Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Sunday, September 30, 2012

PERANG KHANDAQ


Setelah Allah SWT mentakdirkan pengasingan Bani Nadhir, sebagai balasan yang setimpal atas percobaan pembunuhan yang mereka rencanakan terhadap Nabi Muhammad SAW, maka mereka mulai melancarkan dan mengobarkan api fitnah, dan menyulut api permusuhan dan kemarahan di kalangan bangsa Arab untuk memerang Islam dan ummatnya karena dengki dan kesewenang-wenangan.

Elit- elit kafir mampu memobilisasi kekuatan dari kabilah-kabilah Arab yang membenci Islam, mereka mengira kebatilan akan mampu mengalahkan al-Haq, kegelapan kekufuran akan dapat memadamkan cahaya tauhid, demikianlah bergabung kekuatan kejahatan dan permusuhan, yang menginginkan terpukulnya Islam di dalam rumahnya sendiri hanya dengan sekali pukulan saja. Setelah itu tidak akan berdiri lagi untuk selama-lamanya.

Allah SWT menghedaki tegaknya al-haq dan hancurnya al-bathil, walaupun orang-orang kafir tidak menyukainya. Peperangan ini merupakan perang yang paling penting dalam sejarah Islam, dan telah nyata bahwa kaum muslimin dalam peperangan ini hanya berpegang teguh kepada tali Allah SWT, bersandar kepada kebenaran iman mereka dengan risalah yang agung ini, dan kesabaan mereka dalam menghadapi tantangan di tengah puncak kesulitan, dan hati merekapun berguncang. Namun keimanan nialah yang meadi penyebab datangnya bantuan dan pertolongan Allah SWT. Hati orang-orang yang beriman tidak mengenal putus asa, apabila pasukan koalisi mengiri bahwa dunia berada bersama mereka, maka orang-orang yang beriman dengan penuh keyakinan berkata : ”Sesungguhnya Allah SWT bersama kami dan Allah Maha Besar!.
  
WAKTU KEJADIAN DAN SEBAB - SEBABNYA

Perang khandaq atau perang Ahzab ini terjadi pada bulan Syawal tahun kelima hijriyah. Adapaun sebab-sabab terjadinya peprangan ini bermula dari orang-orang Quraisy dan kabilah Yahudi dan Arab yang merasa khawatir dengan eksistensi Islam, sehingga mengantarkan mereka kepada konspirasi mnjatuhkan Islam dan menanti-nati momen yang tepat untuk merealisasikannya. Elit Banu Nadhir masih menyimpan amarah yang dalam kepada kaum Muslimin, dan ambisi mereka untuk melampiaskan balas dendam, setelah mereka iasingkan dari kota Madinah.

PERISTIW-PERISTIWANYA

Dalam benak kepala kaum elit Bani Nadhir   dipenuhi oelh pemikiran untuk menyerukan bangsa Arab di Jazirah untuk memberontak melawan Islam dan umatnya, sehinga kebencian dan dendam mereka menyebabkab mereka bersikap fasik dan dusta. Hal itu terbukti ketika kaum Quraisy bertanya kepada mereka : ”afakhairun diinunaa am diinu Muhammad?”, mana yang labih baika, agama kami atau agama Muhammad? Tanpa sungkan Huyyay bin Akhtab dan elit Banu Nadhir lainnya menjawab : ”tidak, agama kalian lebih baik dari agama Muhammad”. Lalu kaum Elit Yahudi pergi ke Bani Ghatafan, menghasut mereka dan memprovokasi kabilah-kabilah untuk memberontak kepada kaum Muslimin.

Adapun kaum Quraisy dan Ghatafan sejak pasca perang Uhud memang mengancam ingin menyerang, kebencian dan dendam telah merasuki ubun-ubun mereka, gayngpun bersambut, mereka mulai melakukan mobilisasi, dan bergeraklah pasukan besar di bawah komando Yahudi ini menuju Madinah untuk menyerang Nabi dan para sahabatnya.

Kaum Quraisy dipimpin oleh Abu Sufyan dengan 4000 personil, 300 pasukan berkuda dan 500 kafilah onta, sedangkan pembawa bendera diserahkan kepada Utsman bin Thalhah sesuai hasil keputusan musyawarah di Daarunnadwah. Ia dipilih karena Ia telah berpengalaman menjadi pemegang bendera dalam perang Uhud dan ayahnya mati terbunuh dalam peperangan tersebut. Banu Fazaarah juga keluar dibawah pimpinan ’Uyaynah bin Hishn dengan jumlah pasukan yang cukup banyak dan 1000 ekor onta. Bani Asyja’ dan Murrah, Bani Sulaim dan Bani Asad bergabung seluruhnya dengan jumlah pasukan mencapai 10.000 orang. Mereka seluruhnya menuju kota Madinah di bawah komando Abu Sufyan, sesampainya di Madinah mereka saling menugaskan bergantian memimpin pasukan.

STRATEGI PERTAHANAN PARIT

Rasulullah SAW dan kaum Muslimin telah mendapatkan informasi tentang bergeraknya pasukan besar koalisi bangsa Arab untuk menghantam Islam dan umatnya di dalam ruangan rumah-rumah mereka. Lalu beliau bermusyawarah dengan para sahabat apa yang sebaiknya harus dilakukan, apkh tetap bertahn di Madinah, atau keluar menghadp mereka? Namun pendapat yang ada cenderung tetap bertahan di Madinah menghadapi puluhan ribu pasukan lengkap dengan persenjataannya. Pada saat itulah Salman Al-Farisy  mengusulkan untuk menggali parit, ini strategi nyang tidak pernah dilakukan oleh bangsa Arab, usulan diterima, umat Islam pun langsung bergegas mengerjakannya, mereka mulai menggali Khandaq di sebelah utara kota Madinah memanjang diri timur ke Barat, posisi ini merupakan tempat yang rawan dimasuki oleh musuh menuju kota Madinah. Bersebalahan dengan masing-masing ujung parit tersebut terdapat pemukiman penduduk dan kebun  kurma, jadi tidak mungkin mereka memasuki kota Madinah dari arah tersebut.

Nabi Muhammad SAW ikut turun menggali parit bersama para sahabat, beliau mengangkut tanah galian dan menyemangatkan kaum Muslimin dengan mendendangkan syair Abdullah bin Abi Rawahah :

اَللَّهُمَّ لَوْلاَ أَنْتَ مَا اهْتَدَيْنَا
وَلاَ تَصَدَّقْنَا وَلاَ صَلَّيْنَا
فَأَنْزِلَنْ سَكِيْنَةً عَلَيْنَا
وَثَبِّتِ اْلأَقْدَامَ إِنْ لاَقَيْنَا
وَالْمُشْرِكُوْنَ قَدْ بَغَوْا عَلَيْنَا
وَإِنْ أَرَادُوْا فِتْنَة ًأبَيَنَْا

Ya Allah!, kalau bukan karena Engkau kami tidak akan mendapat petunjuk
Kami tidak akan bersedekah dan tidak akan shalat
Karena itu, berikanlah ketnangan kepadan kami
Dan mantapkanlah langkah-langkah kami jika kami telah berhadapan
Orang-orang Musyrik itu telah memnagkang terhadap kami
Jika mereka ingin menghancurkan kami kami tak akan biarkan begitu saja.

Kaum Muslimimn dapat menunjukan kerjanya yang serius, kesungguhnannya yang kontrinyu untuk menuntaskan penggalian parit dalam waktu enam hari, kemudian rumah-rumah-rumah yang diprkirakan akan berhadapan langsung dengan musuh di bentengi dan rumah-rumah yang bersebelahan dengan parit juga dibentengi dengan batu-batuan yang juga dapat digunakan oleh wanita dan anaka-anak untuk melempar musuh bila diperlukan.

KAUM QURAISY TIBA-TIBA TELAH MENDEKAT KE PARIT

Pada awalnya pasukan koalisi Quraisy verharap dapat bertemu kaum Muslimin di lembah Uhud, namun tak seorangpun dijumpai di sana, lalu mereka bergerak maju ke kota Madinah sampai akhirnya tiba-tiba mereka sampai di dekat Khandaq, maka merekapun marah bercampur ta’jub melihat strategi pertahanan yang belum pernah ada sebelumnya. Kaum Quraisy dan pasukannya mengambil tempat di dekat sumber air, sedangkan Ghatafan dan pasukannya mengistirahatkan pasukannya di dekat Uhud.

KAUM MUSLIMIN JUGA MENGAMBIL POSISI

Kekuatan Muslim hanya berkisar 3000 orang personil di bawah pimpinan Rasulullah SAW, posisi kaum Muslimin berada di dekat Khondaq dan kaum quraisy di seberangnya. Khusus untuk Rasulullah SAW di bangunlah kemah berwarna merah agar mudah dikenali oleh kaum Muslimin. Sementara Quraisy dan pasukan koalisi sudah putus asa terhalang oleh parit. Abu Sufyan dan sekutunya yakin kalau hal ini akan terus berlangsung sampai waktu yang tidak jelas, pada saat itu sudah masuk musim dingin, angin bertiup kencang dan dikhawatirkan akan turun hujan. Mereka mengharapkan ada kemenangan yang mudah dalam perang Uhud dan merke kembali dengan membawa ghanimah yang berlimpah. Begitupula Ghatafan mulai berfikir untuk munduru teratur dari front, karena mereka berperang tujuannya hanya harta rampasan perang.

Pada saat putus asa melanda pasukan koalisi, dan mereka nyaris mundur, maka kaum Yahudipun mulai setress, mereka mulai melakukan rekayasa fitnah, Huyay bin Akhtab mengatakan kepada sekutu-sekutunya bahwa Ia akan ditolong oleh Bani Quraizhah sekutu kaum Muslimin di Madinah, mereka akan membuka jalan masuk  kota Madinah selain arah Khandaq.

BANU QURAIDZHAH TERJEBAK DALAM PENGKHIANATAN

Huyay bin Akhtab bertemu dengan Ka’ab bin Asad tokoh Bani Quraidzhah yang diam-diam masih loyal dengan pasukan koalisi untuk menghancurkan kaum Muslimin. Pada awalnya Ka’ab khawatir akan resikonya, sebagaimana yang telah dialami oleh Banu Qainuqa’ dan Banu Nadhir sebelumnya, kemudian Ia tetap bersikukuh, dan bersepakatlah  kedua tokoh Yahudi tersebut melanggar perjanjian. Tatkala berita bergabungnya Banu Quraidzhah dengan pasukan koalisi dan penghianatannya terhadap perjanjian bersama kaum Muslimin. Kaum Muslimin cukup terguncang dengan kejadian ini, dan mereka khawatir akibat yang akan ditanggungnya. Dan Rasulullah SAW dengan arif dan bijaksana menghimbau agar kaum Muslimin tetap tenang, lalu beliau mengutus empat orang sahabat ke Bani Quraizdhah, sesampainya di sama memang benar didapati Banu Quraidzah telah berkhianat, mereka telah ternag-terangan menghinakan kaum Muslimin.

Keempat sahabat tersebut segera kembali menemui Rasulullah SAW untuk menyampaikan berita tersebut. Ini bencana yang cukup serius bagi kaum Muslimin, mereka membayangkan bagaimana jadinya bila Banu Quraidzhah benar-benar telah membuka jalan masuk ke kota Madinah untuk pasukan koalisi, sebab jika mereka berhasil masuk, maka mereka akan membantai habis kaum Muslimin dan menghancurkannya sehancur-hancurnya. Banu Quraidzah telah memutus bantuan  dan dukungannya kepada kaum Muslimin, sementara Quraisy dan Ghatafan telah bersiap-siap untuk menyerang setelah menunggu kurang lebih sepuluh hari. Gambaran situasi ini telah dilukiskan dalam Al-Qur’an, sebagaimana Allah SWT berfiman :

10.  (yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan[1205] dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka.
11.  Disitulah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat.
12.  Dan (Ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya Berkata :"Allah dan rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya".
13.  Dan (Ingatlah) ketika segolongan di antara mreka berkata: "Hai penduduk Yatsrib (Madinah), tidak ada tempat bagimu, Maka kembalilah kamu". dan sebahagian dari mereka minta izin kepada nabi (untuk kembali pulang) dengan Berkata : "Sesungguhnya rumah-rumah kami terbuka (Tidak ada penjaga)". dan rumah-rumah itu sekali-kali tidak terbuka, mereka tidak lain Hanya hendak lari.



[1205]  maksudnya ialah menggambarkan bagaimana hebatnya perasaan takut dan perasaan gentar pada waktu itu.

Begitulah Huyay bin Akhtab mengobarkan api peperangan, kaum Muslimin cukup mersasa cemas dengan rencana jahat ini, yang akan menghancurkan kota Madinah dan orang-orang yang berada di dalamnya, dan apa yang diinginkan oleh musuh-musuh Allah untuk memberangus da’wah dan para da’inya akan menjadi kenyataan.

GENDERANG PERANG SEMAKIN NYARING, PASUKAN KOALISI BERSIAP-SIAP MENYEBERANGI PARIT.

Spirit dan moralitas perang kaum Musyrikin semakin meningkat, sampai-sampai sebagain mereka ingin melompati parit, beberapa pasukan berkuda mereka  mencoba melompat dari celah yang lebarnya agak pendek, dan ternyata mereka bisa melompatinya. Di antara yang berhasil melompatinya adalah ’Amr bin Abdi Wudd, Ikrimah bin Abi Jahal, dan Dhirar bin Al-Khattab. Ali bin Abi Thalib dan beberapa pasukan kaum Muslimin segera mencegat mereka, tiba-tiba Amr bin Abdi Wudd menantang untuk prnag tanding satu lawan satu (Mubarazah / Single Fighter), tantangnnya disambut oleh Ali bin Abi Thalib dan beliau berhasil membunuhnya, sedang sisanya kabur terbirit-birit melompati kembali parit tersebut. Gagal sudah upaya pasukan Quraisy  yang ingin mencoba melompati parit tersebbut.

Pasukan koalisi terus menyulut api peperangan untuk menanamkan rasa takut terhadap kaum Muslimin, dan melemahkan spirit dan moralitas perang mereka. Sementara Bani Quraidzhah mulai turun dari benteng mereka mendekati rumah-rumah penduduk kota Madinah yang dekat dengan mereka, untuk mengintimadisi mereka dan menyebarkan opini yang men’down’kan mereka, serta menghancurkan moralitas pasukan kamu Muslimin.

DIPLOMASI DAN KAMUFLASE PERANG
Kaum Muslimin masih tergncang dan cemas dalam menghadapi makar dan tipudaya Yahudi dan pasukan koalisi Quraisy. Rasulullah SAW berfirikir bahwa hal ini harus dihadapi dengan politik diplomasi dan kamuflase perang. Beliau mulai menjalankan misinya dengan mengirim utusan ke Ghatafan dengan menjanjikan mereka 1/3 hasil perkebunan Madinah bila mereka mundur dari koalisi, karena keikutsertaan mereka hanya ingin mengharapkan harta rampasan perang , namun kalangan Anshar tidak menginginkan bergaining itu diteruskan antara Rasulullah SAW dan elit Ghatafan, mereka enggan orang-orang Ghatafan memiliki saham dalam hasik kebun kota Madinah, dan hal ini menurut pandangan mereka juga akan menggerogoti kehormatan Islam.

Kaum Muslimin hanya bisa pasrah dan bersabar, seraya mengharapkan petunjuk dan pertolongan Allah SWT yang akan menjadi salah satu penyebab kemenangan. Tiba-tiba Nu’aim bin Mas’ud memberitahu keislamannya kepada Rasulullah SAW, sedangkan kaumnya dari Ghatafan tidak mengetahuinya. Ia adalah kolega dekat Quraisy dan Yahudi dan menawarkan bantuannya kepada Rasulullah SAW. Lalu Rasulullah SAW bersabda :

أَنْتَ رَجُلٌ وَاحِدٌ . .. وَلَكِنْ خَذِّلْ عَنَّا مَا اسْتَطَعْتَ فَإِنَّ الْحَرْبَ خُدْعَةٌ
.Engkau satu-satunya orang di antara kami…….karena itu buatlah mereka ‘down’ terhadap kami semampu yang bisa engkau lakukan, karena sesungguhnya perang itu adalah kamuflase dan tipu daya”

PERAN NYATA NU’AIM BIN MAS’UD

Nu’am keluar dengan tenang meninggalkan Rasulullah SAW menuju Bani Quraidzhah, mereka tidak tahu kalau dirinya telah masuk Islam, lalu Ia menyebutkan bahwa antara dirinya dan mereka terjalin hubungan yang dekat dan penuh cinta, hal ini dilakukakan agar Ia dapat mempengaruhi Bani Quraidzhah untuk menarik diri dari pasukuan kolaisi, kemudian Ia katakan  bahwa Bani Quraidzhan akan terancam oleh malapetaka, sebab Quraisy dan Ghatafan belum pasti apakah mereka akan berada di front sampai peperangan ini usai, karena itu Bani Quraizhah diminta oleh Nu’aim bin Mas’ud untuk mengkonfirmasi dan meminta jaminan kepercayaan sekutunya tersebut, Nu’aim bin Mas’ud mengingatkan jangan sampai mereka mengalami nasib seperti Bani Qainua’ dan Bani Nadhir, Ia menegaskan sekali lagi agar tidak bergabung begitu saja dengan pasukan kolaisi bila Quraisy dan Ghatafan tidak memberikan jaminan bahwa mereka tidak akan pulang ke Mekkah meninggalkan Bani Quraizhah, untk itu sebagai jaminannya mereka harus menyandera 70 elit Quraisy dan Ghatafan yang dapat mereka tebus bila peperangan telah selesai. Bani Quraidzhah menyetujui gagasan Nu’aim dan merosponnya dengan segera.

Nu’aim bergegas pergi ke koleganya yang lain (Quraisy), di sana Ia berkumpul dengan para eliti tokohnya, Ia menunjukan ras simpatik yang setinggi-tingginya kepada mereka. Ia mulai memberi isyarat bahwa Bani Quraidzhah menyesali penghianatan mereka dan mereka telah menyerah kepada Nabi Muhammad SAW dan kaum Muslimin, mereka lakukan itu untuk meminta keridoan Nabi agar mau memaafkan saudara mereka Bani Nadhir, oleh kaena itu kemungkinan nanti merek akan datang ke sini untuk meminta tokoh-tokoh Quraisy untuk mereka eksekusi, Nu’aim menyarankan agar permintaan mereka tidak ditanggapi, dan jangan sampai seorangpun diserahkan kepada mereka!. Kemudian Ia bergegas pergi menuju Bani Ghatafan, dan menyampaikan dan memperingatkan kepada mereka seperti yang telah disampaikan dan diperingatkan kepada Quraisy. Terakhir, Nu’aim hanya berkata kepada mereka : “Innii lakum minannaasihin”, aku hanya memberikan nasehat saja. Keragu-raguan mulai merasuki Quraisy dan Ghatafan, dan diplomasipun mulai membuahkan hasil yang diharapkan.

KESUKSESAN KAMUFLASE

Quraisy dan Ghatafhan mulai berunding, Abu sufyan diutus menghadap Bani Quraidzhah, mengetes mereka untuk mengajak berperang setelah beberapa hari pengepungan, dan memulai segera penyerangan kaum Muslimin besok pagi. Namun Abu Sufyan pulang tanpa membawa hasil, Banu Qiraidzah menolak ajakannya, dengan alasan esok hari sabtu, hari besar mereka yang membuat mereka terlarang untuk berperang dan beraktifitas. Abu Sufyan marah dan mengulangi lagi permintaannya kepada Bani Quraidzhah seraya mengintimidasi merek abila mereka tidak mau menepati janji dan kesepakatan koalisi. Numun Bani Quraidzhah tetap sja pada pendirinannya, namun mereka meminta beberapa tokoh Quraisy mereka sandera sebagai jaminan, agar mereka merasa tenang melapas pasukannya. Terbuktilah sudah prasangka dan keraguan Abu Sufyan terhadap Bani Quraidzhah seperti yang telah diceritakan oleh Nu’aim bin Mas’ud, sejak saat itu mereka mulai terpecah dan satu dan lainnya saling mencurigai.

Abu Sufyan menghabiskan malam harinya untuk merenungkan masalah ini, setelah Ia mendapatkan dari Bani Ghatafan sikap yang sama dengan Bani Quraidzhah, mereka ragu-ragu dan  mulai melemah semangatnya untuk berperang, terlebih lagi setelah mereka di iming-iming 1/3 hasil perkebunan Madinah.

PERTOLONGAN HANYA DATANG DARI ALLAH SWT

Di bawah bayang-bayang kesulitan ini, bersamaan dengan sikap sabar dan siap menanggung beban, dibarengi dengan siasat yang bijak dan kepiawaiain diplomasi. Rasulullah sebagai panglima tidak luput berdo’a dan bermunajat kepada Allah SWT seraya bersabda :

" اَللَّهُمَّ مُنْزِلَ اْلكِتَابَ ، سَرِيْعَ الْحِسَابَ ، اِهْزِمِ اْلأَحْزَابَ ، اَللَّهُمَّ اهْزِمْهُمْ وَانْصُرْنَا عَلَيْهِمْ " .

“Ya Allah! Yang menurunkan Kitab (Al-Qur’an), Yang cepat perhitungan-NYA, han curkanlah pasukan koalisi itu, Ya Allah! Hancurkanlah mereka! Dan tolonglah kami dalam mengahdapi mereka”

Tatkala malam menjelang, Allah SWT mulai mengirimkan angin kencang bercampur hawa dingin ke arah pasukan koalisi, ditambah hujan yang lebat, kilatan petir dan bergemuruhnya halilintar, sehingga tiang-tiang kemah mereka terangkat, periuk-periuk mereka bernatakan, mereka mulai dihatui ketakutan, pada saat itu mereka membayangkan serbuan pasukan berkuda kaum Muslimin segera akan menyerang mereka. Sebagian mereka langsung berdiri dan berseru : “an-najaah!, annajaah!, cari selamat! cari selamat!, sebentar lagi kalian akan diserbu kaum Muslimin!. Di sinilah Abu Sufyan menginstrukdikan kepada pasukannya untuk segera kembali ke Mekkah, tidak ada gunanya lagi berlama-lama di tempat ini, banyak kuda dan onta yang mati, sementara Banu Quraidhah telah berkhianat. Lalu mereka membawa apa yang masih bisa mereka bawa. Angin masih bertiup kencang, Bani Ghatafan pun ikut menyusul bergegas lari meninggalkan front sebelum datangnya siang.

Tatkala pagi tiba, fron peperanga telah kosong melompong, tidak ada yang tersisia sedikitpun, kaum muslimin yang melakukan inspeksi tidak menemukan seorangpun, maka Rasulullah SAW sebagai panglima mengajak kaum Muslimin kembali ke rumah masing-masing. Hati dan lisan mereka tak hentin-hentinya mengucapkan hamdalah, memuji Allah SWT yang telah menyelamatkan mereka dan ancaman marabahaya. Ini merupakan nikmat Allah SWT yang tak ternilai keitika pasukan koalisi tercerai berai, peristiwa ini terjadi pada bulan Dzul Qa’dah, dan Al-Qur’an pun diturunkan untuk mengabadikan peristiwa ini, dan dibaca oleh kaum muslimin dari generasi ke generasi dan dari masa ke masa hingga sekarang ini, Allah SWT berfirman :

9.  Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang Telah dikurniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya[1204]. dan adalah Allah Maha melihat akan apa yang kamu kerjakan.

[1204]  ayat Ini menerangkan kisah AHZAB yaitu golongan-golongan yang dihancurkan pada peperangan Khandaq Karena menentang Allah dan Rasul-Nya. yang dimaksud dengan tentara yang tidak dapat kamu lihat adalah para malaikat yang sengaja didatangkan Tuhan untuk menghancurkan musuh-musuh Allah itu.

HASIL-HASILNYA

1.       Kaum Quraisy telah gagal total meraih kemenangan berperang melawan kaum Muslimin.
2.        Dan Yahudi Bani Quraidzhah adalah unsur yang paling berbahaya di antara pasukan koalisi yang kemungkinan dapat melakukan makar lebih hebat lagi dari apa yang telah mereka lakukan sekarang ini, kalau saja tidak terjadi badai yang memporak porandakan pasukan koalisi, barangkali mereka akan dapat menghabisi kaum Muslimin dengan sangat mudahnya.
3.       Persiapan untuk menjatuhkan vonis kepada biang kerok fitnah di Madinah : Bani Quraidzah. Tujuannya adalah terwujudnya stabilitas politik dan dakwah.
4.       Peperangan ini merupakan halaqah pembentukan militansi juang kaum Muslimin, sekaligus menyingkap orang-orang munafik dan orang-orang yang hatinya berpenyakit, dan menyeleksi orang-orang Mu’min yang tabah berjuang di jalan Allah SWT, sehingga iman islam mereka semakin bertambah kualitasnya.

IBROH-IBROHNYA

  1. Rasulullah SAW bersemangat untuk berunding dan bermusyawarah, tukar-menukar pendapat (brain storming) dalam berbagai posisi sulit.
  2. Sebagai pemimpin, Rasulullah SAW ikut turun menggali parit, untuk memberikan semangat kepada para sahabat, dan menjadi tel;adan yang baik bagi mereka.
  3. Pentingnya membangun kewaspadaan terhadap kaum munafikin dan orang-orang yang hatinya berpenyakit khusunya pada saat-saat kritis.
  4. Sesungghnya perang itu kamuflase dan tipudaya, perang psikologis (urat syaraf/pshy-war memiliki pengaruh yang sangat efektif dalam front peperangan.
  5. Sesungguhnya Allah SWT menguji hamba-hambaNYA yang beriman, untuk membersihkan hati-hati mereka, dan Allah SWT selalu bersama orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat baik.
  6. Kesabarab dan melipatgandakan kesabaran merupakan unsur-unsur kemenangan.
  7. Peperangan bukan hanya dalam bentuk konfrontasi di medan perang, akan tetapi diawali dengan politik yang bijak dan gagasan yang kuat.
  8. Mengambil faedah dari ilmu-ilmu kontemporer dan eksperiman bangsa-bangsa terdahulu dalam kontek perang dan damai.
  9. Berkoalisinya kekuatan-kekuatan yang jahat dan memusuhi Islam, seyogyanya jangan sampai para Mujahid putus asa dari pertolongan  Allah SWT.
  10. Sesungguhnya Akidah harus dipersiapkan sebelum persenjataan, keduanya adalah jalan menuju kemenangan.
  11. Orang-orang beriman hanya menyiapkan SDM semampunya, setelah itu Allah SWT lah yang akan menyediakan bantuanNYA.

PERANG BANI NADLIR


Kaum muslimin menghadapi masalah yang pelik setelah kegagalan di Uhud yaitu dengan terjadinya peristiwa di Raji’ dan Sumur Mau’nah. Peristiwa ini membuat kegoncangan pada mereka, serta melunturkan wibawa dan kehebatan mereka selama ini. Hal itu dibuktikan dengan manuver-manuver yang dilakukan kaum munafik dan orang yahudi dan mereka yang sakit hatinya dari bangsa arab untuk merongrong kaum muslimin dan mereka semakin berani berbuat kurang ajar.
Mereka mulai mengobarkan perang urat syaraf untuk melumpuhkan kekuatan kaum muslimin dan menghancurkan barisannya dengan menyebarkan keraguan dan issu-issu negatif sampai-sampai orang-orang yahudi berani mau menghabisi nyawa Rasulullah saw.
Rasulullah saw menyadari kalau situasi politik kaum muslimin yang lemah inimendorong keberanian musuh-musuh islam untuk bersatu padu dan mematangkan strategi untuk menghancurkan kaum muslimin.
Maka Rasululullah menempuh satu langkah politik yaiotu dengan menguji motivasi kaum bani nadlir, untuk lebih memudahkan pergaulan dengan mereka.
Dari kebijakan politik inilah yang melatar belakangi terjadinya perang dengan mereka yaitu sebagai tast cash sekelompok yahudi –meskipun kekafiran itu kelompok yang satu- untuk mengetahui sejauh mana rencana busuk mereka dan apa saja rencana mereka dalam menyikapi islam dan Rasulullah saw. Yang pada akhirnya Allah jualah yang akan mengadzab mereka untuk menjadi pelajaran bagi kaum munafik dan musuh-musuh islam lainnya.


Waktu terjadinya perang bani Nadlir
Perang bani nadlir terjadi pada bulan Rabiu’l awwal tahun ke 4 hijriyah-setelah 6 bulan dari peristiwa perang uhud-. Dan Allah menepati janjinya dengan memberikan pertolongan kepada RasulNya dan kaum Muslimin dengan kemenangan yang gilang gemilang.

SEBAB TERJADINYA PERANG
1.      Sebab utama meletusnya perang ini adalah percobaan pembunuhan terhadap Rasulullah saw ketika rasulullah mengunjungi mereka untuk meminta pertanggung jawaban bersama dalam menanggung diyat dua orang yang terbunuh dari bani Amir.
2.      Penghinaan dan ejekan yqang dilakukan kaum yahudi terhadap kaum muslimin pasca kekalahan kaum muslimin di Uhud. Mereka melancarkan perang syaraf untuk menjatuhkan mental kaum muslimin dan penghancuran sendi-sendi islam
3.      Kekhawatiran kaum muslimin akan perpecahan intern yang akan berakibat fatal setelah kekalahan di Uhud. Hal ini membuka peluang bagi kabilah yang bertetangga dengan kota Madinah untuk melancarkan peperangan terhadap kaum muslimin yang dengan pasti mereka akan disokong orang munafik yang menyimpan dendam pada pasukan islam.

KRONOLOGIS PERANG BANI NADLIR


Rasulullah menguji kaum Yahudi
Rasulullah saw berkeingin untuk menyingkap kebusukan yahudi dan permusuhan mereka kepada islam dan kaum muslimin yang selama ini mereka rahasiahkan. Rasululah saw pergi menemui Bani Nadlir untuk sama-sama menanggung diyat bagi dua orang dari kaum Bani Amir yang dibunuh dengan tidak sengaja oleh sebagian kaum muslimin. Sementara bani nadlir adalah mengadakan perjanjian dengan bani Amir.
Rasulullah mnemui mereka dengan ditemani 10 orang sahabat senior di antaranya Abu Bakar, Umar bin Khathab serta Ali bin Abi Thalib.
Bani Nadlir pun merespon permintaan Rasulullah itu, para pembesar kaum menyambut kedatangan rasulullah dengan senang hati, akan tetapi Rasulullah mencium gelagat yang tidak baik di balik keramahan mereka. Rasululah menngendus kabar dari sebagian pembicaraan mereka akan konsfirasi busuk yang akan mereka jalankan. Dan kesempatan itupun ada di depan mata mereka.
Rasulullah sekelebatan melihat slah seorang dari mereka yaitu Amr bin Jahsy bin Ka’ab masuk ke rumah yang Rasulullah bersandar ke dinding rumah itu. Amr bermaksud membunuh rasulullah dengan melemparinya dengan batu dari atas rumah tersebut, sebelum rencana jahat itu dilakukan Rasululah keluar dari rumah itu dengan tenangnya meninggalkan para sahabat. Para sahabat menyangka kalau Rasulullah akan kembali.
Hancurlah sudah tipu busuk mereka, merekapun diliputi keheranan bercampur kejengkelan. Mereka takut akan akibat yang dihadapi jika membunuh salah seorang sahabat Rasulullah saw.
Lama sudah para sahabat menunggu  tapi Rasulullah tak kembali jua, mereka bergegas meninggalkan Bani Nadlir dan kembali ke Madinah. Mereka mendapati Rasulullah sudah langsung menuju masjid.

Peringatan atas Bani Nadlir dengan terang-terangan
Rasulullah saw berkumpul dengan para sahabatnya, beliau menceritakan keraguannya akan orang yahudi dan sifat mereka yang ingkar janji. Para sahabat membenarkan firasat Rasulullah saw dan wahyu yang Allah turunkan padanya. Dan mereka mengevaluasi pengetahuan mereka akan yahudi.
Rasulullah saw sebagai panglima, memutuskan untuk mengutus Muhammad bin Maslamah ke Bani Nadlir dengan membawa misi twerbatas, beliau katakan padanya: “Pergilah ke Yahudi Bni Nadlir dan katakan pada mereka: “Rasululullah mengutusku untuk menyampaikan pesan pada kalian untuk keluar dari tanah kalian, karena kalian telah mengkhianati janji yang telah kita sepakati, Aku beri tempo kalian selama 10 hari kalau ada yang menolak perintahku ini akan ku penggal lehernya”.
Inilah balasan bagi kaum pengingkar janji. Mereka menunggu dengan resah jeda waktu yang di berikan Rasulullah saw, akan tetapi pembesar munafik Abdullah bin Ubay mengompori mereka untuk tetap tinggal di tanah mereka, serta ia menjanjikan pertolongan.
Mereka mengadakan pertemuan untuk menyikapi ultimatum Rasulullah, sementara merekapun tahu apa yang dialami yahudi Bani Qoinuqa ketika berhadapan dengan Rasulullah saw. Syaithan menghembuskan kesombongan dan kecongkakkan pada para pembesar Bani Nadlir untuk tetap menetap dasn menghadapi atntangan Rasulullah saw. Mereka memutuskan untuk mengirim utusan untuk menemui Rasulullah saw menyampaikan kalau mereka akan bertahan di tanah mereka, dan mereka menantang Rasulullah untuk membuktikan ancamannya… keputusan mereka ini didasarkan atas kokohnya benteng pertahanan mereka serta persediaan logistik yang cukup untuk satu tahun dan berlimpahnya air di tanah mereka.

Kaum muslimin mengepung Bani Nadlir
Lewat sudah 10 hari, tenggat waktu yang diberikan Rasulullah kepada Bani Nadlir, tapi mreka tidak mau keluar dari perkampungannya. Kaum musliminpun mulai menyerang mereka dan peperanganpun berlangsung selama 20 hari. Ada pemandangan menarik dari peperangan ini, dimana ketika kaum muslimin berhasil menguasai sebagian tanah mereka dan memukul mundur pasukan yahudi, maka yahudi itu mundur dan bergabung dengan kelompok yang lain setelah membakar dan merusak apa yang mereka tinggalkan, menyikapi siasat ini maka Rasulullah mengeluarkan instruksi untuk menebang pohon-pohon kurma mereka dan membakarnya sebagai siasat untuk melemahkan mental kaum yahudi, dimana mereka tidak punya lagi harapan akan harta benda mereka dan sudah barang tentu mereka jadi kalut dan putus asa.
Kaum yahudi yang sedang dilanda kegalauan, mereka masih berharap datangya bantuan dari orang-orang munafik dan pertolongan lainya dari kaum musyrik tapi bantuan itupun tak kunjung datang,  kegalauan yang menyelimuti mereka menambah keyakinan mereka akan akibat buruk yang ada di depan mata kalau mereka terus saja memaksakan diri melawan pasukan Rasulullah saw yang gagah berani. Kaum yahudi mengajukan perdamaian kepada rasulullah dan minta jaminan keamanan bagi harta, keselamatan dan keluarga mereka sampai mereka meninggalkan madinah.

Kemenangan kaum muslimin
Rasulullah saw sang panglima, menerima permohonan mereka dan menjamin mereka sampai mereka keluar dari kampungnya. Rasulullah mempasilitasi bagi setiap 3 orang  seekor unta intuk membawa keperluan dan harta mereka apa saja yang mereka inginkan.
Kaum yahudi merasakan kehinaan yang nyata sebagai akibat dari perbuatan mereka yang suka ingkar janji dan khiyanat. Di antara mereka ada yang menuju Khaibar bersama Huyaiy bin Akhtab, ada juga yang meneruskan perjalanan ke Syam. Di lain pihak, kaum meslimin mengambil ghanimah yang banyak berupa tanah, rumah serta persenjataan dan barang berharga lainnya.
Rasulullah saw membagikan kapling tanah bani Nadlir kepada kaum muhajirin saja, karena bagi mereka tanah Bani Nadlir tidak termasuk tanah rampasan perang, dan Rasulullah menyisakan satu bagian yang dikhususkan bagi orang fakir dan miskin.
Peristiwa kemenangan ini diabadikan Al-Quran, demikian juga pengusiran bani nadlir, yang keduanya semata-mata hanyalah karunia Allah swt. Allah berfirman:
“Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran kali yang pertama. Kamu tiada menyangka, bahwa mereka akan keluar dan mereka pun yakin bahwa benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari (siksaan) Allah. Maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. Dan Allah mencampakkan ketakutan ke dalam hati mereka. Mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang beriman. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, wahai orang-orang yang berakal.”
“Dan Jikalau tidaklah karena Allah telah menetapkan pengusiran terhadap mereka, benar-benar Allah telah mengadzab mereka di dunia. Dan bagi mereka di akhirat azab neraka.”
“Yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa menentang Allah, sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (Q.S. Al-Hasyr : 2-4).

Kesimpulan dari perang Bani Nadlir
1-      Kemenangan besar berakibat besar akan kekuatan pemerintahan muslimin, sekaligus menghancurkan upaya-upaya fitnah yang diantaranya memprovokasi yahudi untuk menyerang kaum muslimin dan kesiapan mereka untuk membantunya.
2-      Kemenangan nyata hanyalah milik islam dan kaum muslimin, kaum muhajir dan Anshar bisa bernafas lega dan merekapun mulai menggarap perdagangan dan pertanian dengan suka cita
3-      Kaum muslimin bisa lebih berkonsentrasio menghadapi kaum Musyrikin Makkah. Sementara Abu Sufyan telah menyebarkan ancaman akan menyerang kaum muslimin pada tahun yang sama, maka pasukan kaum muslimin berangkat menuju Badar dan berkemah di sana selama 8 hari berturut-turut menunggu kedatangan kaum Quraisy sambil berdagang dan mencari keuntungan, tapi Abu Sufyan tidak bisa mewujudkan janjinya dan iapun menuai kritik dan menanggung malu yang tak terkira dan mengakibatkan kesan buruk di kalangan Arab yang bisa menghapuskan kenangan manis mereka di perang Uhud. Kemuliaanpun dituai kaum muslimin.
4-      Stabilnya kondisi ekonomi di Madinah, dengan melaksanakan perintah Allah yang termaktub dalam Al-Quran. Rasulullah membagikan Tanah Bani Nadlir kepada para muhajirin senior- ketika kondisi mereka fakir dan bekerja pada kaum Anshar- maka Muhajirin merasa cukup dengan apa yang mereka dapatkan dan Ansharpun merasa lega dengan apa yang Muhajirin dapatkan, di sini terjadilah keseimbangan ekonomi dan starata sosial dalam tatanan masyarakat islam.

Ibrah di balik peristiwa perang ini

1.      Allah SWT senantiasa menjaga Rasul-Nya dari kejahatan manusia, agar ia menyampaikan risalah Tuhannya, dan agar menunaikan kewajibannya dalam menegakkan agama Allah SWT.
2.      Seorang panglima tidak pantas bersikap dengan musuh dalam hal-hal yang prinsipil. Itulah yang Rasulullah lakukan.
3.      Pentingnya bersikap waspada terhadap orang Yahudi, karena rasa dengki mereka yang terpendam kepada risalah Rasulullah dan seluruh ummat Islam.
4.      Upaya keras menjaga keharmonisan internal umat islam adalah penopang utama ketentraman sekaligus upaya preventif terjadinya perang/konflik lokal yang sangat berbahaya.
5.      Upaya mewujudkan stabilitas internal umat islam adalah kekuatan utama untuk melawan musuh dan kelompok pembangkang.
6.      Yakin akan pertolongan haruslah menjadi senjata utama orang-orang mukmin. Karena benteng yang kokoh dan senjata saja tidaklah cukup untuk mewujud kemenangan.
7.      Kemajuan ekonomi memiliki pengaruh kuat dalam mewujudkan stabilitas sosial dan politik.
8.      Dalam kondisi krisis tidak boleh meminta bantuan kepada orang-orang munafik atau orang-orang yang menyimpan kebencian kepada islam di dalam hati.

PERANG UHUD


            Perang Uhud merupakan satu dari sekian episode dan mata rantai perjuangan yang tiada henti atau terputus untuk membela nilai aqidah dan negara Islam yang baru saja lahir, melawan kekuatan batil yang begitu bergelora untuk menghancurkan Islam dan umatnya, sekaligus membalas kekalahan kemusyrikan dan pendukungnya.
            Perang ini merupakan ujian besar bagi para mujahidin yang dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW yang begitu gigih dan sabar bersama mereka. Mereka tidak pernah merasa putus asa ketika mengalami kekalahan pasukan, sebagaimana pula mereka tidak merasa bangga dengan kemenangan. Sebab mereka betul-betul yakin dan beriman bahwa kemenangan berasal dari Allah, dan jalan dakwah menuju kebenaran masih panjang, dimana kekalahan dan kemenangan bisa saja terjadi. Orang mukmin berada di antara dua kebaikan dari Allah. Dia bisa mengambil pelajaran dari perubahan masa, dari setiap kekalahan dan kemenangan hingga oirentasi dan tujuan utamanya terwujud nyata.

Waktu kejadiannya
            Perang Uhud terjadi pada bulan Syawal tahun ketiga hijrah, setahun setelah umat islam memperoleh kemenangan besar di perang Badar.

Faktor pemicu
1.      Kekalahan besar yang dialami kafir Quraisy pada perang Badar meninggalkan bekas yang memilukan dalam jiwa mereka. Sehingga timbul keinginan besar untuk membalas dendam terhadap umat islam atas kematian tujuh puluh orang pemuka Quraisy yang membuat penduduk Makkah merasa sedih atas kematian mereka, dan kemudian melahirkan rasa murka dan rasa ingin membantai kaum muslimin.
2.      Kemenangan besar yang diperoleh umat Islam pada perang Badar bergema di seluruh pelosok Jazirah Arab, dan memberikan iklim politik yang lebih segar kepada umat islam. Hal itu membuat orang Quraisy berambisi untuk mengembalikan martabat mereka di antara semua kabilah Arab dengan cara memerangi umat Islam dan melenyapkan eksistensi mereka, dan untuk membebaskan diri dari kekuasaan umat islam dengan cara menyerang langsung ke markas mereka di Madinah.
3.      Agresi penyerangan ini merupakan usaha keras untuk membuka kembali jalur perdagangan menuju negeri Syam yang berhasil ditutup oleh umat islam untuk perdagangan kaum Quraisy yang menjadi poros kehidupan dan perekonomian mereka. Jalur darat tersebut berhasil ditutup oleh umat islam pada saat kemenangan Badar, ketika pasukan yang dipimpin oleh Zaid Bin Haritsah juga berhasil menutup jalur perdagangan ke Irak. Sehingga kaum Quraisy terjegal untuk melakukan perdagangan. Hal ini menunjukkan peranan ekonomi dalam sebuah peperangan.

Kronologis kejadian
1. Kaum Quraisy bersiap untuk melakukan agresi
            Kaum Quraisy telah menyiapkan pasukan untuk menyerang umat islam. Mereka membekali para pasukan dengan keuntungan kafilah yang berhasil dilarikan oleh Abu Sufyan dari tangan umat islam pada perang Badar. Mereka menyiapkan pasukan yang berjumlah besar dan bekal yang sangat banyak, meminta bantuan kabilah-kabilah yang bisa mereka gerakkan untuk ikut berperang, juga para pengikut mereka yang terdiri dari budak-budak habsyi. Mereka juga mengirim beberapa orang untuk mengumpulkan lelaki arab yang menyerupai gerakan wajib militer saat ini, sebagai persiapan untuk melakukan penyerangan besar.
            Kaum Quraisy tidak lupa dengan urusan perang batin, sehingga mereka mengajak serta Abu Izzah sang penyair –yang dibebaskan oleh Rasulullah pada perang Badar- agar menjadi mediator dalam memberikan pengaruh/motivasi psikis. Para wanita Quraisy juga bersikeras untuk ikut berperang, untuk membangkitkan perasaan dan semangat mereka. Hindun Binti Utbah istri Abu Sufyan yang memimpin mereka.
2. Pasukan Quraisy bergerak menuju Madinah.
            Seluruh kaum Quraisy keluar bersama para wanita mereka menuju Madinah di bawah tiga panji. Panji yang terbesar dikomando oleh Thalhah Bin Abu Thalhah dengan jumlah pasukan sebanyak 3000 orang. 100 orang dari mereka berasal dari Tasqif penduduk Thaif. Sisanya penduduk Makkah, mulai dari pemuka kaum hingga para hamba sahaya. Mereka membawa perlengkapan perang dan senjata yang sangat banyak. mereka menggiring 200 ekor kuda dan 3000 ekor keledai. Bahkan di antara mereka terdapat 700 orang pasukan yang memakai baju perang. Dan Abu Sofyanlah yang menjadi panglima pasukan.

3. Bagaimana berita penyerangan ini sampai kepada Rasulullah SAW?
            Berita ini sampai kepada Rasulullah SAW melalui pamannya Abbas Bin Abdul Mutthalib. Peranannya ini sangatlah penting. Beliau mengirim surat kepada Nabi SAW melalui seorang lelaki dari kabilah Ghifar yang mengabarkan secara mendetail tentang keluarnya pasukan Quraisy yang diperkirakan sampai ke Madinah dalam tiga hari. Dan dari balik salah satu lembah Makkah berita sampai kepada Rasulullah melalui Amr Bin Salim AL-Khuza’i.
            Pasukan Quraisy terus merangsak hingga sampai di Al-Aqiq. Kemudian mereka singgah di lereng gunung Uhud, kira-kira 5 mil dari kota Madinah.
            Rasulullah SAW sebagai panglima umat islam telah mengirim mata-mata menuju Aqiq untuk mencari berita. Beliau mengutus Anas dan Mu’nas keduanya anak Fadhalah. Beliau juga mengutus Al-Hubab bin AL-Mundzir.
            Dengan cara itu, berita penting tentang musuh bisa terkumpul, berita yang saling membenarkan satu sama lain. Sebagai Panglima Rasulullah SAW tidak merasa cukup dengan satu sumber berita tentang hal genting seperti ini, agar bisa mempersiapkan segala sesuatu dengan matang.
            Salmah Bin Salamah datang tergesa-gesa dari ujung kota mengabarkan bahwa pasukan Quraisy telah dekat dan hampir memasuki kota Madinah. Beritapun tersebar dengan cepat dan membuat umat islam cemas akan akibat penyerbuan yang dilancarkan oleh kaum Quraisy ini dengan persiapan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah peperangan bangsa Arab.
            Kaum muslimin tetap berada di masjid dengan memegang senjata. Mereka mencemaskan Rasul yang mereka cintai melebihi kecintaan mereka terhadap diri mereka sendiri. Madinah dijaga ketat sepanjang malam. Persiapan dan pertahanan pun ditingkatkan.

4.      Rasulullah SAW bermusyawarah dengan umat Islam.     
Pada hari yang mencekam ini, Rasulullah SAW mengumpulkan para sahabatnya untuk meminta pendapat mereka tentang masalah genting ini, bermusyawarah untuk menghadapi musuh. Diantara mereka terdapat orang-orang yang memiliki ide cemerlang. Bersama mereka juga – sesuatu dengan tabiat realita – ada orang munafik yang menampakkan keislaman, namun mereka menyembunyikan permusuhan dan kebencian terhadap Rasulullah dan risalah Islam.
Pendapat sahabat terpecah dan berbeda, antara keluar menghalau musuh - seperti yang mereka lakukan sebelumnya dan memperoleh kemenangan – dan antara tetap bertahan melawan musuh dari dalam benteng Madinah atau yang dikenal dengan perang di tengah kota. Rasulullah SAW berpendapat untuk tetap tinggal di Madinah dan membiarkan orang kafir Quraisy tetap di luar kota. Apabila musuh berusaha menyerang kota, maka kaum muslimin lebih mampu menghalau dan menghancurkan musuh mereka.
Di antara kelebihan bertahan, bahwa kaum muslimin sendirilah yang telah memilih medan perang yang seluk-beluknya belum dikenal oleh musuh, semua orang bisa ikut melakukan perlawanan, di dalam kota kuda tunggangan tidak merasa panik, kaum muslimin berada di tempat strategis dalam benteng dan di atas loteng-loteng yang tinggi. Makanan, minuman dan senjata selalu ada bersama mereka.
Ini adalah pendapat sahabat-sahabat Rasul terkemuka dari kalangan muhajirin dan Anshar. Pendapat ini yang diterapkan oleh Abdullah Bin Ubay Bin Salul ketika mengajak orang-orang tetap tinggal dalam Madinah. Apabila musuh datang, para lelaki membunuhnya di sela-sela rumah atau di jalanan. Para wanita dan anak-anakpun bisa menghujaninya dengan batu. Sehingga dengan cara ini musuh tidak bisa melawan kecuali kabur tunggang-langgang.  
 
5.      Mayoritas berpendapat untuk keluar menghadapi musuh.
Namun kebanyakan pemuda Islam memilih keluar untuk menggempur musuh ditempat mereka singgah. Agar mereka tahu bahwa kaum muslimin tidak pengecut dan tidak takut menghadapi musuh. Mereka tidak senang mendengar orang-orang berkata bahwa orang kafir Quraisy bersama para sahaya mereka mampu menahan kaum muslimin di dalam kota, dan kejadian ini akan berdampak buruk bagi masa depan Islam dan umatnya.
Para khatib berorasi menyeru keluar untuk menghadapi musuh. Jika menang, maka itulah kebenaran yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya. Namun apabila kekalahan yang diperoleh kaum muslimin, maka surga telah menunggu para syuhada’. Sepakat dengan pendapat ini, sebagian sahabat terkemuka seperti Hamzah Bin Abdul Muttalib dan Saad Bin Ubadah.
Seluruh hati bergetar, dan ruh-ruh seakan terbang mendengar hadits tentang mencari syahid. Seolah mereka telah menyaksikan surga yang disiapkan untuk para mujahidin.
Khaitsamah Bin Abu Saad Bin Khaitsamah berkata: “Semoga Allah memberikan kita kemenangan atas mereka, atau Allah karuniakan yang lain, yaitu syahid. Gugur sebagai syahid luput dariku pada perang, padahal saya sangat mendambakannya. Bahkan saking kuatnya tekad, saya sampai membuat undian dengan anakku siapa yang akan keluar ke medan perang. Waktu itu nama anakku yang keluar, dan dia pun mendapat karunia syahid dari Allah. Semalam saya melihat anakku dalam mimpi. Ia berkata: “Susullah dan temani kami di surga! Sungguh saya telah mendapatkan apa yang telah dijanjikan Allah kepadaku menjadi kenyataan.” Wahai Rasulullah, saya sangat rindu untuk menemaninya di surga. Usiaku sudah tua. Tulangku sudah keropos. Saya rindu bertemu Tuhanku.”[1] 
Pendapat sahabat yang menyatakan keluar menjadi unggul. Sebagian besar cenderung memilih keluar untuk menghalau musuh. Rasulullah SAW terus menyampaikan pendangannya seraya bersabda: “Sungguh saya khawatir kalian mengalami kekalahan.”
Namun mereka bersikeras untuk tetap keluar. Sehingga tidak boleh tidak harus keluar. Akhirnya Rasulullah mengalah dan mengikuti pendapat mayoritas. Mulai saat inilah musyawarah terwujud dan menjadi prinsip masyarakat muslim. Sekali-kali Rasulullah SAW tidak mengambil kebijakan otoritas dalam satu urusan kecuali karena berdasarkan wahyu dari Allah.
Al-Maqrisi berkata: “Ketika mereka enggan kecuali dengan cara itu, Rasulullah menunaikan shalat Jum’at bersama manusia. Beliau menasehati dan memerintahkan mereka untuk bersungguh dalam berjihad, dan mengabarkan bahwa kemenangan akan mereka raih jika mereka bersabar. Orang-orang merasa gembira untuk keluar melawan musuh, walaupun banyak dari mereka yang tidak senang dengan keputusan tersebut.”  

6.      Rasulullah SAW bertekad untuk berperang.
Rasulullah SAW memasuki rumahnya sesudah menunaikan shalat Ashar. Abu Bakar dan Umar ikut masuk bersamanya. Kemudian keduanya membantu memakaikan baju perangnya. Rasulullah menghunus pedang dan menyelipkannya di balik baju perangnya. Sementara orang-orang terus berbicara dan berselisih. Sebagian mereka merasa telah mendesak Rasulullah SAW untuk keluar kota. Mereka mengira telah menyalahinya.
Ketika Rasulullah keluar menemui mereka dengan segala perlengkapan perang sambil menggenggam pedang di tangannya, orang-orang yang semula mengusulkan untuk melawan musuh di luar Madinah menghampirinya seraya berkata: “Wahai Rasulullah, tidaklah pantas bagi kami menyalahimu. Lakukanlah apa yang terbaik menurutmu. Tidak layak kami mendesakmu. Segala urusan hanyalah kepada Allah kemudian kepadamu.”
Rasulullah SAW menjawab dengan tegas: “Saya telah mengajak kalian untuk melakukannya, namun kalian tidak setuju. Tidaklah pantas bagi seorang nabi apabila telah mengenakan baju perangnya, untuk membukanya kembali hingga Allah memberikan keputusan antara dia dan musuhnya. Perhatikan apa yang aku perintahkan kepada kalian, kemudian patuhilah! Kemenangan akan kalian raih selama kalian bersabar.”[2]
Inilah kaidah dan peraturan yang Rasulullah tetapkan setelah diputuskan dalam syuro. ketika pendapat mayoritas sudah menjadi keputusan setelah diadakan analisa dan penelitian, tidak boleh seorangpun membatalkannya. Melainkan semua pihak wajib menerima apa yang telah menjadi kesepakatan bersama dengan disertai tekad kuat untuk melakukan dan merealisasikannya secara maksimal dan profesional.  

7.      Sikap orang-orang munafik dan Yahudi.
Kaum muslimin berangkat menuju bukit Uhud. Ketika mereka sampai di Syaikhain – nama tempat sebelum uhud – Rasulullah SAW melihat satu pasukan yang memisahkan diri. Rasulullah SAW bertanya siapakah mereka? Sahabat menjawab: “Mereka adalah orang-orang Yahudi yang bersekutu dengan Ibnu Ubay.” Maka Rasullah pun menolak mereka ikut perang.
Seluruh pasukan kembali melangkah mengikutinya.  Tiba-tiba Abdullah Bin Ubay Bin Salul memisahkan diri bersama dengan 300 orang pasukan. Ia berkata: “Akankah Rasulullah menentangku dan mengikuti pendapat para pemuda? Kemudian kembali ke Madinah bersama dengan sepertiga pasukan.
   Begitulah yang kita saksikan dari sikap pimpinan orang-orang munafik Abdullah Bin Ubay Bin Salul. Ia kembali ke Madinah setelah Rasulullah menolak orang-orang Yahudi untuk ikut perang. Apakah gerangan yang bercokol di benak Ibnu Ubay? Makar apa yang telah dia buat bersama para sekutunya terhadap umat islam?!

8.      Rasulullah Sebagai Panglima menyusun strategi perang.
Kini bersisa bersama Rasulullah kekuatan yang terdiri dari 700 pasukan. Kekuatan ini yang akan menghadapi kekuatan musuh yang berjumlah kira-kira 3000 pasukan. Artinya jumlah pasukan umat islam seperempat dari jumlah pasukan Quraisy dan sekutunya.
Pasukan muslimin berangkat di waktu subuh hingga mereka tiba di bukti Uhud. Mereka melewatinya hingga gunung Uhud berada di belakang mereka. Sang Panglima tinggi menempatkan pasukan panah yang berjumlah 50 orang di atas gunung dan menunjuk Abdullah Bin Jubair sebagai komandannya. Rasulullah memberikah perintah tegas kepada mereka untuk tidak meninggalkan tempat baik dalam kondisi menang atau kalah. Beliau berpesan kepada sang komandan: “Hujani pasukan berkuda musuh dengan anak panah. Jangan biarkan mereka menyerang kami dari belakang ketika kami menang atau sedang terdesak. Tetaplah di tempat dan jangan sampai kami diserang dari arahmu!”
Dengan ini, berarti Rasulullah mengembankan tugas perang spesifik kepada mereka. Yaitu menghujani pasukan berkuda musuh dengan anak panah agar mereka tidak bisa maju menyerang. Dengan begitu, penjagaan tentara islam yang sedang berperang bisa terwujud dan belakang merekapun aman dari serangan musuh. Tugas mereka menghalau serangan 200 pasukan berkuda. Sehingga perbandingannya adalah satu melawan empat orang.

9.      Pasukan  Quraisy bersiap untuk perang.
Pasukan Quraisy mulai menyiapkan barisan mereka. Khalid Bin Walid berada di bagian sebelah kanan pasukan, Ikrimah Bin Abu Jahal di sebelah kiri, dan pabji perang diserahkan kepada Abdul ‘Uzza Talhah Bin Talhah. Sedangkan para wanita berjalan di antara barisan tentara sambil menabuh rebana dan gendang untuk membangkitkan izzah, mengobarkan rasa perlawanan dan semangat berperang. Mereka berdendang :
Majulah wahai Bani Abdu Daar..
Majulah wahai para pembela kejayaan
Gempurlah dengan segala  kekuatan
Yang disambung oleh pasukan Quraisy dengan nyanyian :
Bila kamu maju kita akan berpelukan
sambil menggelar bantal kemenangan
            atau kamu mundur, maka kita berpisah
            bak perpisahan orang yang tak punya cinta

10.  Putaran Pertama
Quraisy terus mengingatkan pasukannya akan peristiwa Badar dan semua korban yang terbunuh, mengobarkan semangat lelaki mereka.
Sedangkan para tentara muslim, mereka senantiasa mengingat Allah dan pertolongan-Nya. Rasulullah memotivasi mereka untuk terus berperang, menjanjikan mereka kemenangan apabila mereka bersabar, dan mengasah semangat mereka untuk menghadapi musuh yang sangat bengis.
Rasulullah SAW mengangkat pedang yang ada ditangannya seraya berkata: “Siapa yang akan mengambil pedang ini dengan haknya?”
Maka majulah beberapa orang sahabat. Namun Rasulullah tidak memberikannya kepada mereka hingga Abu Dujanah[3] bangkit dan bertanya: “Apa haknya wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Hendaknya engkau menebaskannya kepada musuh sampai tumbang.” Kemudian ia mengambil pedang itu, mengeluarkan kain merah dan mengikatkannya di kepalanya. Selanjutnya ia melangkah aneh di antara dua barisan sahabat. Ketika Rasulullah menyaksikannya, dia bersabda: “Gaya jalan yang dimurkai Allah kecuali di tempat ini.”[4]
Berkecamuklah antara antara dua pasukan. Pasukan Quraisy menyerang pasukan muslim dengan sangat dahsyat yang diperkuat oleh pasukan berkuda dari sebelah kanan, di saat yang bersamaan budak Quraisy Ikrimah Bin Abu Jahal –yang memimpin pasukan dari sebelah kiri- berusaha untuk menghancurkan pasukan muslim dari arah mereka.
Barisan musuh bergerak bak gelombang, kemudian terjadi pertempuran sengit. Namun hujan panah dan batu menimpa pasukan Quraisy. Ketika itu, Hamzah Bin Abdul Muttalib meneriakkan seruan perang pada hari Uhud : Musnahkan! Musnahkan! Teriakan itu menggetarkan hati pasukan Quraisy, membuat Talhah bin Abu Talhah pemegang panji perang Quraisy balas berteriak: “Siapa yang berani tanding satu lawan satu?”
Ali bin Abu Thalib melayani tantangannya. Keduanya bertemu di antara dua pasukan. Ali mendahului dengan menebaskan pedang yang membelah kepala Talhah. Nabi SAW merasa gembira dan teriakan kaum muslimin menggema : Allah Akbar.. Allah Akbar.!! Kemudian mereka menyerang. Abu Dujanah yang memegang pedang Rasulullah menerjang maju. Di kepalanya terdapat ikatan kematian. Tidaklah ia melewati seorang musuh kecuali ia membunuhnya, hingga ia mampu memporak-porandakan barisan kaum musyrikin.
Begitulah ranah perang sengit yang berkecamuk antara dua pasukan. Masing-masing memiliki motivasi yang kuat untuk meraih kemenangan dan kejayaan. lebih-lebih ketika melihat sedikitnya jumlah dan minimnya perbekalan kaum muslimin, yang tidak sepadan dengan jumlah dan perbekalan kaum musyrikin yang begitu banyak. Hal itu menambah semangat dendam di dalam dada kafir Quraisy, di saat pasukan islam yang berjumlah kecil berperang untuk mempertahankan aqidah dan untuk mengharapkan kenikmatan di sisi Allah.
Pasukan Quraisy berusaha kembali menyerang. Namun kembali mereka tertahan oleh siraman anak panah yang dilepaskan oleh pasukan panah dan melukai kuda atau orang. Pasukan kuda lari tunggang langgang yang menyebabkan pasukan musuh menjadi kocar-kocir. Pada saat itu, pasukan kaum muslimin menyerang ke jantung pertahanan pasukan Quraisy setelah mengalami kekalahan karena perlawanan sengit yang dilancarkan pasukan Islam dan jatuhnya semua pembawa panji Quraisy satu persatu hingga mencapai sembilan orang. Tidak ada seorangpun mampu mendekati panji itu hingga kejiwaan pasukan Quraisy melemah, semangat juang mereka kembali ambruk, barisan mereka menjadi kocar-kacir, dan akhirnya mereka tampak kualahan dan ingin kabur meninggalkan medan perang. Para wanita mereka terkepung. Mereka menangis dan mundur karena takut.
Saat itulah, berhala yang mereka bawa dan yang menjadi sumpah mereka jatuh dari atas bukit. Pada putaran ini kaum meraih kemenangan besar yang dianggap sebagai kemengan spektakeler dalam sejarah peperangan mereka.

11.  Terbunuhnya Hamzah bin Abdul Muttalib.
Hamzah Bin Abdul Muttalib di perang –seperti di perang Badar- adalah singa Allah, pedang Al-Haq yang membunuh setiap orang musyrik yang dijumpainya. Pada perang Badar ia membunuh Utbah, Bapaknya Hindun Istri Abu Sufyan dan membunuh saudaranya.
Kemudian Hindun menjanjikan hadian besar kepada Wahsyi Al-Habsyi. Ia adalah budaknya Jubair Bin Muth’im yang sangat mahir melempar tombak. Hindun merayunya untuk membunuh Hamzah, dan tuannya berjanji akan memerdekakannya jika ia berhasil.
Wahsyi tidak menyia-nyiakan peluang ini. Ia berhasil membunuh Sayyid para syuhada’ Hamzah dengan menghujamkan tombak yang merenggut nyawanya. Kemudian ia mencabut tombaknya dan kembali dan duduk di kemah kaum Quraisy. Ia membunuh Hamzah hanya karena ingin menebus kemerdekaannya.      

12.  Rahasia kemenangan umat islam dalam putaran ini.
Strategi perang yang dirancang oleh Rasulullah memiliki pengaruh nyata bagi terwujudnya kemenangan umat islam. Yaitu ketika Rasulullah menempatkan kelompok pemanah di barisan belakang dan berperan membidikkan panah ke arah musuh. Sehingga serangan musuh bisa dipatahkan, terjangan pasukan berkuda juga bisa terhalau, dan akhirnya pasukan Islam bisa konsentrasi menyerang para pembawa panji Quraisy hingga serangan mereka hancur berantakan.
Namun rahasia hakiki bagi kemenangan terletak pada kebenaran dan kekuatan iman. Para mujahidin melawan musuh dengan kekuatan aqidah yang telah mampu meluluhkan hati mereka. Sehingga kaum musyrik tidak mampu –walau jumlah empat kali lipat jumlah pasukan Islam- bertahun menghadapi gempuran yang bertubi-tubi. Pasukan Quraisy menjadi kocar-kacir, para lelaki dan perempuan menyerah dan kabur meninggalkan harta bawaan mereka menjadi ghanimah bagi umat islam.
Apabila aqidah dan iman yang benar telah tertanam kokoh dalam hati seseorang, ia akan membangkitkan kekuatan di dalamnya. Kekuatan yang terpancar dari kekuatan Dzat Yang Maha Kuat dan Maha Perkasa. Tidak ada kekuatan lain yang sanggup bertahan menghadapinya.

13.  Putaran kedua.
Pasukan pemanah meninggalkan posisi mereka dan menyalahi peringatan.
            Kaum muslimin merasa gembira dengan kemenangan yang mereka wujudkan. Mereka silau melihat harta rampasan perang yang berserakan di medan perang memenuhi lembah, yang telah ditinggal pergi oleh orang-orang musyrik. Mereka mulai mengumpulkan apa yang bisa mereka kumpulkan, hingga mereka tersibukkan untuk mengejar musuh dan menghancurkan kekuatan mereka secara totalitas. Pada saat itu, tangan-tangan penuh dengan harta rampasan perang, dan pedang-pedang pun berjatuhan.
            Ketika pasukan pemanah yang berada di atas bukit menyaksikan kawan-kawan mereka mengumpulkan ghanimah, sebagian berbisik kepada sebagian yang lain untuk turun bergabung dengan pasukan lainnya dan mengumpulkan harta rampasan. Sebagian yang lain tidak setuju seraya mengingatkan perintah dan pesan sang panglima tinggi Muhammad SAW untuk tidak meninggalkan tempat dalam kondisi apapun, baik menang ataupun kalah.
Sang komandan Abdullah Bin Jubair meminta mereka untuk tidak melanggar perintah Rasulullah SAW. Namun kebanyakan mereka melanggarnya dan yang tetap di tempat hanyalah sembilan orang. Selebihnya turun dan ikut serta mengumpulkan harta rampasan. Mereka pun tersibukkan oleh harta rampasan itu untuk melakukan segala hal. 

14.  Terjadinya kekalahan.
Abdullah tetap bersama sekelompok kecil di atas bukit untuk membendung gempuran keras 200 pasukan berkuda yang dipimpin oleh ahli strategi perang Khalid Bin Walid yang mendapatkan peluang emas ketika menyaksikan pasukan islam sibuk mengumpulkan harta rampasan di medan perang dan mereka telah membuang senjata.
Dia menganggap perang belum berakhir. Kemudian dia menyerang pasukan pemanah yang masih bersisa hingga gugur sebagai syuhada’. Pasukan Quraisy yang menyimpan kusumat mencabik-cabik jasad mereka, selanjutnya mereka menggempur pasukan Islam dari belakang. Khalid membekali setiap sukan berkuda dengan pedang, sehingga kondisi perang menjadi terbalik. Pasukan Islam terpecah dan kocar-kacir di mana-mana.
Khalid memanggil pasukan Quraisy yang kemudian berkumpul dan kembali menggempur kaum Muslimin dengan kuat dan sengit dari atas bukit dan dari bawah lembah. Setiap tentara muslim membuang harta rampasan yang telah terkumpul di tangannya, dan kembali mengambil senjatanya berusaha mengadakan perlawanan. Namun pasukan Quraisy yang berjumlah besar berhasil memperok porandakan barisan umat Islam.
Pasukan Islam pun mengalami kekalahan. 70 orang dari mereka gugur sebagai syuhada. Membuat mereka berperang mati-matian tanpa kendali. Kini kondisinya menjadi kacau. Tiba-tiba ada yang berteriak bahwa Muhammad telah terbenuh. Pada saat itulah kekacauan menimpa semua pasukan islam, gempuran musuh semakin keras, semua pasukan tergoncang membuat mereka berjuang habisan-habisan, menebas satu sama lain membabi buta karena rasa lengah dan panik yang menimpa mereka. Masing-masing mereka ingin menyelamat dirinya kecuali sekelompok kecil yang masih memiliki akal.

15.  Pasukan Musyrikin berhasil menyerang Rasulullah.
Ketika mendengar berita kematian Muhammad SAW, pasukan Quraisy langsung menyerbu ke arah di mana beliau berada. Kala itu Rasulullah hanya dikelilingi 14 orang sahabat yang berusaha melindunginya dengan jiwa-jiwa mereka. Mereka berusaha membelah jalan menuju bukit Uhud di tengah badai kedengkian yang dihembuskan orang Quraisy. Kemudian para sahabat sedikit demi sedikit mulai berkumpul mengelilingi pasukan kecil yang begitu gigih ini.
Pasukan musyrikin berhasil mendekati posisi Rasulullah SAW. Salah seorang dari mereka melemparkan batu yang berhasil memecahkan hidung dan gigi depannya, melukai wajah dan kedua bibirnya hingga dua bulatan besi yang menutupi mukanya masuk melukai bagian atas pipinya.
Begitulah luka yang dialami Rasulullah SAW. Namun beliau masih mampu menguasai dirinya dan terus berjalan bersama para sahabat di sekitarnya. Beliau terperosok ke dalam lobang yang dibuat oleh orang-orang musyrik. Serta merta Ali Bin Abu Thalib meraih tangannya dan Talhah Bin Ubaidillah membantu menaikkannya. Kemudian terus melangkah mendaki gunung Uhud bersama para sahabat. Selamatlah mereka dari gempuran musuh yang dengan gigih mendesaknya.     

16.  Bentuk-bentuk heroisme dan pengorbanan di sekitar Rasulullah SAW.
Sekelompok kecil pasukan islam ini menganggap perang belum selesai. Baru saja mereka mampu merubah berat timbangan perjuangan dengan tambahan darah para syuhada. Dengan darah mereka mampu mengukir sejarah baru. Mereka mati-matian melindungi Rasulullah dengan bentuk kepahlwananan dan keberanian yang terabadikan dalam sejarah sepanjang masa.   
Inilah Ummu Ammarah Al-Anshariyah, yang keluar bersama pasukan untuk memberikan minum kepada para mujahidin yang terluka. Ketika pasukan muslimin mengalami kekalahan, ia meninggalkan kerjaannya memberi mimun. Kemudian ia menghunus pedang dan berperang melindungi Rasulullah SAW. Ia ikut melempar panah hingga badannya terluka. Rasulullah berkata tentangnya: “Tidak seorang pun mampu melindungiku saat itu seperti yang dilakukan oleh Nusaibah Binti Kaab.”
Abu Dujanah berdiri melindungi Rasulullah dengan badannya. Ia merunduk ke arah Rasulullah membiarkan punggungnya menjadi sasaran panah. Sementara Saad Bin Abu Waqash berdiri di sampingnya terus membidik panah ke arah musuh. Rasulullah memberikan anak panah kepadanya seraya berkata: “Lemparkan, ayah dan ibuku akan menebusmu!”
Inilah Anas Bin Nadlar. Ketika melihat sebagian sahabat, di antaranya Abu Bakar dan Umar tertunduk sedih karena menduga Rasulullah betul-betul telah gugur, ia berkata: “Apa yang membuat kalian tertuduk?” Mereka menjawab: “Rasulullah telah terbunuh.” Ia bertanya kembali: “Apa yang akan kalian perbuat untuk kehidupan setelahnya? Bangkitlah dan gugurlah sebagaimana beliau gugur!” Kemudian Anas kembali berperang dengan penuh kegigihan. Ia menggempur musuh dengan cara yang tiada tara dan ia baru gugur setelah terkena 70 pukulan senjata musuh.     
Pasukan Quraisy merasa lesu menghadapi kegigihan ini. Mereka kelelahan menghadapi pasukan muslimin. Mereka tertidur pulas, kemudian bangun dan beranjak pergi.  

17.  Rasulullah terselamatkan.
Orang-orang Quraisy yakin bahwa Rasulullah SAW telah mati. Mulailah Abu Sufyan memeriksa mayatnya di antara mayat-mayat pasukan yang terbunuh. Rasulullah SAW memerintahkan para sahabatnya untuk menyangkal berita kematiannya agar orang-orang Quraisy tidak kembali menyerangnya. Namun seorang sahabat Kaab Bin Malik melangkah ke arah Abu Dujanah dan teman-temannya. Saat itu ia tahu bahwa Rasulullah belum terbunuh, kemudian berteriak lantang: “Wahai kaum muslimin, bergembiralah! Ini dia Rasulullah.” Rasulullah berisyarat kepadanya untuk diam. Namun kabar gembira telah menyeruak ke dalam hati kaum muslimin yang kemudian bangkit mengitari Rasulullah. Di antara mereka adalah Abu Bakar, Umar, Ali, Zubar Bin Awwam dan para sahabat yang lain.
Orang-orang musyrik tidak membenarkan teriakan ini. Mereka mengiranya hanya sebagai panggilan untuk menyatukan kembali pasukan islam dan semangat mereka yang sedang tercerai berai. Namun sebagian pasukan Quraisy bergerak menyusul Muhammad dan rombongannya. Ubay Bin Khalaf berhasil menyusul mereka dan berteriak: “Hei, mana Muhammad? Saya tidak boleh selamat jika dia selamat.” Kemudian Rasulullah menikamnya dengan tombak yang membuatnya menggelepar-gelepar di atas kudanya. Kemudian ia kembali dan tewas di tengah perjalanan.
Kaum muslimin tiba di jalan yang pertama. Mulailah para sahabat mengobati dan membalut luka Rasulullah SAW. Pada saat itu, Khalid bersama pasukannya mendaki bukit. Umar Bin Khattab bersama sahabat Rasulullah yang lain menghalau serangan dan berhasil mengusir mereka. Kaum muslimin kembali menaiki bukit. Saat itu Rasulullah merasakan kelelahan hebat hingga beliau melakukan shalat dzhuhur dengan cara duduk dan kaum muslimin yang dibelakangnya juga shalat dengan duduk. 
18.   Orang-orang Quraisy membalas dendam kepada para korban yang terbunuh dengan cara memotong-motong mayat mereka.
Begitulah gambaran akhir peperangan ini. Pasukan Quraisy menuai buah kemenangan. Mereka merasa telah berhasil menebus kekalahan yang mereka derita pada perang Badar. Hindun Binti Utbah bersama para wanita yang lain melangkah menuju mayat para syuhada untuk mencincang tubuh mereka. Mulailah mereka memotong telinga, hidung, dan membelah perut mayat para syuhada. Sedangkan Hindun mencabut jantung Hamzah Bin Abdul Muttalib, kemudian mencabik-cabiknya dengan giginya dengan penuh rasa kebencian yang mendalam kepadanya. Hal serupa dilakukan oleh para lelaki Quraisy.
Kaum Quraisy beranjak pergi setelah menguburkan mayat pasukannya yang tewas. Kemudian kaum muslimin juga kembali untuk menguburkan mayat para syuhada.
Rasulullah sangat sedih menyaksikan kondisi mayat pamannya Hamzah. Beliau bersumpah untuk membalas mutilasi melebih apa yang dilakukan oleh orang-orang kafir Quraisy. Namun beliau menarik sumpahnya, memaafkan mereka dan bersabar. Sebagai aplikasi dari firman Allah SWT: “Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang setimpal dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. Bersabarlah (wahai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah. Dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan jangan pula bersempit dada terhadap makar mereka.” (Q.S. An-Nahl : 126-127)      

19.   Prosesi penguburan mayat para syuhada dan kembali ke Madinah.
Rasulullah memerintahkan para sahabat untuk menguburkan para syuhada sebagaimana mereka terbunuh. Kemudian kaum muslimin kembali ke Madinah dipimpin oleh Rasulullah SAW meninggalkan 70 orang syuhada di belakang mereka. Rasa sedih memenuhi relung hati mereka karena mengalami kekalahan setelah memperolah kemenangan pada putaran pertama. Itu terjadi karena pelanggaran yang dilakukan oleh pasukan pemanah, dan sibuknya kaum muslimin mengumpulkan harta rampasan hingga lalai berperang dan mengejar pasukan musuh.

20.   Keluar menuju Hamra’ al-Asad.
Ketika Rasulullah kembali ke Madinah, ia mendapat penduduknya yang terdiri dari orang Yahudi, orang-orang munafiq dan musyrikin tidak dapat menyembunyikan kegembiraan mereka mendengar kaum muslimin mengalami kekalahan. Hampir saja kekuasaan kaum muslimin tergoyah. Lebih-lebih karena Rasulullah menolak orang-orang Yahudi ikut berperang bersamanya. Juga karena keluarnya Abdullah Bin Ubay Bin Salul bersama pasukannya dan tidak ikut berperang hari dengan alasan Rasulullah tidak mau mendengarkan pendapatnya.
Kaum muslimin di bawah pimpinan Rasulullah SAW menilai bahwa membiarkan keadaan seperti ini akan melemahkan pengaruh umat islam di semenanjung arabia, dan bisa menjadi pemicu orang-orang musyrik merecehkan islam. Sudah tentu hal itu mengandung bahaya besar bagi islam dan umatnya. Oleh karena itu,  sebagai seorang panglima Rasulullah berpikir tentang masalah ini, menyusun rencana untuk melakukan serangan balik yang bisa meringankan beban kekalahan pada perang Uhud, mengembalikan kekuatan jiwa kaum muslimin, mengembalikan pamor dan kekuasaan islam di hati orang-orang yahudi dan kaum munafiqin.
Pada hari Ahad, tepatnya malam ke 16 bulan Syawwal. Pasukan muslimin keluar untuk mengusir musuh. Pasukan yang keluar bersama Rasulullah hanyalah orang-orang ikut dalam perang Uhud. Mereka keluar sampai ke Hamra’u al-Asad. Sementara Abu Sufyan dan pasukannya sedang berada di Rauhah. Abu Sufyan mengira bahwa kaum muslimin datang dari Madinah dengan kekuatan baru, sehingga ia takut untuk menghadapi mereka.
Ia mulai berpikir dan menimbang. Kalau memutuskan untuk kabur, seluruh Arab akan mengatai mereka apa yang inginkan dikatakan tentang umat islam. Kalau ia kembali untuk menghadapi pasukan islam, kemenangan belum tentu mereka raih. Pada saat itu, ia memilih menyusun makar dan tipu muslihat. Kemudian ia mengutus orang bersama orang-orang yang hendak ke Madinah untuk menyampaikan kepada Rasulullah bahwa telah memutuskan menuju Madinah untuk berperang dengan kaum muslimin. 
Ketika surat sampai kepada Rasulullah SAW di Hamra’ al-Asad, beliau tidak merasa lemah dan menyerah. Melainkan beliau tetap di tempat selama tiga hari untuk menunjukkan kekuatan tekadnya untuk menghadapi tentara Quraisy. Akhirnya Abu Sufyan merasa putus asa dengan tipu muslihatnya dan pasukan Quraisy memilih kembali ke Makkah ketimbang kemenangan yang ingin mereka capai.
Rasulullah SAW juga kembali ke Madinah dan mampu mengembalikan sebagian yang hilang pasca perang Uhud. Kendati orang-orang munafiq mulai menyalakan perang jiwa yang tidak sepele dengan umat islam. 

21.   Beberapa akibatd dari kejadian perang ini.
Kejadian perang di Bukit Uhud memiliki faedah dan pengaruh besar bagi Islam dan umatnya. Berikut ini faedah yang bisa kita simpulkan :
a.       Banyak penduduk Madinah yang ingkar kepada kaum muslim, walupun kerajaan mereka masih eksis berdiri. Namun karena Rasulullah bersama para sahabatnya berhasil keluar ke Hamraul Asad, dan tetap sabar menunggu musuh hingga mereka memilih kembali ke Makkah.
b.      Rasulullah SAW merasa bahwa kabilah-kabilah Arab mulai berpikir untuk menentang dan menyerangnya, setelah mereka berdamai dan berjanji tidak melakukan perang dengannya. Bangsa Arab Badui mulai berani dan pintu harapan pun mulai terbuka untuk menyerang Madinah dan meraup segala kekayaannya.
c.       Orang-orang yahudi mulai mengumandangkan cacian dan hinaan atas kekalahan yang menimpa kaum muslimin. Hubungan mereka pun dengan islam menjadi keruh. Mulailah rasa dengki dan penghianatan menggerogoti hati mereka, dan membisiki mereka untuk menghancurkan umat islam.
d.      Orang Badui mulai bergerak menuju Madinah dan yang pertama kali bersiap untuk memeranginya adalah Bani Asad. Maka Rasulullah segera mengutus Abu Salamah Bin Abdul Asad memimpin kurang lebih 150 orang pasukan untuk menghancurkan kekuatan Bani Asad sebelum mereka menyerang Madinah. Abu Salamah berhasil memporak-porandakan kekuatan musuh. Ia menggiring ternak mereka dan kembali ke Madinah dengan kemenangan. Namun ia terluka hebat dan tidak mendapatkan kesembuhan hingga wafat.
e.       Khalid Bin Siyyan berusaha untuk mengumpulkan pasukan untuk memerangi umat islam. Kemudian Rasulullah SAW mengutus Abdullah Bin Unais dan berhasil membunuhnya. Khalid berusaha untuk mengumpulkan beberapa kabilah untuk menyerang Madinah. Oleh karena itu, Bani Quraisy mulai berpikir untuk menyerang umat Islam. Mereka membantu kabilah tetangga untuk mengkhianati Rasulullah dengan cara berpura-pura menyatakan memeluk Islam dan meminta kepada Rasulullah SAW untuk mengutus orang yang bisa mengajarkan islam sekaligus membacakan Al-Quran kepada mereka. Mereka telah meminta bantuan Bani Hudzail di sebuah tempat yang bernama Roji’ untuk menahan para utusan Rasulullah. Empat orang di antara mereka terbunuh, dua orang lagi ditawan dan dibawa ke Makkah. Keduanya dijual kepada orang-orang musyrik yang kemudian mereka membunuh keduanya.
f.       Gugur sebagai syuhada dalam perang ini sebanyak 70 orang. Mereka adalah generasi muslim sekaligus para qurra’ yang terbaik. Rasulullah SAW pernah mengutus mereka untuk menyebarkan islam kepada beberapa kabilah di Najd, sebagai jawaban atas permintaan ‘Amir Bin Malik yang menyatakan akan memberikan suaka kepada mereka. Setelah mereka tiba di Bi’ru Ma’unah, mereka mengutus Haram Bin Milhan kepada Amir Bin Tufail pimpinan orang kafir untuk menyerahkan surat Rasulullah yang berisi seruan untuk memeluk islam. Namun Amir Bin Tufail memerintahkan orang untuk membunuh si pembawa surat. Kemudian melanjutkan permusuhannya hingga kemudian ia menyeru teman-temannya dari beberapa kabilah. Setelah itu mereka menyerang para qurra’ dan membunuh mereka. Tidak ada yang selamat dari mereka kecuali Amr Bin Umayyah Ad-Dhamiri yang kemudian membawa berita yang sangat mengejutkan ini ke Madinah.
g.      Kaum muslimin merasa sedih atas perbuatan orang-orang kafir terhadap para utusan Rasulullah yang dibunuh dengan cara khianat dan keji. Sehingga mereka terus berpikir untuk melenyapkan pengaruh perang Uhud untuk menyampaikan risalah Allah dengan kembali.  

22.  Pelajran/ibrah dari perang Uhud.
Perang dianggap sebagai fenomena besar dalam sejarah kemiliteran umat Islam. Dari perang ini mereka dapat mengambil petuah dan ibrah, menuai pelajaran yang bisa memberi petunjuk mereka di tengah kejadian dan cobaan yang pekat mencekam. Di antara pelajaran tersebut adalah :
a.       Taat kepada pemimpin dan komitmen melaksanakan perintahnya merupakan kewajiban yang tidak boleh dilanggar. Karena pemimpinan lazimnya mampu membuat perkiraan atau prediksi maslahat menurut cara pandangnya yang universal.
b.      Musyawarah merupakan asas mengambil kebijakan, baik dalam kondisi perang atau kondisi damai. Apabila hasil musyawarah sudah diputuskan, maka suara yang minoritas dan mayoritas wajib komitmen dengan keputusan syura dan tidak boleh meninggalkannya.
c.       Tidak sepantasnya kemenangan pada satu fase menjadi sebab kelengahan dengan membuang senjata sebelum diperintahkan oleh pimpinan.
d.      Kekalahan dalam satu fase peperangan bukanlah penyebab keputus-asaan. Melainkan sebagai momentum untuk memperbaiki kesalahan dan keteledoran.
e.       Sesungguhnya perang adalah upaya maju menyerang atau mundur bertahan, kekalahan dan kemenangan. Namun kekalahan yang sebenarnya adalah keputus-asaan jiwa dan hancurnya tekad dalam hati.
f.       Keimanan kepada takdir Allah bisa menumbuhkan harapan untuk bangkit dalam jiwa, melahirkan ketenangan dalam menyelesaikan masalah, sekaligus mendorong diri mencari sarana menuju kemenangan. Karena pertolongan hanyalah dari Allah SWT.
g.      Wanita muslimah memiliki peranan yang nyata. Peranan yang harus ditiru oleh para wanita muslimah untuk merawat pejuang yang terluka, atau menyiapkan senjata perang.       



[1] Sirah Ibnu Hisyam, jilid 2 tentang perang Uhud.
[2] Hadits Riwayat Bukhari dalam shahihnya.
[3] Nama Aslinya : Samak Bin Kharsyah.
[4] Hadits Riwayat Hakim (3/25).