Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al-Fityan School Aceh merupakan salah satu sekolah berasrama dengan konsep jaringan Islam Terpadu. Saat ini sekolah tersebut menjadi salah satu sekolah yang diminati di kawasan Aceh Besar.
Sekolah yang didirikan NGO asal Kuwait dan Qatar pascatsunami tahun 2007 silam itu tidak membeda-bedakan antara siswa dari keluarga yatim atau piatu dengan siswa dari keluarga kaya atau berstatus sosial tinggi. “Untuk menghidupi sekolah, lembaga pendidikan ini tetap mewajibkan siswanya untuk membayar iuran,” kata Kepala SDIT Al-Fityan, Jumiati SE. “Saat ini, untuk membiayai 26 guru plus tenaga administrasi dan kebutuhan sekolah lainnya, para siswa dikenai Rp 220 ribu/orang,” ujar alumnus STIE Lamlagang tahun 1998 itu.
Bagi anak yatim atau piatu yang bersekolah di sini, seluruhnya dibiayai Yayasan Islah Bina Ummat (sebuah LSM yang bermarkas di Kuwait dan Qatar). “Jadi, tidak ada sekolah gratis di sini,” tegas alumnus SDN 10 Langsa itu.
SD Islam Terpadu yang berada satu atap dengan SMP dan SMA Al-Fityan School Aceh saat ini memiliki murid sebanyak 208 orang. Mereka tersebar di 11 ruang kelas.
Kecuali masalah ruang kelas yang terasa semakin kurang akibat banyaknya calon peminat, Jumiati yang didampingi Direktur Yayasan Al-Fityan, Bustanul Arifin, mengaku bahwa fasilitas pendukung lainnya tergolong cukup. Ada lapangan voli, tenis meja, bulutangkis, lab komputer, mushalla, perpustakaan, dan lab sains.
Sebagai Sekolah Dasar Islam Terpadu, Jumiati berharap dalam dua tahun ke depan siswa yang tamat dari SDIT Al-Fityan bisa menghafal Quran. “Saya berharap, sedikitnya para siswa bisa menghafal 5 juz,” katanya. Selain bisa menghafal Quran, siswa juga diharapkan bisa berbahasa Arab. “Ini salah satu misi sekolah ini,” katanya.(sir)
Sekolah yang didirikan NGO asal Kuwait dan Qatar pascatsunami tahun 2007 silam itu tidak membeda-bedakan antara siswa dari keluarga yatim atau piatu dengan siswa dari keluarga kaya atau berstatus sosial tinggi. “Untuk menghidupi sekolah, lembaga pendidikan ini tetap mewajibkan siswanya untuk membayar iuran,” kata Kepala SDIT Al-Fityan, Jumiati SE. “Saat ini, untuk membiayai 26 guru plus tenaga administrasi dan kebutuhan sekolah lainnya, para siswa dikenai Rp 220 ribu/orang,” ujar alumnus STIE Lamlagang tahun 1998 itu.
Bagi anak yatim atau piatu yang bersekolah di sini, seluruhnya dibiayai Yayasan Islah Bina Ummat (sebuah LSM yang bermarkas di Kuwait dan Qatar). “Jadi, tidak ada sekolah gratis di sini,” tegas alumnus SDN 10 Langsa itu.
SD Islam Terpadu yang berada satu atap dengan SMP dan SMA Al-Fityan School Aceh saat ini memiliki murid sebanyak 208 orang. Mereka tersebar di 11 ruang kelas.
Kecuali masalah ruang kelas yang terasa semakin kurang akibat banyaknya calon peminat, Jumiati yang didampingi Direktur Yayasan Al-Fityan, Bustanul Arifin, mengaku bahwa fasilitas pendukung lainnya tergolong cukup. Ada lapangan voli, tenis meja, bulutangkis, lab komputer, mushalla, perpustakaan, dan lab sains.
Sebagai Sekolah Dasar Islam Terpadu, Jumiati berharap dalam dua tahun ke depan siswa yang tamat dari SDIT Al-Fityan bisa menghafal Quran. “Saya berharap, sedikitnya para siswa bisa menghafal 5 juz,” katanya. Selain bisa menghafal Quran, siswa juga diharapkan bisa berbahasa Arab. “Ini salah satu misi sekolah ini,” katanya.(sir)
Editor : bakri
No comments:
Post a Comment