan tidak sempat memperhatikan sifat-sifatnya
ketika berada di sana.dari itulah Rasulullah saw sangat tegang, tidak pernah
setegang itu sebelumnya. Lalu Allah swt hadirkan Masjidil Aqsha itu, sehingga
dapat menerangkannya dari satu pintu ke pintu lainnya, dari satu tempat ke
tempat lain.
Mereka berkata: Penjelasannya tepat sekali. Kemudian mereka menanyakan
tentang rombingan dagang mereka yang baru sampai di Syam. Rasulullah saw
menerangkan jumah onta dan keadaan mereka di sana.
Rasulullah mengatakan kepada mereka: Mereka akan tiba pada hari …,
bersamaan dengan terbitnya matahari, didahului oleh onta berwarna abu-abu.
Lalu mereka pada hari itu segera keluar dan menunggu rombongan dagang,
untuk membuktikan kebenaran cerita Muhammad saw. Ketika
mereka sedang menunggu, ada seseorang yang berkata:
هذه
والله الشمس قد أشرقت ، فقال آخر : وهذه والله العيرُ قد أقبلت ، يقدمها جمل
أورَقُ ، كما قال محمد ، ثم لم يزدهم ذلك إلا كبراً وعناداً ، حتى قالوا : هذا سحر
مبين ([11])
Demi Allah, sekarang matahari telah terbit,
dan yang lain mengatakan: Demi Allah, dan kafilah dagang telah tiba, terdepan
onta berwarna abu-abu seperti yang telah Muhammad sampaikan. Kemudian hal ini
tidak menambah mereka kecuali sikap sombong dan durhaka. Sehingga mereka
berkata: Ini jelas-jelas sihir.
VIII.
SIKAP KAUM MUSLIMIN TERHADAP ISRA’ MI’RAJ
Beberapa perawi
menyebutkan bahwa ada beberapa orang yang lemah iman murtad meninggalkan
agamanya. Karena hati dan akal mereka tidak sanggup menerima hal ini. mereka
tidak percaya karena belum mampu memahaminya. Kepada mereka inilah firman Allah
diturunkan:
60. Dan (ingatlah), ketika kami wahyukan
kepadamu: "Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia". dan
kami tidak menjadikan mimpi [12] yang
Telah kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan
(begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Al Quran.[13] dan
kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar
kedurhakaan mereka. QS. Al Isra’:60
Dari Ibnu Abbas
ra berkata:
أسري
بالنبي r ـ إلى بيت المقدس ، ثم جاء من ليلته ، فحدثهم بمسيرة ، وبعلامة
بيت المقدس وبعيرهم ، فقال ناس : نحن لا نُصدق محمداً بما يقول ، فارتدوا كفاراً ،
فضرب الله رقابهم مع أبي جهل ([14])
Rasulullah saw isra’ ke Baitul Maqdis,
kemudian pada malam itu datang dan menceritakan pengalaman perjalanannya,
ciri-ciri Baitul Maqdis dan rombongan dagang mereka. Ada sebagian orang yang berkata: Kami tidak
akan membenarkan ucapan Muhammad. Kemudian mereka murtad –kembali kafir,
sehingga Allah penggal leher mereka bersama dengan Abu Jahal.
Sedangkan kaum
mukminin lainnya, yang Allah lapangkan dadanya, Allah terangi hatinya, sehingga
mereka tetap teguh dalam iman, membenarkan Rasulullah saw –dan yang terdepan
dalam hal ini adalah Abu Bakr ra-
Dari Aisyah ra
berkata:
لما أُسرى بالنبي r ـ إلى المسجد الأقصى أصبح يُحدث الناس بذلك ، فأرتد ناس ممن كانوا
آمنوا به وصدقوه ، وسعوا بذلك إلى أبي بكر ، فقالوا : هل لك في صاحبك ؟ يزعم أنه
أسرى به الليلة إلى بيت المقدس .
فقال : أو قال ذلك ؟ قالوا : نعم .
قال : لئن كان قال ذلك لقد صدق .
قالوا : تصدقه أنه ذهب الليلة إلى بيت
المقدس وجاء قبل أن يصبح ؟
قال :نعم ، إني لأصدقه بما هو أبعد من ذلك
، أصدقه بخبر السماء ، في غدوة أو روحه
Ketika Rasulullah saw isra ke masjdil
Aqsha, pagi harinya ia sampaikan kepada orang-orang. Lalu ada sebagian orang
yang telah beriman murtad padahal
sebelumnya telah percaya dan membenarkannya. Mereka segera menemui Abu Bakr dan
bertanya: Apakah engkau telah mendengar sahabatmu? Yang mengaku telah
diperjalankan ke Baitul Maqdis malam tadi:
Abu Bakar bertanya : Betulkan ia mengatakan
hal itu
Mereka mejawab: Ya, betul
Kata Abu Bakr :Jika ia yang mengatakan hal
itu, pasti benar
Mereka berkata : Kamu membenarkannya telah
pergi malam tadi ke Baitul Maqdis kemudian sebelum subuh sudah tiba kembali?
Kata Abu Bakar: Sesungguhnya aku telah
membenarkan yang lebih aneh dari itu, aku membenarkannya yang menerima berita
dari langit, ketika pagi atau sore. Dari itulah ia disebut “Abu Bakr ash
Shiddiq”
IX.
PELAJARAN BERHARGA
·
Seorang da’I tidak boleh takut
kecuali kepada Allah. Tidak terpengaruh oleh banyaknya pendukung atau sedikit,
dalam membuktikan imannya kepada kebenaran yang didakwahkannya
·
Menyatakan kebenaran tanpa
takut dan bimbang adalah kewajiban da’I yang tidak takut kecuali kepada Allah
·
Ahlul Batil –selamanya di di
manapun ia berada- akan melecehkan para penyeru kebenaran, sepertinya Abu Jahal
masih berada di tengah-tengah mereka sekarang ini.
·
Allah
swt tidak akan pernah kekurangan da’I. dan Allah akan berikan pertolongan-Nya
·
Meskipun
telah terdapat dalil dan bukti, ahlul batil akan selalu mereka yasa, dan iri
kepada para pengikut kebenaran yang tidak diragukan lagi
·
Allah
swt menguji barisan kaum muslimin, untuk mengangkat derajat ahlusshidqi wal
iman, meninggikan posisinya. Sebagaimana Allah
merendahkan posisi orang-orang yang berjiwa lemah.
[5] Maksudnya:
Al Masjidil Aqsha dan daerah-daerah sekitarnya dapat berkat dari Allah dengan
diturunkan nabi-nabi di negeri itu dan kesuburan tanahnya.
[8] Sidratul
Muntaha adalah tempat yang paling tinggi, di atas langit ke-7, yang Telah
dikunjungi nabi ketika Mi'raj.
[9] Sidratul
Muntaha adalah tempat yang paling tinggi, di atas langit ke-7, yang Telah
dikunjungi nabi ketika Mi'raj.
[12] mimpi
adalah terjemah dari kata Ar Ru'ya dalam ayat Ini maksudnya ialah mimpi tentang
perang Badar yang dialami Rasulullah s.a.w. sebelumnya peristiwa perang Badar
itu terjadi. banyak pula ahli-ahli tafsir menterjemahkan kata Ar Ru'ya tersebut
dengan penglihatan yang Maksudnya: penglihatan yang dialami Rasulullah s.a.w.
di waktu malam Isra dan Mi'raj.
No comments:
Post a Comment