Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Wednesday, June 27, 2012

Kematian dan Istidad Liyaumirrahil


HIDUP DAN MATI
Apa perbedaan mati dan hidup?
Orang mati tidak lagi makan, minum, mendengar, mengenal, berfikir, tidakmerasa apa yang ada menurut pandanan kita, tidak berkembang, tidak bernafas, tidak menikah, tidak melahirkan anak. Sebaliknya orang hidup.
Maka renungkanlah dengan baik. Bagaimana makanan yang mati dan beku itu berubah menjadi kehidupan. Terjadi setiap hari di tubuh kita. Perhatikan tanganmu yang dahulu kecil, kemudian dengan makanan yang sudah mati itu semakin bertambah besar, sehinggga menjadi tangan yang hidup. Lalu bandingkan dengan tangan mayit, yag dahulu aktif dan hidup, tiba-tiba menjadi kaku dan mati.
Maka siapakah yang memberikan kehidupan pada benda-benda mati? Dan siapakah yang memutuskan kematian pada makhluk hidup?
Berhala-berhala mati, tidak memiliki kematian atau kehidupan.
Alam mati, tidak memiliki kematian dan kehidupan, akal atau pengelolaan.
Sesungguhnya semua yang hidup akan dipaksa mati. Dia harus mati. Karena kematian dan kehidupan tidak ada di tangannya, akan tetapi ada di tangan Allah. Pemilik segala sesuatu. Melakukan apa yang diinginkan. Firman Allah:
Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, dia menghidupkan dan mematikan, dan dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Al Hadidi: 2)
Dan dialah yang menghidupkan dan mematikan, dan dialah yang (mengatur) pertukaran malam dan siang. Maka apakah kamu tidak memahaminya? (Al-Mukminun: 80).

MATI SETELAH HIDUP
Mengapa kita mati?
Sesungguhnya hanya Allah yang menghidupkan kita dan mematikan kita. Allah swt telah memberitahukan kepada kita bahwa hikmah dari kematian adalah perpindahan dari darul amal (rumah kerja) menuju darul jaza (rumah balasan), setiap orang mendapatkan balasan dari apa yang pernah dikerjakan. Firman Allah:

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia Telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (Ali Imran: 185)

TIDAK ADA TEMPAT BERLARI DARINYA
Adakah tempat berlari dari kematian?
Aneh sekali orang yang tidak meyakini kematian, padahal ia menyaksikan orang-orang mati. Kematian itu tidak ada seorangpun di muka bumi ini yang mengingkarinya. Akan tetapi banyak orang yang menolak dirinya mengenang kematian itu, bersiap menghadapi pasca kematian. Mereka berlari dari mengingatnya padahal mereka akan menemuinya, menjauhkan diri darinya padahal kematian itu mendatanginya. Firman Allah:
  
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, Maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, Kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu dia beritakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan." (Al-Jumuah: 8)

KEPUTUSAN YANG DITUNDA
Apakah kematian itu ada di tangan manusia?
Jawabannya jelas. Sesungguhnya hidup itu tidak ada di tangan manusia, jika tidak demikian maka setiap orang yang mati akan menghidupkan dirinya sendiri. Demikian juga kematian tidak ada di tangan manusia. Jika ada di tangan manusia maka tidak ada seorangpun di muka bumi ini yang mati.

Lalu ada di tangan siapa?
Kematian ada di tangan Yang telah menghidupkan dan menciptakan manusia. Di tangan Allah swt. Anda akan melihat ketentuan umum yang berlaku pada sunnatul maut wal hayat (mati dan hidup). Pada waktu kurang dari seratus tahun kita umumnya sudah mati, sebagaimana sebelum seratus tahun yang lalu kita belum ada di dunia. Demikianlah orang-orang sebelum kita, meski dengan perbedaan umur dan bilangan tahun....

Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu. Maka apabila Telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.  (Al-Araf: 34)

Masing-maing kita akan hidup terbatas, ditentukan dengan ilmu Allah swt. Dan peran kita di dunia ini juga sudah jelas sesuai dengan ketentuan umum. Masing-masing kita memiliki ajal terbatas. Jika telah datang tidak bisa ditunda. Betapa banyak orang yang dalam keadaan sehat wal afiat, dengan mendadak berpindah ke sisi Rabbnya. Ditunjukkan kepadanya sebab yang paling kecil, bagi kematiannya. Firman Allah:

Sesungguhnya ketetapan Allah apabila Telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu Mengetahui." (Nuh: 4)

Sebaliknya betapa banyak orang yang mengalami sakit yang sangat berbahaya, mengalami luka yang berat, atau tercabik-cabik oleh senjata perang, atau penyakit berat lainnya. Betapa banyak orang yang menghadapi serangan tepat dan mematikan, atau situasi yang membinasakan, akan tetapi mereka tetap hidup, tidak mati. Hal ini karena ajalnya belum sampai. Firman Allah:

Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang Telah ditentukan waktunya. (Ali Imran: 145)


KEADAAN MUKMIN DAN KAFIR KETIKA MATI
Bagaimana keadaan mukmin dan kafir ketika mati?
Rasulullah saw bersabda: Orang mukmin ketika  datang kematiannya –ia didatangi al basyir (pembawa kabar gembira) dari Allah, maka tidak ada yang paling menyenangkan bagi orang mukmin ini dibandingkan berjumpa dengan Allah. Maka Allah akan senang menemuinya. Sesungguhnya orang fajir (pecandu dosa) atau orang kafir jika menghadapai kematian, akan datang padanya keburukan yang pernah diperbuatnya, atau menemui keburukan-keburukan lain. Sehingga ia enggan berjumpa dengan Allah, dan Allah enggan menemuinya.
Ketika orang beriman menghadapi kematian akan turun Malaikat rahmat yang menenangkannya, memberikan kabar gembira ridha Allah, Allah bukakan baginya pintu-pintu surga. Ia melihat nikmat dan kemewahannya, sehingga lapang dadanya dan senang berjumpa dengan Rabbnya. Firman Allah:

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang Telah dijanjikan Allah kepadamu". Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. (Fushshilat: 30-31)
Sedangkan orang yang enggan, maka mereka tersiksa dengan kematiannya, dan dipaksa menemui Rabbnya. Firman Allah:

Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar", (tentulah kamu akan merasa ngeri). (Al-Anfal: 50)

DATANG MENDADAK
Ada diantara orang yang berkata: Nanti saya akan bertaubat
Orang yang belum tepat Islamnya, orang yang belum tepat memahami kematian. Apakah pernah ada kesepakatan dengan kematian, sehingga ia tidak mati kecuali setelah bertaubat? Apakah ada seseorang di muka bumi ini meyakini dengan pasti bahwa ia akan hidup sampai esok hari? Atau orang yang mengatakan demikian telah membuat janji demikian di hadapan Allah. Firman Allah:

Sesungguhnya Allah, Hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok[1]. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Luqman: 34)

Demikianlah kematian ada di tangan Allah. Tidak ada seorangpun yang tahu kapan kematian itu akan datang menghampirinya. Maka orang yang berfikir akan bersegera mengerjakan amal shalih sebelum kematian mendahuluinya.

RINGKASAN
Mati dan hidup ada di tangan Allah. Pencipta mati dan hidup, bukan di tangan berhala atau kehendak alam, yang tidak memiliki bagi dirinya sendiri hidup dan mati.
Mati atau perpindahan dari ruang amal menuju ke ruang pembalasan
Kematian adalah keharusan bagi setiap manusia, tiada tempat berlari darinya, maka wajib mempersiapkan diri untuk pasca kematian.

[1] Maksudnya: manusia itu tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok atau yang akan diperolehnya, namun demikian mereka diwajibkan berusaha.

Tuesday, June 26, 2012

Presiden Mesir Muhammad Mursi Bantu Tsunami Aceh




Pandangan masyarakat dunia kini sedang mengarah ke Mesir selepas terpilihnya Presiden pertama pasca revolusi Muhammad Mursi, tokoh inipun menjadi semakin banyak diperbincangkan dalam forum-forum diskusi para aktivis pergerakan di berbagai negara, salah satunya adalah di Indonesia.

Di tengah perbincangan yang sangat hangat tentang Muhammad Mursi dan Ikhwanul muslimin yang fenomenal inilah, kemudian salah seorang Ikhwan menampilkan sebuah foto Muhammad Mursi bersama beberapa orang di wilayah bencana. Saat sekilas melihat mungkin biasa saja, namun bila diperhatikan dengan seksama maka akan sedikit kaget, ternyata foto ini adalah foto Muhammad Mursi di Aceh Indonesia. Tepatnya berlangsung pada tahun 2005 saat memberikan bantuan terhadap korban Tsunami Aceh. 

Muhammad Mursi datang ke Aceh dalam rangka kunjungan kemanusiaanya pada proses recovery Aceh pasca tsunami. Bekerja sama dengan relawan Indonesia, beliau langsung menuju lokasi yang porak poranda diterjang Tsunami. Nampak pula sejumlah tokoh mendampingi seperti anggota DPR Raihan Iskandar.

Kepedulian sosok Muhammad Mursi yang langsung datang ke Aceh telah menggoreskan kesan tersendiri bagi bangsa Indonesia, jarak yang jauh dari Mesir tak menghalanginya untuk langsung datang memberikan bantuan dari masyarakat Mesir. 

Monday, June 25, 2012

ADAB BERBICARA DAN MENDENGAR


ADAB AT-TAHADDUTS WA AL-ISTIMA’

Pendahuluan

Islam adalah diin al-adab, atau agama yang mengajarkan norma-norma luhur dan suci bagi umat manusia. Seorang mukmin yang menjadikan dirinya sebagai kendali diri dalam berbuat dan berbicara, akan menikmati saat-saat diamnya, sementara orang lain pun merasa sejuk berdekatan dengannya.
Ketika ia berbicara, manisnya kata-kata yang keluar dari mulutnya membuat orang yang mendengarnya sadar dan terbimbing kepada kebaikan dan kebenaran. Demikian juga tatkala ia berbuat sesuatu, maka perbuatannya selalu baik, memberi manfaat, dan dapat menjadi keteladanan bagi yang lain. Mukmin seperti ini adalah mukmin yang memiliki sifat-sifat yang dekat kepada Rasulullah saw. yang mulia, di mana diamnya adalah fikir, ucapannya adalah dzikir, dan amalnya adalah keteladanan.
ADAB AT-TAHADDUTS

1. Berbicara yang jelas, mudah difahami oleh setiap pendengar.
Dari ‘Aisyah ra. Berkata:
كَانَ كَلاَمُ رَسُوْلِ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ كَلاَمًا فَصْلاً يَفْهَمُهُ كُلُّ مَنْ سَمِعَهُ . رواه أبو داود و أحمد
Adalah ucapan Rasulullah saw. selalu jelas maksudnya dan dipahami oleh setiap orang yang mendengarkannya. (HR. Abu Dawud dan Ahmad).
Dari ‘Aisyah ra. juga berkata: “Bahwa Rasulullah saw, pernah berbicara, sekiranya ada yang menghitung ucapannya pasti terhitung.” Dan dalam riwayat lain: “Beliau tidak mengeluarkan ucapan sebagaimana kalian berbicara.” (HR. Bukhari-Muslim).
2. Berbicara dengan ungkapan yang simpel dan tidak mencari-cari bahasa yang tinggi, sehingga kalimat yang diucapkan tidak memiliki makna yang sulit atau tidak bisa dimengerti.
Khalil bin Ahmad -rahimahullah- pernah ditanya suatu masalah, beliau tidak segera menjawab. Maka penanya berkata, “Apakah pertanyaan ini tidak ada jawabannya dalam pandangan tadi?” Beliau berkata, “Anda sebenarnya telah mengetahui masalah yang Anda tanyakan berikut jawabannya, tetapi saya ingin memberi jawaban yang lebih mudah lagi Anda pahami.”
3. Tidak diulang-ulang kecuali untuk memberikan tekanan makna, karena “Sebaik-baik ucapan adalah yang singkat dan membawa arti, dan seburuk-buruk ucapan adalah yang panjang dan membosankan.”
Abdullah bin Mas’ud ra., memberi nasehat kepada masyarakatnya setiap hari Kamis. Ada seseorang yang berkata, “Wahai Abu Abdir Rahman, saya berharap engkau memberi nasehat kepada kami setiap hari.” Beliau berkata, “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya yang menghalangiku untuk itu karena aku tidak suka membuat kalian bosan.” Selanjutnya ia berkata,
وَإِنيِّ أَتَخَوَّلُكُمْ بِالْمَوْعِظَةِ كَمَا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَوَّلُنَا بِهَا مَخَافَةً السَّآمَةَ عَلَيْنَا . متفق عليه
Aku selalu memilih waktu untuk kalian dalam memberi nasehat, sebagaimana Nabi saw, memilih waktu untuk kami dalam memberi nasehat karena khawatir membuat jenuh atas kami. (Muttafaq ‘alaih)
Dari ‘Ammar bin Yasir ra berkata, Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda,
إِنَّ طُوْلَ صَلاَةِ الرَّجُلِ وَقِصَرَ خُطْبَتِهِ مَئِنَّةٌ مِنْ فِقْهِهِ فَأَطِيْلُوْا الصَّلاَةَ وَأَقْصِرُوْا اْلخُطْبَةَ . رواه مسلم
Sesungguhnya panjangnya shalat seseorang dan pendeknya khuthbah, merupakan bukti kemantapan pemahamannya. Maka panjangkan shalat dan pendekkan khutbah! (HR. Muslim)
4. Ucapan harus bagus, tidak kotor dan munkar (jahat).
Rasulullah saw, bersabda:
كُلُّ كَلاَمِ ابْنِ آدَمَ عَلَيْهِ لاَ لَهُ إِلاَّ أَمْرًا بِمَعْرُوْفٍ وَنَهْيًا عَنْ مُنْكَرٍ وَذِكْرَ اللهِ .
Setiap ucapan anak Adam mencelakannya, bukan menguntungkan, kecuali perintah untuk kebaikan, mencegah kemungkaran, dan dzikrullah.
Agar ucapan kita selalu bagus dan menambah pahala kita dan tidak menambah dosa, maka kita harus menjaga hal-hal berikut:
a. Setiap pembicaraan kita agar selalu membawa unsur perintah shadaqah, atau berbuat baik, atau perdamaian bagi manusia. Allah ta’ala berfirman:
Tiada kebaikan dalam banyak pertemuan mereka, kecuali orang yang memerintahakan shadaqah, atau kebaikan, atau perdamaian bagi manusia. Dan barangsiapa melakukan hal itu untuk mencari ridha Allah, maka niscaya Kami memberinya pahala yang besar. (Surat An Nisa’: 114)
b.  Meninggalkan pembicaraan yang bukan kepentingan kita untuk membicarakannya.
Rasulullah saw. bersabda,
ِمنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ اْلمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ . رواه الترمذي
Di antara bagusnya keislaman seseorang adalah, ia tinggalkan sesuatu yang tidak ia ada kepentingan dengannya. (HR.Turmudzi)
c.  Menjauhi ucapan yang sia-sia dan tidak bermanfaat.
Allah berfirman, Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang dalam shalatnya selalu khusyu’. Dan orang-orang yang dari hal yang tidak berguna mereka selalu bepaling. (Surat Al-Mu’minun: 1-3).
Rasulullah saw. bersabda, Sungguh seorang hamba ketika mengucapkan suatu ucapan, tidak lain hanya untuk membuat orang lain tertawa, ia bisa jatuh di neraka lebih jauh antara langit dan bumi. (HR. Baihaqi)
d.  Menyebar-luaskan salam.
Rasul saw bersabda,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلاَمَ وَصِلوُا اْلأرْحَامَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصَلُّوْا بِالَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا اْلجَنَّةَ بِسَلاَمٍ . رواه الترمذي
Wahai manusia sebar-luaskan salam, sambunglah silaturrahim, berikan makanan,  dan shalatlah malam ketika manusia tertidur niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat. (HR Turmudzi)
e. Menahan diri dari ucapan jahat yang tidak membawa kemaslahatan.
Allah berfirman, Janganlah berdebat dengan Ahli Kitab kecuali dengan cara yng baik, kecuali dengan orang yang zhalim di antara mereka. (Al-Ankabut: 46)
Dalam hadits Aisyah ra. dia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, Sesungguhnya sejahat-jahat manusia kedudukannya di sisi Allah pada hari Kiamat adalah orang yang ditinggalkan masyarakatnya karena menghindari ucapan jahatnya. (HR Bukhari)
f. Bersabar dalam berdialog dengan orang-orang bodoh (jahil). Hal ini tidak berarti menerima kehinaan, akan tetapi bisa menahan diri di hadapan faktor-faktor yang memancing emosi dan mencegah diri dari marah, sukarela atau pun terpaksa.
Allah swt. berfirman, Dan hamba-hamba Allah yang Maha Rahman mereka itu berjalan di muka bumi dengan rendah hati. Dan apabila diajak bicara oleh orang-orang yang bodoh (jahil) mereka berkata, ‘selamat.’ (Al Furqan : 63)
Dan Allah memerintahkan kepada Nabi Musa dan Harun as, Pergilah kalian kepada Fir’aun sesungguhnya dia itu melampaui batas. Maka katakanlah kepadanya perkataan yang lembut.
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata bahwa ketika Rasulullah saw. sedang duduk bersama para sahabatnya, ada seseorang mencaci Abu Bakar ra. dan menyakitinya, tetapi Abu Bakar tetap diam. Lalu ia menyakitinya yang kedua kali dan Abu Bakar pun tetap diam. Kemudian ia menyakitinya yang ketiga kali, maka Abu Bakar membela diri. Ketika itulah Rasulullah saw. bangkit meninggalkan majlis. Abu Bakar bertanya, “Apakah engkau mendapati suatu dosa atas diriku, wahai Rasulullah?”
Rasulullah saw. menjawab, Ada malaikat turun dari langit mendustakan orang itu terhadap apa yang ia ucapkan kepadamu. Namun ketika kamu membela diri, setan pun datang, maka aku tidak mau duduk di sini ketika setan datang. (HR Abu Dawud).
g. Menjauhi perdebatan, baik dalam kebenaran maupun dalam kebatilan, karena hal itu akan menimbulkan keinginan mencari menang dalam diri akhi, dan lebih suka  berapologi daripada menampakkan kebenaran..
Rasul saw bersabda,
مَا ضَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ هُدًى ِإلاَّ أُوْتُوا اْلجَدَلَ . رواه الترمذي
Tidaklah suatu kaum tersesat setelah berpegang kepada kebenaran kecuali mereka diberi kegemaran berdebat. (HR Turmudzi).
Ibnu Majah dan Ahmad). Rasul saw bersabda, “Aku pemimpin sebuah rumah di dalam surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan meskipun dia yang benar. Dan aku pemimpin sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun bercanda. Dan aku pemimpin sebuah rumah di puncak surga bagi orang yang akhlaknya baik.” (HR Abu Dawud)
h. Menjauhi tempat-tempat kejahatan. Yaitu tempat dilakukannya kemungkaran atau dibicarakan di dalamnya ucapan yang menghina atau melecehkan Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Allah swt. berfirman,
Dan apabila kamu melihat orang-orang yang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan yang lain. Dan jika syetan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini) maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zhalim sesudah teringat larangan itu. (Al-An’am: 68)
Dan Allah swt. berfirman, Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela. (Al Humazah: 1)
Rasulullah saw. bersabda,
لَيْسَ اْلمُؤْمِنُ بِطَعَّانٍ وَلاَلَعَّانٍ وَلاَ فَاحِشٍ وَلاَ بَذِيْءٍ .
Tidaklah pantas seorang mukmin pencaci maki, pelaknat, suka berkata keji, dan suka berkata jorok.
Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada kata keji dalam sesuatu kecuali ia akan merusaknya. Dan tidaklah ada sifat malu dalam sesuatu melainkan ia akan menghiasinya.” (HR Turmudzi).

ADABUL ISTIMA’

1. Diam dan mendengarkan sehingga ucapan tidak bercampur baur dan sulit dipahami.
Allah berfirman,
Dan apabila dibacakan Al Qur’an maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kalian mendapatkan rahmat. (Al-A’raf : 204)
Dari Jabir bin Abdullah ra., ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda kepadanya di Haji Wada’, “Perintahkan manusia untuk tenang.” Kemudian beliau bersabda,
لاَ تَرْجِعُوْا بَعْدِيْ كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ . متفق عليه
Janganlah kalian kembali sesudahku menjadi orang-orang kafir, sebagian kalian memenggal leher yang lain. (Muttafaq ‘alaih)
Dari Anas bin Malik ra., bahwa Rasulullah saw. memberi wasiat kepada Abu Dzar ra. Beliau saw. bersabda,
Hendaklah kamu berakhlaq mulia dan banyak diam, karena demi Dzat Yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidak ada perhiasan bagi seluruh makhluk yang serupa dengan keduanya. (HR. Ibnu Abid Dunya, Bazzar, Thabrani, dan Abu Ya’la)
Abdullah bin Mas’ud ra, berkata, “Demi Dzat Yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidak ada sesuatu di atas bumi yang lebih perlu untuk ditahan lama selain lidah.” (Riwayat Turmudzi).
2. Tidak memenggal ucapan orang lain karena tergesa-gesa atau ingin menguasai kendali forum. Sehingga keinginan Rasulullah saw untuk segera menghafal Qur’an, dilarang oleh Allah dalam firman-Nya:
Dan jangalah kamu menggerakkan lidahmu untuk membaca Al Qur’an karena kamu hendak cepat-cepat menguasainya. (Al-Qiyamah: 16)
3. Menghadapkan wajah kepada pembicara dan tidak berpaling darinya atau membuat orang lain berpaling darinya, selama dalam rangka taat kepada Allah, meskipun ucapan kurang membawa daya tarik ataupun bahasanya kurang indah dan kurang lancar.
Rasulullah saw, bersabda:
لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ اْلمَعْرُوْفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلِقٍ . رواه مسلم
Janganlah kamu meremehkan suatu kebajikan, meskipun sekedar wajah berseri ketika engkau bertemu saudaramu. (HR. Muslim)
4. Tidak menampakkan sikap berbeda karena ucapan saudara kita, meskipun kita sudah lebih tahu, selama pembicara tidak bersalah dalam berbicara.
Rasulullah saw. pernah meminta Ibnu Mas’ud ra. untuk membacakan Al-Quran kepadanya, maka ia menjawab, “Aku membaca untuk Anda padahal ia turun kepada Anda?” Beliau menjawab, Aku sungguh senang mendengar Al-Quran itu dari orang lain.
Imam Ahmad bin Hambal pernah mendengarkan nasihat Al-Muhasibi, sampai beliau memperhatikannya dengan tenang dan akhirnya beliau menangis sampai basah jenggotnya.
5. Tidak menampakkan kepada para hadirin bahwa kamu adalah orang yang lebih ‘alim dibandingkan si pembicara, karena hal itu akan menyebabkan kamu bersikap sombong (takabbur).
Rasulullah saw. bersabda,
اَلْكِبْرُ بَطَرُ اْلحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ .
Kesombongan adalah sikap angkuh kepada kebenaran dan meremehkan orang lain.

ISRA’ MI’RAJ, KAUM MUSLIMIN DAN KAFIR MENYIKAPINYA


I.   PRAKONDISI ISRA’ MI’RAJ
Seperti yang telah diterangkan sebelumnya, bahwa dengan wafatnya Abu Thalib –paman Rasulullah saw- disusul dengan wafat Khadijah ra –iasteri Rasulullah saw. Kaum Quraisy mulai dapat mengganggu langsung Rasulullah saw, dan semakin besar penganiayaan mereka kepada para sahabat, sehingga memaksa Rasulullah saw pergi ke Thaif, mengajak mereka kepada Allah, meminta pbantuan dan melindungi dakwahnya.
Rasulullah mendapatinya tidak lebih baik dari peduduk Makkah, bahkan lebih buruk, dengan menolak dakwahnya, menyakitinya, sehingga berdarah kedua kakinya, lalu menghadap Rabbnyadengan do’a yang dipenuhi iman, yakin, dan ridha dengan apa yang menimpanya di jalan Allah.
Kemudian kembali ke Makkah. Akan tetapi Rasulullah tidak dapat memasuki Makkah kecuali dengan didampingi oleh Al Muth’im bin ‘Adiy (seorang musyrik Makkah).
Dalam situasi seperti penuh duka dan kesedihan inilah Allah swt muliakan Nabinya dengan mukjizat Isra’ mi’raj, untuk meringankan jiwanya yang terluka, hatinya yang berduka dengan menyaksikan ayat-ayat besar, tanda-tanda pertolongan Allah kepada dakwahnya. Sehingga bertambah keyakinan akan ketinggian posisinya di sisi Rabbnya, meyakinkannya bahwa Allah menjadi Penolongnya. Maka semakin kuatlah azam (tekadnya) semakin kuat ruhiyahnya, berlanjut menyampaikan risalah Rabbnya, dengan semangat yang tidak pernah padam.
Dalam mukijizat ini pula terdapat ujian Allah pada kaum muslimin, sehingga terpilihlah mana yang kuat iman dan mana yang lemah iman. Ibnu Ishaq berkata:
( . . . كان في مسراه وما ذكر منه بلاء وتمحيص ، وأمر من أمر الله في قدرته وسلطانه ،فيه عبرة لأولى الألباب ، وهدى روحمه ، وثبات لمن آمن بالله وصدق ، وكان من أمر الله على يقين ، فأسرى به كيف يشاء ، وكما شاء ، ليريه من آياته ما أراد ، حتى عاين ما
عاين من أمر الله وسلطانه العظيم ، وقدرته التي يصنع بها ما يريد ) ([1])
“…dalam perjalanan isra’ dan cerita yang ada di dalamnya terdapat ujian dan seleksi. Salah satu perintah Allah yang berada dalam kekuasaan-Nya. Di dalamnya terdapat pelajaran bagi kaum yang berfikir, petunjuk dan rahmat-Nya, keteguhan bagi yang beriman dan membenarkan. Peristiwa ini adalah urusan Allah yang harus diyakini. Allah perjalankan sesuai dengan yang dikehendaki, untuk menunjukkan kepadanya ayat-ayat yang diinginkan. Sehingga menyaksikan langsung ayat Allah,dan kekuasaan-Nya yang besar, yang dengan kekuasaan-Nya itu, Allah lakukan apa yang dikehendaki.

II.   WAKTU ISRA’ MI’RAJ
                   Ibnu Katsir menguatkan pendapat yang mengatakan bahwa Isra’ mi’raj itu terjadi pada masa sepuluh tahun setelah kenabian. [2]Dan yang masyhur mengatakan bahwa peristiwa ini terjadi pada malam duapuluh tujuh bulan rajab[3].

III.   PERSIAPAN RASULULLAH SAW UNTUK ISRA MIRAJ

Pada malam Isra’ itu Rasulullah saw bermalam bersama dengan pamannya –Hamzah bin Abdul Muththalib, anak pamannya –Ja’fara bin Abi Thalib- di rumah Ummi Hani’ bin Abi Thalib (pamannya). Lalu Jibril mendatanginya, melewati atap rumah, turun dan mengambil Rasulullah saw, membawanya ke masjid (masjidilharam) kemudian membaringkannya, membelah dadanya, dari bawah leher sampai ke bawah perutnya, mengeluarkan hatinya, membersihkannya dengan air zam-zam, kemudian memenuhinya dengan iman dan hikmah, lalu mengembalikannya dan tidak ada lagi bekas belahan, tanpa Rasulullah rasakan sakit. Rasulullah siap untuk perjalanan Isra’ mi’raj, bertemu dengan Rabbnya pda malam itu. [4]
Hikmah pembelahan dada –padahal Allah Maha Kuasa untuk memenuhi hatinya denan iman dan hikmah dan membelah- adalah untuk menambah kekuatan keyakinan. Sebab ketika melihat perutnya telah terbelah dan tidak merasa sakit, maka semakin yakin bahwa ia akan aman dari semua bentuk yang biasanya menakutkan. Dari itulah Rasulullah menjadi manusia yang sangat pemberani.


IV.  PELAJARAN PENTING
1.      Isra’ mi’raj adalah penguatan bagi Rasulullah saw dalam pertarungan panjang, dan juga merupakan salah satu bentuk penghormatan setelah bertahun-tahun dalam kesulitan, duka, derita, dan penolakan kaumnya.
2.      Isra’ mi’raj merupakan ujian bagi kemampuan para sahabat untuk mengungkapkan seberapa besar jihad (perjuangan) mereka bersama Rasulullah saw
3.      Isra’mi’raj merupakan terapi untuk menghapus keletihan masa lalu, dan meletakkan benih-benih keberhasilan masa depan yang gemilang.
4.      Hukum dan sunnah alamiah yang menggerakkan langit dan bumi adalah ciptaan Allah. Allah berikan kepada sebagian hamba-Nya sehingga mampu melakukan hal-hal yang tidak dapat dikerjakan orang lain.
5.      Kekuasaan Allah tidak akan bisa dibatasi oleh batas apapun, juga tidak akan bisa terhalangi oleh penghalang apapun
6.      Agar Rasulullah saw melihat ayat-ayat besar dan menambah keyakinannya.


V.   PERJALANAN ISRA’

A.   Makna Al Isra’
Isra adalah Allah memperjalankan Nabi Muhammad sa dari masjidil Haram di Makkah ke masjdil Aqsha di Quds, secara fisik dan ruh, dalam keadaan sadar, lalu kembali ke Makkah dalam sepotong malam.
Kaum mukminin tidak merasa aneh dengan hal ini. karena semuanya selesai dengan perintah dan kekuasaan Allah. Dan Allah swt Maha Kuasa atas segala sesuatu. Firman Allah:

82.  Sesungguhnya keadaan-Nya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah Berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia. QS. Yaasiin

B.   Dalil ketetapannya:
Peristiwa ini ditetapkan dengan Al Qur’an, firman Allah:
1.  Maha Suci Allah, yang Telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang Telah kami berkahi sekelilingnya [5] agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya dia adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. QS. Al Isra

Ditetapkan pula dengan hadits shahih, diantaranya hadits Muttafaq alaih, AL Bukhari dan Muslim[6]
Dan orang yang mengingkarinya (tidak mempercayainya) hukumnya kafir, karena mendustakan AL Qur’an dan hadits shahih dari Rasulullah saw

C.   Hikmah Isra ke Masjidil Aqsha
Isra menuju ke masjidil Aqsha tidak ke masjid lainnya karena kedudukan dan kemuliaan masjid ini di sisi Allah, untuk menjelaskan hubungan erat antara para nabi, untuk menjelaskan hubungan antara agama yang mereka bawa dari Allah. Dalam hal ini pula teradapt isyarat pewarisan rasul terakhir –Muhammad saw- atas kesucian risalah sebelumnya. Dengan ini maka masjidil Aqsha dan sekitarnya menjadi tanah Islam, yang harus dijaga oleh kaum muslimin, dan membebaskannya dari tangan-tangan para penjarah.

D.   Kejadian dalam Isra’
Ketika Jibril usai membedah dada Rasulullah saw pada malam Isra’ itu, dan mempersiapkan sarana untuk perjalanan mengagumkan ini dengan Buraq –kendaraan berwarna putih, lebih besar dari keledai, lebih kecil dari bighal, sangat cepat, jangkauan kaki depannya sejauh pandangan matanya. Rasulullah saw mengendarainya, didampingi Jibril alaihissalam, lalu Buraq itu pergi ke Baitul Maqdis. Rasulullah saaw turun. Jibril mengikatnya lalu masuk masjid, ia bertemu dengan Ibrahim, Musa, dan Isa alaihissalam bersama dengan sejumlah para nabi, yang telah berkumpul untuk menyambutnya. Jibril membawanya ke depan mengimaminya shalat dua rakaat. Kemudian keluar dan Jibril membawakannya dua gelas –satu berisi khamr dan satunya berisi susu- lalu nabi pilih susu, dan Jibril berkata: اخترت الفطرة engkau telah memilih yang fitrah, engkau telah memilih tanda Islam dan istiqamah.  



VI.   PERJALANAN MI’RAJ

A.   Arti Mi’raj
Mi’raj adalah naiknya Rasulullah saw dengan fisik dan ruhnya dalam keadaan sadar, dari Baitul Maqdis sampai ke langit ke tujuh, dan seterusnya, kemudian kembali ke Baitul Maqdis, di sebagian malam yang singkat.

B.   Dalil Ketetapannya
Mi’raj ditetapkan berdasarkan hadits shahih yang ada dalam shahih Al Bukhariy dan Muslim dan lain-lain dalam buku-buku hadits yang valid, buku-buku sirah terkenal, buku-buku tafsir yang ma’tsur. [7] Terdapat isyarat dalam surah An Najm:

1.      Dan Sesungguhnya Muhammad Telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,
2.      (yaitu) di Sidratil Muntaha [8].
3.      Di dekatnya ada syurga tempat tinggal,
4.      (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.
5.      Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya.
6.      Sesungguhnya dia Telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar. QS. An Njm


C.   RINGKASAN KEJADIAN MI’RAJ
Setelah selesai perjalanan Isra’ diteruskan dengan mi’raj, yang mirip tangga, lalu Nabi naik bersama dengan Jibril, ke langit dunia, kemudian ke langit berikutnya. Setiap penghuni langit menyambutnya, para nabi yang ada di setiap langit memberikan salam kepadanya. Adam di langit pertama, Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakariya di langit kedua, Idris di langit keempat, Harun di langit keempat, Musa di langit keenam, dan Ibrahim di langit ketujuh. Kemudian setelah melintasi mereka sehingga sampai di langit ke tujuh, dan melihat sidratul muntaha di sana. Di sinilah berhenti ilmunya para malaikat. Di sinilah Jibril berhenti, dan Rasulullah saw maju melewatinya sehingga dekat dengan Allah. Tidak ada yang pernah melintasinya selain Rasulullah saw.
Pada malam itu Rasulullah saw melihat Jibril dalam bentuk aslinya. Inilah kali kedua melihat Jibril dalam bentuk asli. Di sinilah Allah swt berfirman:

13.  Dan Sesungguhnya Muhammad Telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,14.  (yaitu) di Sidratil Muntaha [9]. QS. An Najm.


Kali pertama terjadi setelah masa fatrah (jeda) wahyu. Allah berfirman:

23.  Dan Sesungguhnya Muhammad itu melihat Jibril di ufuk yang terang. QS. At Takwir


Pada malam itu juga Rasulullah saw melihat Baitul Ma’mur, surga dan neraka, Allah wajibkan shalat limapuluh waktu, kemdian diringankan sampai lima waktu, sebagai salah satu bentuk rahmat dan kelembutan Allah kepada hamba-Nya
Hal ini menunjukkan perhatian besar terhadap kemuliaan shalat, menunjukkan hikmah disyariatkannya. Sepertinya Allah mengatakan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman: Jika mi’raj rasul kalian dengan fisik dan ruhnya ke langit sebagai mukjizat, maka hendaklah setiap hari kalian lima kali mi’raj dengan ruh dan hati kalian kepada-Ku, sehingga bersih dari maksiat dan dosa. Dan ini adalah buah yang sangat besar dari shalat

45. … Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. QS. Al Ankabut

Kemudian Rasulullah turun dari langit ke Baitul Maqdis naik buraq kembali ke Makkah, ketika malam masih gelap dan mulai bercampur dengan cahaya shubuh.

D.  PELAJARAN PENTING
·         Perjalanan dari masjidil Haram ke masjidil Aqsha adalah plihan dari Allah Yang Maha Lembut, Maha Memberitakan, untuk menghubungkan antara akidah tauhid besar dari masa Nabi Ibrahim dan Ismail alaihissalam sampai pada masa Muhammad saw penutup para Nabi. Menghubungkan antara tempat suci bagi semua agama tauhid. Penobatan Rasulullah sebagai pewaris dari para rasul sebelumnya. Muatan risalahnya yang berhubungan erat dengan semua risalah sebelumnya yang mencerminkan bentangan panjang melintasi ruang waktu, mencakup manhaj yang lebih luas.
·         Allah swt menunjukkan dengan cara ini bahwa Isra hanya ke baitul maqdis karena Yahudi akan terusir dari peta kepemimpinan umat manusia karena kejahatan yang mereka lakukan, sehingga mereka tidak layak lagi berada pada posisi itu. Dan Allah swt akan memindahkan posisi ini kepada Rasulullah saw dan mengumpulkan pusat-pusat dakwah Ibrahimiyyah semuanya. Sudah sampai waktunya perpindahan dakwah dari umat yang sejarahnya penuh dengan tipuan, pengkhianatan, dosa, dan permusuhan kepada umat yang memancarkan kebaikan dan kebajikan
·         Isra ’  mi’raj menegaskan sifat Islam yang fitri. Dan sesungguhnya kebersihan hati adalah esensi Islam. Dan fitrah yang rendah adalah seperti mata air kotor yang hanya akan menghasilkan kotoran dan keburukan.
·         Nil dan Furat adalah bukti bahwa risalah Islam akan membentang di muka bumi, memakmurkan lembah-lembah yang subur. Nil dan Furat mencakup lembah majusi Persia dan sebagian Romawi
·         Baitul Maqdis melahirkan para nabi secara beruntun, saling mendukung dakwah Ibrahim alaihissalam
·         Para nabi menunggu kedatangan Nabi Muhammad (penutup) semua nabi, agar menjadi imam dalam shalat jamaahnya, menggambarkan peran sentral dan ajaran yang dibawanya kepada seluruh alam untuk dilaksanakan, yaitu menyembah Allah Yang Maha Esa dan Maha Tinggi
·         Nabi Muhammad menyempurnakan bangunan, dan menjadi batu terakhir dalam bangunan kenabian. Menyempurnakan agama dan membawa umat manusia seluruhnya.

VII.  RASULULLAH SAW  MENGHADAPI REAKSI KAUMNYA ATAS APA YANG DILIHATNYA

Rasulullah saw kembali ke rumah Ummu Hani’, menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya kepada Ummu Hani’. Kemudian ia bangkit memberitahukan hal ini kepada umat manusia. Ummu Hani berusaha untuk mencegahnya. Memintanya untuk tidak membicarakan hal ini, takut mereka akan mendustakannya, karena peristiwan ini sangat aneh. Rasulullah saw tidak terpengaruh dengan hal ini, dan dengan terang-terangan ia sampaikan hal ini  kepada kaumnya, untuk membuka mata mereka akan keagungan Allah dan kekuasaan-Nya, membuktikan kedudukannya di sisi Rabbnya, tidak takut pendustaan dan cemoohan mereka. Karena tsiqahnya dengan risalah yang dibawanya, dan kebenaran yang dialaminya malam itu membuatnya memutuskan dengan tekad bulat untuk terbuka menyampaikan peristiwa itu kepada kaumnya, apapun pandangan  dan sikap mereka.
Hal ini menjadi teladan bagi ashabudda’wah, belajar berani dalam menyatakan kebenaran. Ia tidak takut posisinya di hati umat manusia. Tidak menyembunyikannya hanya karena ingin selalu dekat dengan mereka. Firman Allah:

39.  (yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah,[10] mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan. QS. AL Ahzab


VIII.   SIKAP KAUM KAFIR TERHADAP ISRA’ MI’RAJ

Rasulullah saw keluar di pagi hari ke tempat berkumpulnya kaum Quraisy. Ketika Abu Jahal sudah datang, Rasulullah saw menceritakan pengalamannya itu. Maka Abu Jahal berkata: يا بني كعب بن لؤي هلموا Wahai Bani Ka’b bin Lu’aiy kemarilah,
Setelah kafir Quraisy berkumpul Rasulullah sampaikan kejadian yang baru saja dialaminya. Ada di antara mereka yang bertepuk tangan, ada yang memegang kepalanya, karena aneh dan tidak percaya.
Kemudian  mererka menguji Rasulullah saw; mereka ada yang memintanya menerangkan tentang Baitul Maqdis, da antara mereka ada yang pernah melihatnya ketika mereka berdagang ke Syam. Sedangkan Rasulullah saw belum pernah melihat sebelumnya, dan tidak sempat memperhatikan sifat-sifatnya ketika berada di sana.dari itulah Rasulullah saw sangat tegang, tidak pernah setegang itu sebelumnya. Lalu Allah swt hadirkan Masjidil Aqsha itu, sehingga dapat menerangkannya dari satu pintu ke pintu lainnya, dari satu tempat ke tempat lain.
Mereka berkata: Penjelasannya tepat sekali. Kemudian mereka menanyakan tentang rombingan dagang mereka yang baru sampai di Syam. Rasulullah saw menerangkan jumah onta dan keadaan mereka di sana.
Rasulullah mengatakan kepada mereka: Mereka akan tiba pada hari …, bersamaan dengan terbitnya matahari, didahului oleh onta berwarna abu-abu.
Lalu mereka pada hari itu segera keluar dan menunggu rombongan dagang, untuk membuktikan kebenaran cerita Muhammad saw. Ketika mereka sedang menunggu, ada seseorang yang berkata:
هذه والله الشمس قد أشرقت ، فقال آخر : وهذه والله العيرُ قد أقبلت ، يقدمها جمل أورَقُ ، كما قال محمد ، ثم لم يزدهم ذلك إلا كبراً وعناداً ، حتى قالوا : هذا سحر مبين ([11])
Demi Allah, sekarang matahari telah terbit, dan yang lain mengatakan: Demi Allah, dan kafilah dagang telah tiba, terdepan onta berwarna abu-abu seperti yang telah Muhammad sampaikan. Kemudian hal ini tidak menambah mereka kecuali sikap sombong dan durhaka. Sehingga mereka berkata: Ini jelas-jelas sihir.

VIII.  SIKAP KAUM MUSLIMIN TERHADAP ISRA’ MI’RAJ
Beberapa perawi menyebutkan bahwa ada beberapa orang yang lemah iman murtad meninggalkan agamanya. Karena hati dan akal mereka tidak sanggup menerima hal ini. mereka tidak percaya karena belum mampu memahaminya. Kepada mereka inilah firman Allah diturunkan:

60.  Dan (ingatlah), ketika kami wahyukan kepadamu: "Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia". dan kami tidak menjadikan mimpi [12] yang Telah kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Al Quran.[13] dan kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka. QS. Al Isra’:60

Dari Ibnu Abbas ra berkata:
أسري بالنبي r ـ إلى بيت المقدس ، ثم جاء من ليلته ، فحدثهم بمسيرة ، وبعلامة بيت المقدس وبعيرهم ، فقال ناس : نحن لا نُصدق محمداً بما يقول ، فارتدوا كفاراً ، فضرب الله رقابهم مع أبي جهل ([14])
Rasulullah saw isra’ ke Baitul Maqdis, kemudian pada malam itu datang dan menceritakan pengalaman perjalanannya, ciri-ciri Baitul Maqdis dan rombongan dagang mereka. Ada sebagian orang yang berkata: Kami tidak akan membenarkan ucapan Muhammad. Kemudian mereka murtad –kembali kafir, sehingga Allah penggal leher mereka bersama dengan Abu Jahal.
Sedangkan kaum mukminin lainnya, yang Allah lapangkan dadanya, Allah terangi hatinya, sehingga mereka tetap teguh dalam iman, membenarkan Rasulullah saw –dan yang terdepan dalam hal ini adalah Abu Bakr ra-
Dari Aisyah ra berkata:
لما أُسرى بالنبي r ـ إلى المسجد الأقصى أصبح يُحدث الناس بذلك ، فأرتد ناس ممن كانوا آمنوا به وصدقوه ، وسعوا بذلك إلى أبي بكر ، فقالوا : هل لك في صاحبك ؟‍ يزعم أنه أسرى به الليلة إلى بيت المقدس .
فقال : أو قال ذلك ؟ قالوا : نعم .
قال : لئن كان قال ذلك لقد صدق .
قالوا : تصدقه أنه ذهب الليلة إلى بيت المقدس وجاء قبل أن يصبح ؟
قال :نعم ، إني لأصدقه بما هو أبعد من ذلك ، أصدقه بخبر السماء ، في غدوة أو روحه 
فلذلك سُمي " أبو بكر الصديق " t ([15])
Ketika Rasulullah saw isra ke masjdil Aqsha, pagi harinya ia sampaikan kepada orang-orang. Lalu ada sebagian orang yang telah beriman murtad  padahal sebelumnya telah percaya dan membenarkannya. Mereka segera menemui Abu Bakr dan bertanya: Apakah engkau telah mendengar sahabatmu? Yang mengaku telah diperjalankan ke Baitul Maqdis malam tadi:
Abu Bakar bertanya : Betulkan ia mengatakan hal itu
Mereka mejawab: Ya, betul
Kata Abu Bakr :Jika ia yang mengatakan hal itu, pasti benar
Mereka berkata : Kamu membenarkannya telah pergi malam tadi ke Baitul Maqdis kemudian sebelum subuh sudah tiba kembali?
Kata Abu Bakar: Sesungguhnya aku telah membenarkan yang lebih aneh dari itu, aku membenarkannya yang menerima berita dari langit, ketika pagi atau sore. Dari itulah ia disebut “Abu Bakr ash Shiddiq”

IX.  PELAJARAN BERHARGA
·         Seorang da’I tidak boleh takut kecuali kepada Allah. Tidak terpengaruh oleh banyaknya pendukung atau sedikit, dalam membuktikan imannya kepada kebenaran yang didakwahkannya
·         Menyatakan kebenaran tanpa takut dan bimbang adalah kewajiban da’I yang tidak takut kecuali kepada Allah
·         Ahlul Batil –selamanya di di manapun ia berada- akan melecehkan para penyeru kebenaran, sepertinya Abu Jahal masih berada di tengah-tengah mereka sekarang ini.
·         Allah swt tidak akan pernah kekurangan da’I. dan Allah akan berikan pertolongan-Nya
·         Meskipun telah terdapat dalil dan bukti, ahlul batil akan selalu mereka yasa, dan iri kepada para pengikut kebenaran yang tidak diragukan lagi
·         Allah swt menguji barisan kaum muslimin, untuk mengangkat derajat ahlusshidqi wal iman, meninggikan posisinya. Sebagaimana Allah merendahkan posisi orang-orang yang berjiwa lemah.




([1])            سيرة النبي لابن هشام : ج 2 ص 2 
([2])            البداية والنهاية جـ 3 ص 111.
([3])            في المسألة آراء كثيرة راجعها ـ إن شئت ـ في فتح الباري جـ 8 ص 201.
([4])            راجع ـ إن شئت ـ فتح الباري جـ 4 ص 203.
[5] Maksudnya: Al Masjidil Aqsha dan daerah-daerah sekitarnya dapat berkat dari Allah dengan diturunkan nabi-nabi di negeri itu dan kesuburan tanahnya.

([6])            راجع اللؤلؤ والمرجان ، كتاب الإيمان ،وتفسير ابن كثير جـ 5 ص 3 وسيرة ابن هشام جـ 2 ص 3.
([7])            راجع اللؤلؤ والمرجان ص 35 ، وتفسير ابن كثير جـ 5 ص 3 ، وسيرة ابن هشام ج2 ص 3 .
[8] Sidratul Muntaha adalah tempat yang paling tinggi, di atas langit ke-7, yang Telah dikunjungi nabi ketika Mi'raj.

[9] Sidratul Muntaha adalah tempat yang paling tinggi, di atas langit ke-7, yang Telah dikunjungi nabi ketika Mi'raj.

[10] Maksudnya: para Rasul yang menyampaikan syari'at-syari'at Allah kepada manusia.

([11])           راجع تفسير ابن كثير جـ 5 ص 2 7 ، 37 ، والدلائل جـ 2 ص 108 ، والسيرة الحلبية جـ 1 ص 397.
[12] mimpi adalah terjemah dari kata Ar Ru'ya dalam ayat Ini maksudnya ialah mimpi tentang perang Badar yang dialami Rasulullah s.a.w. sebelumnya peristiwa perang Badar itu terjadi. banyak pula ahli-ahli tafsir menterjemahkan kata Ar Ru'ya tersebut dengan penglihatan yang Maksudnya: penglihatan yang dialami Rasulullah s.a.w. di waktu malam Isra dan Mi'raj.

[13] ialah pohon zaqqum yang tersebut dalam surat As Shaffat ayat 62 sampai dengan 65.

([14])          مسند أحمد 1 374 تفسير ابن كثير جـ 5 ص 26
([15])           تفسير ابن كثير جـ 5 ص 26 ، 38 الدلائل جـ 2 ص 106 ، مسند أحمد 1 374. 

Blog Archive