Cerpenis dari Al Fityan
Masuk akal jika Nisa Rizkya Andika disebut calon cerpenis perempuan berbakat. Remaja yang masih duduk di bangku SMP IT Al Fityan School Aceh itu telah mengoleksi lima cerita pendek (cerpen). Siswi kelas III itu juga kini sedang menulis novel.
Tiga dari lima judul novel yang belum dipublikasi Nisa, masing-masing berjudul “Lebih Baik Tukang Soto, Cahaya di Antara sang Pendiam, dan Sania dan Ibunya.”
Sedangkan novel yang baru selesai setebal 31 halaman, kata putri Junaidi SST M.Kes dan Juleka SST M.Kes itu, mengisahkan tentang kedatangan seorang tenaga pengajar dari Jakarta ke Al Fityan.
Penyuka juice alpokat dan mi Aceh tersebut mengaku ingin menjadi penulis terkenal. Peraih juara I lomba karya ilmiah tingkat Provinsi Aceh itu bertekad untuk terus menulis karya.
Menulis, membaca, dan menggambar memang hobinya sejak kecil. Lewat lomba menulis surat untuk Gubernur Aceh, dara kelahiran Banda Aceh ini berhasil merebut peringkat tiga provinsi.
Pada lomba tersebut, Nisa Rizkya membahas semangat anak-anak Aceh yang mentalnya sempat hancur akibat tsunami, namun dalam waktu singkat pulih kembali.
Belajar menulis karya ilmiah dan karya sastra, Nisa mengaku sang ayah menjadi guru baginya. “Ayah juga sering menulis opini di Serambi. Dan saya belajar langsung dari ayah,” katanya.
Sedangkan pada lomba menggambar untuk tingkat SD, dara yang sudah mampu menghafal Quran satu setengah juz itu hanya berada di peringkat empat se-Provinsi Aceh.(sir)
Tiga dari lima judul novel yang belum dipublikasi Nisa, masing-masing berjudul “Lebih Baik Tukang Soto, Cahaya di Antara sang Pendiam, dan Sania dan Ibunya.”
Sedangkan novel yang baru selesai setebal 31 halaman, kata putri Junaidi SST M.Kes dan Juleka SST M.Kes itu, mengisahkan tentang kedatangan seorang tenaga pengajar dari Jakarta ke Al Fityan.
Penyuka juice alpokat dan mi Aceh tersebut mengaku ingin menjadi penulis terkenal. Peraih juara I lomba karya ilmiah tingkat Provinsi Aceh itu bertekad untuk terus menulis karya.
Menulis, membaca, dan menggambar memang hobinya sejak kecil. Lewat lomba menulis surat untuk Gubernur Aceh, dara kelahiran Banda Aceh ini berhasil merebut peringkat tiga provinsi.
Pada lomba tersebut, Nisa Rizkya membahas semangat anak-anak Aceh yang mentalnya sempat hancur akibat tsunami, namun dalam waktu singkat pulih kembali.
Belajar menulis karya ilmiah dan karya sastra, Nisa mengaku sang ayah menjadi guru baginya. “Ayah juga sering menulis opini di Serambi. Dan saya belajar langsung dari ayah,” katanya.
Sedangkan pada lomba menggambar untuk tingkat SD, dara yang sudah mampu menghafal Quran satu setengah juz itu hanya berada di peringkat empat se-Provinsi Aceh.(sir)
Editor : bakri
No comments:
Post a Comment